KOMPAS.com - Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Pematang Siantar Irma Suryani mengatakan pihaknya telah menyikapi maraknya penyakit gondongan yang melanda anak-anak di Kota Pematang Siantar.
Gondongan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus gondongan dengan kategori paramyxovirus. Penyakit ini dimulai dengan gejala ringan, seperti sakit kepala, demam, dan kelelahan yang dapat mengakibatkan pembengkakan parah para kelenjar ludah (parotitis).
Irma menerangkan, gondongan merupakan penyakit umum yang menyerang anak-anak. Penyakit ini mulai berkurang sejak pemberian vaksin gondongan pada 1967.
Namun, wabah penyakit gondongan masih ada, terutama pada orang-orang yang melakukan kontak dekat dalam jangka waktu lama.
Oleh karena itu, Irma meminta masyarakat agar melakukan vaksin campak-gondong-rubea (MMR) terutama pada anak-anak sebagai bentuk perlindungan melindungi anak-anak dari penyakit ini. Pasalnya, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi apabila kondisinya semakin parah.
Sebagai informasi, gondongan menyerang anak-anak berusia 2 hingga 12 tahun yang belum menerima vaksin gondongan.
Namun, remaja dan orang dewasa bisa terkena juga meski sudah divaksinasi. Hal ini terjadi karena berkurangnya kekebalan terhadap vaksin setelah beberapa tahun.
Baca juga: Walkot Susanti Pastikan Pemkot Pematang Siantar Siapkan Dana Hibah Rp 38.4 Miliar untuk Pilkada 2024
Adapun cara terbaik untuk melindungi penyakit ini, yakni dengan mendapatkan vaksinasi yang lengkap.
Gejala awal gondongan cenderung ringan, sehingga penyakit ini sulit dideteksi apabila sudah terinfeksi.
“Gejalanya juga tidak langsung muncul. Masa inkubasinya berkisar antara tujuh hingga 25 hari,” kata Irma dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (8/11/2023).
Adapun gejala gondongan ringan, antara lain, demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan kehilangan selera makan. Beberapa hari kemudian, pembengkakan kelenjar parotis yang menyakitkan mungkin terjadi.
Adapun kelenjar parotis adalah kelenjar ludah yang terletak di antara telinga dan rahang.
"Pembengkakan yang disebut parotitis, bisa terjadi pada satu atau kedua sisi wajah. Tanda klasik penyakit gondongan ini terlihat seperti 'pipi tupai' karena pipi menggembung dan rahang membengkak. Parotitis terjadi pada lebih dari 70 persen kasus penyakit gondongan,” terang Irma.
Baca juga: Pemkot Pematang Siantar Targetkan Nilai SAKIP B, Kemenpan-RB Apresiasi dan Beri Pendampingan
Irma menambahkan, banyak virus dan bakteri berbeda yang dapat menyebabkan parotitis. Jadi tidak selalu tertular virus gondongan.
Orang yang terinfeksi, sambungnya, dapat menyebarkan virus gondongan melalui bersin, batuk atau berbicara, berbagi benda yang mengandung air liur terinfeksi, seperti mainan, cangkir, dan peralatan makan; serta berolahraga, menari, berciuman, atau berpartisipasi dalam aktivitas lain yang melibatkan kontak dekat dengan orang lain.
Untuk diketahui, beberapa kelompok orang mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit gondongan, yaitu orang dengan sistem kekebalan lemah, orang yang melakukan perjalanan internasional, orang yang tidak menerima vaksinasi, dan orang yang tinggal berdekatan dengan penderita gondongan.
“Penyakit gondongan merupakan infeksi virus yang sangat menular. Jika anak Anda menderita gondongan, penyakit ini menular mulai dari beberapa hari sebelum kelenjarnya membengkak hingga lima hari setelah pembengkakan mulai terjadi. Oleh karena itu, anak Anda sebaiknya meminimalkan kontak dengan orang lain. Mereka tidak seharusnya pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak,” imbaunya.
Deteksi penyakit gondongan dapat dilakukan melalui tes reaksi berantai polimerase (PCR) untuk mendiagnosis penyakit gondongan melalui teknik mengusap bagian dalam pipi atau tenggorokan untuk mengambil sampel lendir. Sampel tersebut akan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa oleh ahli patologi.
Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan melalui tes darah untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit atau untuk menyingkirkan kondisi dan virus lain yang dapat menyebabkan parotitis.
Irma melanjutkan, tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit gondongan. Penyakit ini akan sembuh sendiri dan biasanya hilang sendiri dalam beberapa minggu. Pengobatan gondongan berfokus pada meringankan gejala.
“Bisa dilakukan langkah-langkah untuk membantu mengatasi gejala, seperti minum banyak cairan, berkumur dengan air garam hangat, makanlah makanan lembut dan mudah dikunyah, hindari makanan asam yang membuat mulut berair, mengisap es pop untuk meredakan sakit tenggorokan, tempatkan kompres es atau kompres panas pada kelenjar yang bengkak, minum obat non aspirin seperti Asetaminofen dan Ibuprofen untuk mengurangi demam dan meredakan nyeri.
“Jangan berikan aspirin. Anak-anak yang mengidap virus seperti gondongan yang mengonsumsi aspirin dapat mengembangkan sindrom Reye, penyakit berbahaya yang menyebabkan gagal hati, pembengkakan otak, dan bahkan kematian,” tukasnya.
Gondongan dapat dicegah melalui pemeriksaan ke penyedia layanan kesehatan melalui vaksin sebagai bentuk perlindungan terhadap campak , gondongan, dan rubella.
Baca juga: Pemkot Pematang Siantar Targetkan Nilai SAKIP B, Kemenpan-RB Apresiasi dan Beri Pendampingan.
Lebih lanjut, anak-anak biasanya menerima dua dosis vaksin campak-gondong-rubella (MMR) sebagai bagian dari jadwal imunisasi masa kanak-kanak . Mereka menerima dosis pertama antara usia 12 dan 15 bulan dan dosis kedua antara usia 4 dan 6 tahun.
Lebih lanjut, Irma mengimbau masyarakat Kota Pematang Siantar untuk waspada terhadap penyakit cacar monyet (MonkeyPox/Mpox)
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar Nomor: 400.7.23.4/12012/DKK/X/2023 Tanggal 25 Oktober 2023, sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas, rumah sakit (RS), dan klinik menyediakan layanan kesehatan terkait penyakit ini.
Oleh karena itu, Direktur RS, Kepala Puskesmas, Pimpinan Klinik, Pimpinan Laboratorium, Praktik Dokter Spesialis, Dokter Umum, serta Praktik Bidan Mandiri melakukan pemantauan terkait perkembangan situasi dan informasi mpox melalui sejumlah kanal resmi.
Adapun upaya untuk meningkatkan kewaspadaan terkait penyakit ini, yakni dengan melakukan penemuan kasus di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk di instalasi gawat darurat.
Selanjutnya, dalam meningkatkan kewaspadaan dan pro aktif untuk menemukan kasus, sejumlah pihak melakukan pemantauan dan melaporkan kasus yang ditemukan sesuai dengan definisi operasional secara berjenjang ke Dinas Kesehatan provinsi /kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal (Dirjen) Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P).
Hal ini dilakukan guna memperkuat kewaspadaan standar dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, meningkatkan kemampuan pelayanan rujukan pada RS jejaring pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging, menyebarluaskan informasi tentang mpox kepada petugas dan masyarakat. serta meningkatkan komunikasi resiko sesuai pedoman terutama yang menyasar kelompok berdasarkan temuan kunci.