KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bawah kepemimpinan Wali Kota (Walkot) Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita terus berinovasi dalam membangun ketahanan pangan berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan.
Salah satunya, lewat inisiatif unggulan berupa revitalisasi lahan tidur terdampak rob melalui penerapan teknologi padi biosalin, yang telah menghidupkan kembali 20 hektar (ha) lahan pertanian di pesisir Kecamatan Tugu.
Padi biosalin merupakan varietas unggul yang mampu tumbuh di lahan dengan kadar garam tinggi akibat intrusi air laut.
Keberhasilan program itu disebut menegaskan komitmen Semarang dalam membangun sistem pertanian yang tidak hanya produktif dan berdaya saing, tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baca juga: Jokowi Tinjau Inovasi Padi Biosalin di Semarang, Solusi Ketahanan Pangan pada Lahan Pesisir
Dalam penerapannya, Pemkot Semarang menggandeng sejumlah pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Diponegoro (Undip), kelompok tani lokal, dan industri terkait.
Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki, Bahrun (50), mengungkapkan bahwa padi biosalin telah mengubah kehidupan petani yang sebelumnya terdampak rob.
"Dulu sawah kami tidak bisa ditanami karena air asin. Dengan adanya padi biosalin, panen kami meningkat hingga 50 persen. Kami berharap program ini bisa diperluas ke daerah lain yang menghadapi masalah serupa," ujar Bahrun melalui siaran persnya, Rabu (19/2/2025).
Adapun lokasi utama penerapan program berada di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu. Kawasan ini kini menjadi model pertanian berkelanjutan bagi daerah pesisir lainnya, seperti Mangkang Kulon dan Mangkang Wetan.
Baca juga: BRIN Gandeng Undip Kembangkan Padi Biosalin, Apa Itu?
Program padi biosalin pertama kali diuji coba pada Juli 2024 di area seluas 2.800 meter persegi (m2).
Keberhasilannya mendorong ekspansi hingga 20 ha pada musim tanam Desember 2024 hingga April 2025.
Inovasi ini bahkan mendapat apresiasi dari Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang secara langsung meninjau implementasi program pada 18 Januari 2025.
Jenis padi ini punya banyak keunggulan, seperti tahan air payau dan rob serta mampu tumbuh di lahan yang terpapar air asin.
Dengan demikian, padi biosalin dipercaya menjadi solusi berkelanjutan bagi pertanian pesisir.
Baca juga: Budi Daya Padi Biosalin, Upaya PGN dan BRIN Dukung Ketahanan Pangan di Semarang
Tak hanya itu, padi biosalin juga menghasilkan panen lebih tinggi, yakni 5-6 ton per ha atau lebih tinggi jika dibandingkan varietas padi konvensional.
Keuntungan lainnya, yakni ramah lingkungan, tahan terhadap hawar daun bakteri dan kresek hingga 90 persen, serta sanggup mengurangi ketergantungan pestisida.
Kemudian, padi ini juga berbasis kearifan lokal dengan sistem pengelolaan air yang dilakukan secara bergotong royong. Mekanismenya menggunakan buka-tutup pintu air untuk menjaga keseimbangan ekosistem sawah pesisir.
Berbasis Kearifan Lokal Sistem pengelolaan air dilakukan secara gotong royong, dengan mekanisme buka-tutup pintu air untuk menjaga keseimbangan ekosistem sawah pesisir.
Adapun program padi biosalin berhasil dicanangkan berkat empat pilar berkelanjutan Kota Semarang.
Baca juga: PGN Dorong Swasembada Pangan lewat Budi Daya Padi Biosalin di Lahan Abrasif
Pertama, revitalisasi lahan tidur 20 ha. Lahan yang tidak produktif kembali dimanfaatkan untuk pertanian.'
Kedua, ekonomi sirkular limbah panen, yakni dengan cara pengolahan kembali untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Petani pun disebut menjadi aktor utama dalam mengelola lahan dan air serta memastikan keberlanjutan program.
Lebih jauh, program padi biosalin diharapkan dapat mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya poin 2 Ketahanan Pangan, poin 9 Inovasi Teknolog, da poin 13 Adaptasi Perubahan Iklim.
Menjelang pergantian kepemimpinan di Kota Semarang, masyarakat berharap program ini terus berlanjut dan diperluas ke wilayah pesisir lainnya.
Baca juga: Semarang Jadi Pionir Budi Daya Pangan Berkelanjutan dengan Padi Biosalin
Keberhasilan padi biosalin bukan hanya masalah solusi pertanian, tetapi juga simbol ketahanan, inovasi, dan gotong royong dalam menghadapi perubahan iklim.
Dengan komitmen kuat terhadap pertanian berkelanjutan, Kota Semarang tidak hanya bertransformasi menjadi kota metropolitan yang maju, tetapi juga model inovasi pertanian pesisir yang dapat diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.