Senin ke Jumat, Menanam Karakter di Purwakarta

Kompas.com - 17/11/2016, 16:03 WIB
Reni Susanti

Penulis

KOMPAS.com/RENI SUSANTI Suasana pembelajaran siswa di Kabupaten Purwakarta. Ini merupakan proses terciptanya pendidikan berkarakter.

KOMPAS.com – "Bu, coklatnya. Keripik singkongnya juga enak, pedas. Atau, mau coba yoghurt dan seblak?" ujar Annisa, siswi SMAN 1 Campaka, Minggu (13/11/2016).

Kalimat-kalimat itu meluncur dari bibir Annisa saat menjajakan makanannya di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta. Dia tidak sendiri. Ada puluhan temannya dari OSIS dan MPK SMAN 1 Campaka yang bersama-sama menjual masakan kreasi mereka sendiri.

Bagi remaja kelas XI, memasak dan menjualnya bukan hal aneh. Itu semua adalah keseharian mereka.

"Di sekolah ada kelas tata boga, jadi kami diajarkan memasak dan biasa mengaplikasikannya di rumah," tutur Annisa.

Bukan hanya tata boga, di sekolahnya juga ada kelas agrikultur. Selain mendapatkan pengajaran di kelas, mereka langsung mempraktikannya dengan menanam padi dan palawijaya di lahan milik sekolah seluas 4.800 meter.

Para siswa belajar cara menanam padi, memupuk, hingga memanen, ngagebot atau memisahkan bulir padi dari tangkainya, dan menjemurnya.

Belum lama ini, para siswa tersebut selesai memetik panen. Mereka memperoleh 72 kg mentimun, 8 kg kacang panjang, dan 4 kuintal gabah basah. Hasil panen tersebut dijual dan berhasil mengumpulkan Rp7 juta.

Ketua OSIS SMAN 1 Campaka, M Naufal Ridwan, mengatakan dari Rp 7 juta yang diperoleh, sebanyak Rp 4 juta dibelikan padi, kacang panjang, mentimun, serta pupuk. Sisanya Rp 3 juta masuk ke kas OSIS untuk infak bagi siswa kurang mampu.

KOMPAS.com/RENI SUSANTI Suasana pembelajaran siswa di Kabupaten Purwakarta. Ini merupakan proses terciptanya pendidikan berkarakter.
Kepala SMAN I Campaka Nur Aisyah Jamil menjelaskan, panen merupakan bagian dari pembelajaran biologi dan tata boga. Menurut dia, ekstrakurikuler pertanian pun termasuk dalam pembelajaran tersebut sehingga siswa bukan saja mengikuti panen raya, tetapi juga terlibat langsung dalam setiap perkembangan tanaman, mulai menanam sampai merawat tanaman. Semua dilakukan oleh siswa.

"Mereka dipandu oleh dua orang pembimbing, satu dari guru dan seorang petani wilayah ini yang paham kondisi tanah dan lingkungan sekitar. Mereka secara bersama-sama langsung terjun ke sawah dan ladang," kata dia.

Menular

Kegiatan menjadi "pedagang" atau "petani" seperti itu tidak hanya berlaku untuk siswa SMA. Pihak sekolah dari tingkat SD hingga SMA negeri di Purwakarta memberlakukan hal sama yang disesuaikan dengan tingkatan sekolahnya.

Kurikulum tambahan itu kerap disebut "pendidikan berkarakter ala Purwakarta" yang diinisiasi oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.

Kepala SMPN I Purwakarta Heri wijaya mengatakan, kelas agrikultur menjadi sangat penting. Tak lain, karena anak-anak zaman sekarang jarang yang memiliki keinginan untuk bercocok tanam.

"Lihat di sawah-sawah, yang bertani atau mengurus ternak itu rata-rata sudah tua. Kalau dibiarkan, regenerasinya bisa hilang. Makanya, Bupati mengeluarkan kebijakan ini. Mudah-mudahan kebiasaan di sekolah menular ke orang-orang terdekat di rumah," terangnya.

Selain itu, Bupati juga membuat syarat tambahan kenaikan kelas selain kurikulum umum yang sesuai Permendikbud. Syarat tersebut meliputi: siswa laki-laki wajib memiliki pohon keras dan ternak.

"Ternaknya bebas, mau ikan di akuarium juga boleh. Karena yang dinilai siswa bertanggungjawab dengan hewan ternaknya atau tidak, apakah diberi makan atau tidak, dan lain-lain," tuturnya.

