KOMPAS.com – Amid Sasmita bersiap. Setelah mengenakan pakaian dinas lengkap sebagai pegawai negeri sipil (PNS), dia mengambil jaket dan sepatu bot.
Menghadapi musim hujan, lelaki yang selama 30 tahun mengabdi sebagai guru itu harus memiliki persiapan lebih. Berangkat satu jam lebih awal, persiapan lebih matang, dan bawaan lebih banyak. Tak hanya sepatu boot, tapi juga rantai.
Rantai tersebut akan dipasangnya di ban motor agar bisa menyusuri jalan berlumpur di tengah perkebunan karet di Kampung Cikempung, Kecamatan Campaka, Purwakarta. Mau tidak mau, setiap hari ia harus melalui itu untuk sampai di tempatnya mengajar di SDN 3 Cimahi.
"Kalau tidak pakai rantai tidak akan jalan motornya. Kalau tidak pakai rantai, motor disimpan di ujung jalan. Saya jalan ke sini pakai sepatu bot," ujarnya.
Kampung Cikempung memang salah satu daerah terisolir jika musim hujan. Kampung ini berada di tengah perkebunan karet dan hanya dihuni oleh satu RW.
Warga kampung bekerja di perkebunan itu. Ketika musim kemarau, mereka bisa jalan keluar kampung untuk membeli berbagai kebutuhan. Namun, pada musim hujan, mereka terjebak di kampungnya sendiri lantaran buruknya kondisi jalan yang harus dilalui.
Untuk sekolah pun siswa perlu berjuang super keras. Jarak rumah ke sekolah bukan urusan sepele. Mereka harus berjalan kaki berjam-jam, apalagi untuk sekolah SMP.
Para siswa itu harus menyusuri kebun karet. Begitu sampai di jalan raya, mereka harus melanjutkan perjalanan dengan menumpang kendaraan.
Itu cerita setahun lalu sebelum akses jalan menuju kampung ini dibangun. Pada 2015 lalu Pemerintah Kabupaten Purwakarta selesai membangun jalan beton menuju kampung tersebut.
Setelah jalan tersebut selesai dibangun, sekolah itu bisa memiliki lebih banyak guru.
"Dulu tidak banyak guru yang mau mengajar di sini karena susah diakses. Kalau saya, karena PNS sudah ditugaskan di sini, jadi dinikmati saja," ucapnya.
Saat ini SD yang memiliki lima ruang kelas dan satu ruang guru itu punya 5 guru PNS dan beberapa guru honorer. Guru tersebut hanya mengajar 96 siswa atau anak-anak dari satu RW di kampung tersebut.
Sekolah tersebut, sambung Amid, juga tergolong baru. SD ini dibangun sekitar tahun 2013 untuk memudahkan warga mendapat akses pendidikan. Untuk SMP pun saat ini jaraknya tidak jauh. Mereka bisa sekolah di Satap (satu atap).
"Apalagi sekarang bisa menggunakan motor. Jadi, orangtua yang akan mengantarkan anaknya sekolah jauh lebih dekat," imbuhnya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, jalan tersebut dibangun pada 2014 dan selesai setahun kemudian. Jalan itu sengaja dibangun untuk membuka warga yang selama ini terisolasi.
"Mereka (warga) memiliki hak yang sama. Jadi, meski cuma satu RW, dibuatkan jalannya, dibangunkan sekolahnya. Semua murni menggunakan APBD Purwakarta," ucapnya.
Selain warga Cikempung, di tahun ini Dedi membuka akses warga yang terisolir akibat pembangunan Waduk Jatiluhur. Selama puluhan tahun mereka harus menggunakan perahu untuk bepergian. Jalan yang kemudian terbuka itu bernama Lingkar Barat Purwakarta, yaitu penghubung antara Purwakarta dengan Cianjur dan Karawang.
Anggaran 2017
Pembangunan di Purwakarta belum selesai. Untuk menuntaskan berbagai proyek pembangunan infrastruktur, Pemerintah Kabupaten Purwakarta menaikkan anggaran belanja publik untuk infrastruktur.
Pada 2016, anggaran pembangunan infrastruktur mencapai Rp700 miliar dari nilai APBD 2016 sebesar Rp2,2 triliun atau 31,8 persen. Tahun depan, anggaran dinaikkan menjadi Rp1 triliun dari target APBD 2017 sebesar Rp2,4 triliun atau 41,6%.
"Infrastruktur itu terdiri dari penyelesaian pembangunan Jalan Lingkar Timur Purwakarta, lima jembatan penghubung Purwakarta dengan daerah lain, irigasi, listrik, dan lainnya," ucapnya.
Dedi menjelaskan, pembangunan jalan Lingkar Timur Purwakarta sepanjang 100 KM, tahun ini baru selesai 40 KM. Sisanya, 60 KM dianggarkan pada 2017.
Jalan Lingkar Timur Purwakarta nantinya akan menghubungkan Bungursari – Cibatu – Wanayasa – Kiarapedes – Bojong sampai tembus ke Darangdan dan Plered via Jalan Militer. Jalan ini nantinya akan terkoneksi dengan interchange KM 90+400 yang akan segera dibuka.
Selain Jalan Lingkar Timur, sebanyak lima jembatan akan dibangun di Purwakarta. Kelima jembatan itu yakni, jembatan Ciherang Pasawahan – Parakan Lima Jatiluhur, jembatan Ciherang Ciawitali – Bungur Jaya Pondok Salam, jembatan Mekar Jaya Purwakarta – Banggala Mulya Subang, jembatan Cikadu Purwakarta – Cimayasari Subang dan penyelesaian jembatan Cirarunggang Purwakarta.
Jembatan ini, sambung Dedi, dibangun untuk menciptakan akses ekonomi bagi masyarakat sekitar. Selama ini, warga sekitar mengalami keterisolasian dan kesulitan akses untuk kehidupan ekonomi sehari-hari.
"Seperti masyarakat di daerah antara Purwakarta dan Subang, mereka menggunakan perahu untuk akses mobilitas kegiatan sehari-hari terutama akses ekonomi. Seharusnya ini tanggung jawab pemerintah provinsi, tetapi kita usahakan untuk membangun," tambah Dedi.
Untuk pembangunan jembatan, pihaknya menganggarkan Rp75 miliar dalam APBD 2017.
RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA