Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan

Kompas.com - 14/08/2017, 17:48 WIB
Masyarakat Purwakarta mengikuti karnaval Toleransi Umat Beragama dan mengikuti Pawai Beras Perelek dalam rangka HUT Purwakarta ke-186 serta Kabupaten Purwakarta ke-49 beberapa waktu lalu. IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Masyarakat Purwakarta mengikuti karnaval Toleransi Umat Beragama dan mengikuti Pawai Beras Perelek dalam rangka HUT Purwakarta ke-186 serta Kabupaten Purwakarta ke-49 beberapa waktu lalu.


PURWAKARTA, KOMPAS.com -Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dengan luas teritorial terkecil kedua. Sepuluh tahun belakangan, daerah ini menjelma menjadi sebuah pusat pengembangan kebudayaan Sunda --salah satu suku di Indonesia-- dan menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun asing.

Apalagi pembangunan berkarakter lokalistik berpadu dengan modernisasi mampu menyedot perhatian berskala nasional dan internasional. Nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam kehidupan masyarakat melalui aturan pemerintah kabupaten.

Pancasila merupakan dasar negara yang menjunung tinggi asas persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia yang penuh keberagaman ini mendapatkan kekaguman dari negara luar karena mampu berdampingan dan bersatu membentuk negara kuat.

Salah satu upaya mengembangkan Purwakarta adalah dengan membangun Taman Air Mancur Menari Sri Baduga di kawasan Situ Buleud Purwakarta. Dahulu, kawasan itu merupakan lokasi kumuh yang sering dipakai mangkal wanita pekerja seks komersial alias PSK.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkagum-kagum dengan kemegahan pertunjukkan air menari terbesar pertama di Indonesia tersebut.

Selain itu, ciri kentalnya kebudayaan Sunda di Purwakarta dengan adanya kebanggaan masyarakat setempat memakai baju pangsi dan iket Sunda dalam sebuah acara atau perhelatan besar.

Bahkan kebudayaan Sunda masa lalu pun masih bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya mulai dari kalangan tua, muda sampai anak-anak tak lekang oleh modernisasi. Seperti budaya perelek atau mengumpulkan beras seikhlasnya dari warga.

Baca juga: Wow...di Purwakarta Tersebar "ATM Beras"

Belum lama ini pun, Cucu Sang Proklamator Indonesia Soekarno, Puti Guntur Soekarno Putri, sangat mengapresiasi program Beras Perelek dan mengingatkannya kepada salah satu cita-cita kakeknya sejak dulu.

Beberapa program di Purwakarta yang sudah berjalan saat ini mampu mengapiliasikan makna dasar negara, Pancasila.

Seperti sila pertama, sampai sekarang upaya pemupukan terus menerus toleransi beragama oleh masyarakat dan unsur pemerintah daerah setempat.

Dedi Mulyadi saat mendampingi siswa belajar agama. Selama bulan puasa tahun ini pPara siswa di Purwakarta mendapat pelajaran baca tulis Al Quran dan Kitab Kuning oleh para guru madrasah di setiap wilayahnya. IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Dedi Mulyadi saat mendampingi siswa belajar agama. Selama bulan puasa tahun ini pPara siswa di Purwakarta mendapat pelajaran baca tulis Al Quran dan Kitab Kuning oleh para guru madrasah di setiap wilayahnya.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta mewajibkan pelajar setiap Jumat membaca kitab kuning bagi seluruh siswa muslim. Sedangkan siswa non-muslim belajar kitab suci agamanya masing-masing.

Tak tanggung-tanggung fasilitas beserta perlengkapannya pun disiapkan oleh sekolah sebagai bentuk ruang keberagaman beragama di Purwakarta.

Pengamalan sila kedua, terdapat program "Beras Perelek" melalui bank beras yang dipadukan dengan teknologi mesin anjungan tunai mandiri atau ATM. Dengan budaya perelek tersebut masyarakat Purwakarta merasakan keadilan karena warga tak mampu di daerah ini mendapatkan beras berkualitas bagus sama dengan masyarakat mampu lainnya.

Teknisnya setiap warga mampu mengumpulkan beras yang hasilnya nanti dibagikan merata kepada warga miskin. Program lainnya ada dokter online di pelosok desa, ambulans gratis 24 jam, dan jaminan kesehatan gratis di luar BPJS.

