KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana akan menggelar upacara pengabenan Kusa Pranawa untuk manusia prasejarah yang ada di Museum Purbakala Gilimanuk.
Prosesi pengabenan yang melibatkan seluruh desa adat se-Kecamatan Melaya itu dijadwalkan berlangsung pada tanggal 26 Januari hingga 3 Februari 2024, dengan puncak acara pada tanggal 1 Februari 2024.
Untuk diketahui, manusia purba dianggap sebagai leluhur masyarakat Jembrana, sehingga Bupati Jembrana I Nengah Tamba menyatakan perlunya upacara pengabenan sebagai penghormatan.
Sebagai tindak lanjut, Tamba bersama Majelis Alit dan seluruh Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya telah melakukan rapat pembahasan mengenai upacara pengabenan untuk manusia purba di Rumah Makan Padasuka, Desa Candikusuma, Rabu (17/1/2024).
Baca juga: Museum Semedo di Tegal, Serunya Belajar Fosil Hewan dan Manusia Purba
Dalam rapat tersebut, disepakati bahwa prosesi pengabenan untuk manusia purba akan dilakukan melalui upacara Kusa Pranawa.
Kusa Pranawa adalah upacara pengabenan yang menggunakan sarana pengawak daun alang-alang, yang melambangkan simbolis badan manusia. Upacara ini umumnya dilaksanakan oleh umat Hindu dalam prosesi pengabenan untuk jenazah yang telah dikubur, hilang, atau tidak ditemukan.
Setelah pertemuan tersebut, Tamba kembali mengadakan rapat dengan panitia pengabenan dan bendesa adat se-Kecamatan Melaya di Kantor Bupati Jembrana, Rabu (24/1/2024).
Dalam kesempatan itu, ia menyatakan bahwa pelaksanaan upacara pengabenan dilakukan karena kerangka manusia prasejarah yang berada di Museum Purbakala Gilimanuk belum pernah disucikan.
Baca juga: Manusia Prasejarah Ciptakan Seni dengan Api, Studi Mengungkapnya
"Manusia prasejarah dari rekam jejak yang ada di Gilimanuk ternyata prosesi pengabenan atau penyucian ini belum pernah dilaksanakan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (26/1/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Tamba setelah melaksanakan rapat bersama panitia pengabenan dan bendesa adat se-Kecamatan Melaya di Kantor Bupati Jembrana, Rabu.
Ia menegaskan bahwa upacara pengabenan bukan hanya tanggung jawab warga Kecamatan Melaya saja, tetapi juga merupakan kewajiban bersama.
"Kami berterima kasih kepada seluruh jajaran Majelis Alit dan Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya yang tergabung dalam satu panitia pelaksana untuk menyukseskan prosesi acara pengabenan Kusa Pranawa," ucapnya.
Baca juga: Misteri Kerangka Manusia Offord Cluny Berusia 2.000 Tahun Akhirnya Terungkap
Selain pengabenan untuk manusia prasejarah, Tamba mengungkapkan bahwa prosesi tersebut juga akan melibatkan 275 kerangka manusia prasejarah.
Sebagai informasi, kerangka manusia prasejarah tersebut saat ini menjadi objek penelitian dan disimpan di laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
"Hari ini, ada 275 kerangka manusia prasejarah yang tersimpan di laboratorium UGM. Ini pun harus kami pendak (jemput)," ujar Tamba.
Ia menyatakan bahwa pihaknya juga berencana mengundang arkeolog dari UGM untuk memberikan penjelasan terkait sejarah keberadaan kerangka manusia prasejarah yang ada di Museum Purbakala Gilimanuk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan pemahaman masyarakat setempat.
Baca juga: Pemprov DKI Lanjutkan Penelitian Arkeologi di Pulau Onrust yang Terhenti pada 1995
"Dalam puncak acara, kami juga akan mengundang ahli arkeologi dari UGM yang akan memberikan pencerahan. Mereka telah melakukan penelitian selama ini. Dengan demikian, kita akan memahami (lebih baik) apa itu sebenarnya museum prasejarah di Gilimanuk ini," tutur Tamba.
Ia berharap bahwa setelah upacara pengabenan akan membawa kedamaian, sehingga program-program Pemkab Jembrana dapat terlaksana dan seluruh masyarakat merasa bahagia.
"Mudah-mudahan Jembrana menjadi lebih baik, semua (program-program) akan bisa terlaksana. Program-program Pemkab Jembrana (dapat) berjalan baik, serta masyarakat Jembrana bisa lebih sejahtera dan sehat," ucap Tamba.
Baca juga: Liburan Akhir Tahun, ASDP Perkuat Layanan Operasional Pelabuhan dan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
Pada kesempatan itu, Ketua Panitia Pengabenan Kusa Prenawa I Nengah Naya mengatakan bahwa upacara Yadnya akan melibatkan masyarakat adat yang ada di Kecamatan Melaya, karena bersifat kolektif.
"Hingga saat ini, peserta dari masyarakat di luar dari manusia prasejarah, untuk mamungkah sebanyak tiga, mamukur sebanyak 12, dan ngelungah sebanyak 18," ucapnya.
Sebagai Bendesa Adat Gilimanuk, I Nengah Naya berharap bahwa upacara pengabenan Kusa Prenawa dapat menjadikan wilayah Desa Adat Gilimanuk menjadi bersih, baik secara sekala maupun niskala, sehingga membawa kebaikan bagi seluruh masyarakatnya.
"Mudah-mudahan dengan prosesi ini, Desa Adat Gilimanuk menjadi aman dan damai," imbuhnya.