Untuk perempuan, syaratnya harus memasak, menyulam, menenun, dan memiliki tanaman hias. Peralatan tenun sudah disedikan. Adapun untuk memasak sudah disiapkan kelas chef beserta guru yang ahli dalam bidang memasak.

"Dengan semua syarat itu diharapkan waktu luang siswa di rumah bisa dihabiskan untuk hal-hal positif. Makanya, sekolah di Purwakarta tidak ada PR, tapi diganti dengan pendidikan aplikatif tersebut. Semua tugas dimonitor langsung oleh wali kelas," terang Heri.

Cara memonitornya dilakukan melalui buku karakter. Semua yang dilakukan siswa, seperti memberi makan ternak, dituliskan di buku itu dan diparaf orang tuanya.

Begitu juga kegiatan di sekolah, seperti shalat duha untuk siswa muslim. Kegiatan itu diparaf oleh gurunya.

Di awal tahun ajaran, siswa pun akan diminta melaporan "harta kekayaannya". Laporan itu berupa jumlah ternak yang mereka miliki, tanaman, dan lainnya. Sementara di akhir tahun ajaran nanti, para siswa kembali akan diminta laporan harta kekayaan untuk melihat perkembangannya.

Untuk memastikan kebenaran LHK siswa, guru diwajibkan berkunjung ke rumah. Jika satu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dalam satu tahun ajaran wali kelas harus selasai mengunjungi rumah 40 siswa. Itu dilakukan di luar hal-hal bersifat insidentil.

"Buku karakter itu sebagai komunikasi antara orangtua dan guru serta perkembangan siswa. Nanti, saat pengecekan ke rumah, guru juga berbekal buku tersebut," terangnya.

Semua persyaratan, seperti bibit pohon dan hewan ternak, disediakan orangtua masig-masing. Bagi siswa yang tidak mampu, sekolah akan memberi bantuan. Hal paling penting program ini bisa dijalankan oleh siapapun.

Kemampuan dan bakat

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, pendidikan berkarakter merupakan cara membentuk karakteristik manusia dan menggali potensi anak didik. Metode pendidikan ini disesuaikan dengan daerah sekitar. Misalnya, pendidikan di pesisir laut seputar teknologi penangkapan ikan, perkapalan, dan lainnya.

Begitu juga  di pegunungan. Anak-anak perlu mendapat ilmu seluas-luasnya tentang perkebunan dan peternakan. Lahannya disediakan Pemkab.

"Setiap daerah memiliki kultur berbeda sehingga cara mendidik anak-anaknya pun tidak bisa digeneralisasi. Pengembangan karakter manusia pun harus disesuaikan kemampuan dan bakatnya," ucapnya.

Namun, menurut Dedi, pendidikan yang diterapkan harus aplikatif dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara itulah, siswa akan sibuk berpikir dan bekerja agar hasil panennya bisa baik.

"Bukan main handphone dan keluyuran bawa motor," ujarnya.

Tak hanya itu. Sekolah di Purwakarta juga menerapkan unsur tematik yang dijadikan falsafah dalam setiap pembelajaran. Senin bertema Ajeg Nusantara, lalu pembelajaran dikaitkan dengan nusantara, seperti kepahlawanan, upacara bendera, dan lain-lainnya tentang Indonesia.

Sementara itu, Selasa berupa Mapag Buana mengenai peradaban dunia, salah satunya bahasa Inggris. Adapun tematik pada Rabu adalah Manah di Sunda atauberbicara tentang Sunda.

Selanjutnya pada Kamis, tematiknya adalah Nyandang Wawangi atau kebebasan berekspresi. Pada hari itu setiap anak bebas berekspresi dalam seni, mengolah rasa, mengolah hati.

Sementara pada Jumat, tematik yang diberikan adalah Menyucikan Diri. Di hari inilah berbagai kegiatan rohani dilakukan.

Terakhir, pada Sabtu-Minggu, nama tematiknya adalah Betah di Imah atau betah di rumah

(RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA)

Terkini Lainnya
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
purwakarta
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
purwakarta
Saat Mereka
Saat Mereka "Patungan" Bantu Korban Rohingya...
purwakarta
"Lebih Baik Kami ke Purwakarta Daripada Harus ke Cianjur..."
purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
purwakarta
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
purwakarta
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi "Diserbu" TKI di Hongkong
purwakarta
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
purwakarta
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
purwakarta
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
purwakarta
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
purwakarta
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
purwakarta
Bagikan artikel ini melalui
Oke