Selanjutnya sila ketiga, bertema program bergotong royong yang aplikasinya dengan kegiatan arisan gotong royong yang dilakukan di setiap desa. Kegiatannya bisa dilihat dengan jadwal upaya membersihkan kampung satu dibantu oleh warga kampung lainnya.

Keempat dengan tema semarak panji demokrasi bisa dilihat melalui program keselarasan antara eksekutif, legislatif dan masyarakat. Semua warga bisa melaporkan kondisinya langsung melalui call center atau SMS center kepada kepala daerah secara langsung.

Bahkan, pelayanan ini bukan hanya diapresiasi oleh masyarakat Purwakarta saja, tetapi semua warga di Jawa Barat atau luar daerah.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan warga penerima beras perelek gratis mencoba langsung ATM Beras yang diluncurkan bertepatan di Peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6/2017).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan warga penerima beras perelek gratis mencoba langsung ATM Beras yang diluncurkan bertepatan di Peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6/2017).

Terakhir sila kelima yang diaplikasikan dengan gebyar pentas sosial budaya nusantara melalui program pengobatan gratis bagi seluruh warga Purwakarta. Warga dari kalangan mana pun bisa mendapatkan pelayanan kesehatan cuma-cuma di 11 rumah sakit pemerintah daerah maupun yang sudah menjadi rekanan selama ini.

Dalam memperingati HUT Purwakarta tahun ini pun digelar sebuah karnaval bertema Pancasila tersebut yang dilakukan tiap akhir pekan.

"Minggu pertama sudah ada karnaval Toleransi beragama, kedua Karnaval Beras Perelek, ketiga Karnaval gotong royong, dan minggu depan Karnaval bertema semarak panji demokrasi dan pentas sosial budaya Nusantara," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di kantornya, Senin (14/8/2017).

Perubahan nyata

Perubahan Purwakarta sejatinya tak lepas dari peran kepemimpinan Dedi Mulyadi yang telah menjabat sebagai bupati dua periode sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. Sebelumnya

Purwakarta belum dikenal seperti sekarang berbeda dengan Kota Kembang Bandung yang telah dikenal sebelumnya sebagai daerah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.

 Masyarakat Purwakarta mengikuti karnaval Toleransi Umat Beragama dan mengikuti Pawai Beras Perelek dalam rangka HUT Purwakarta ke-186 serta Kabupaten Purwakarta ke-49 beberapa waktu lalu. IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Masyarakat Purwakarta mengikuti karnaval Toleransi Umat Beragama dan mengikuti Pawai Beras Perelek dalam rangka HUT Purwakarta ke-186 serta Kabupaten Purwakarta ke-49 beberapa waktu lalu.

Namun, Dedi mengaku hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk memajukan daerahnya dengan wujud perubahaan yang riil.

Pelestarian budaya menjadi ciri tersendiri dan menjadi daya tarik warga dari luar daerah untuk berkunjung.

"Budaya merupakan sebuah identitas diri sebuah daerah. Kita sebagai orang Sunda, ya harus menerapkan budaya Sunda. Kalau identitas atau budaya kita hilang, kita punya apa lagi cepat atau lambat akan hilang lagi dan tak dikenal oleh orang lain," ujarnya.

Meski demikian, Dedi pun tak akan bisa melakukan perubahan di daerahnya seperti sekarang ini, tanpa partisipasi masyarakat.

"Tanpa partisipasi semua elemen masyarakat, tak akan bisa menjadi seperti sekarang," katanya. (KONTRIBUTOR KOMPAS.com/ IRWAN NUGRAHA)

Terkini Lainnya
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
purwakarta
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
purwakarta
Saat Mereka
Saat Mereka "Patungan" Bantu Korban Rohingya...
purwakarta
"Lebih Baik Kami ke Purwakarta Daripada Harus ke Cianjur..."
purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
purwakarta
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
purwakarta
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi "Diserbu" TKI di Hongkong
purwakarta
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
purwakarta
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
purwakarta
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
purwakarta
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
purwakarta
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
purwakarta
Bagikan artikel ini melalui
Oke