PURWAKARTA, KOMPAS.com - Devina (25), gadis berkebutuhan khusus asal Desa Cinangka, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, akhirnya bertemu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dia mengaku bahagia luar biasa.
Rasa haru dan tidak menyangka menyelimuti perasaan Devina saat bertemu Dedi di rumah dinas Bupati Purwakarta, Jalan Gandanegara No 25 Purwakarta, belum lama ini. Di hadapan Bupati Purwakarta, Devina menceritakan kisahnya sambil menangis.
Sejak ibunya meninggal dunia saat usia Devina 6 tahun, ia tinggal bersama neneknya. Begitu neneknya meninggal, pengasuhan pun pindah ke tangan bibinya.
Namun, hampir setiap saat bibinya bertengkar dengan suaminya. Mendengar percekcokan yang sering terjadi, ada perasaan tidak enak yang muncul di benak Devina. Dia khawatir, pasangan suami istri tersebut bertengkar gara-gara dirinya.
"Makanya, neng kepikiran untuk cari bapak," kata Devina.
Akhirnya, berbekal uang Rp 50.000, Devina nekat mencari sang ayah. Namun ternyata, perjalanan mencari sang ayah bukan perkara mudah.
Seolah perjalanan yang tak berujung, Devina pun tersesat. Dia berangkat dari Sadang Purwakarta dan tanpa disadari terbawa hingga terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Dari sana, dia malah sampai ke Bogor dan akhirnya tiba di Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Di Sukabumi, Devina beberapa malam tinggal di Kantor Polsek Cisaat. Dari akun Facebook Polsek Cisaat itulah Dedi mengetahui ada warganya yang tengah mencari ayahnya dan nyasar di Sukabumi.
Dedi langsung menugaskan stafnya untuk menjemput Devina dan membawanya kembali ke Purwakarta. Kini, Devina tak ingin mengingat kisah buruk yang sudah terjadi sepanjang hidupnya.
Devina bertemu sang bupati dengan sebuah harap dan permintaan. Dia ingin bersekolah dan bertemu ayahnya.
"Pak Bupati, neng ingin sekolah, ingin pintar kayak orang lain. Kalau tidak merepotkan bapak, neng juga ingin ketemu Ayah," ujarnya sambil terisak.
Dedi pun mengabulkan keinginan Devina untuk bersekolah. Bupati dua periode ini juga memberikan bantuan modal usaha membuka gerai pulsa untuk Devina sebesar Rp 5 juta.
"Insya Allah neng bisa sekolah, kita masukkan kejar paket. Ini modal usaha untuk neng. Intinya, neng tidak boleh memiliki rasa dendam pada siapapun, neng harus yakin, harus bisa bermanfaat bagi orang lain," ucap Dedi sambil menahan tangisnya.
Kini, Devina tinggal di bawah pengawasan Kepala SMAN I Campaka dan memulai usaha penjualan pulsa dengan nama "Evi Cell".
Dedi mengaku, siapapun yang membutuhkan bantuan akan ia bantu. Tidak hanya warga Purwakarta yang menjadi tanggung jawabnya, tapi siapapun. Sebab, hidup manusia tidak selalu berada di atas.
"Jangan takut untuk membantu. Rezeki kita tidak akan hilang karena membantu orang. Seringlah membantu sehingga kalau kita susah akan banyak yang bantu juga," imbuhnya.
Dedi sendiri teringat masa kecil hingga kuliahnya yang diliputi dengan kemiskinan. Hal itu pulalah yang membuat dirinya rajin memberi dan membantu.
RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA