KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) bersama stakeholder terkait berhasil melakukan pemulihan lahan bertanian di Kabupaten Demak seluas 512 hektar. Tak ayal, lahan yang sebelumnya sering terendam banjir tersebut, kini bisa ditanami kembali.
Adapun ratusan hektar lahan pertanian tersebut tepatnya berada di Desa Dukun, Klitih, Pidodo, dan Kedunguter, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak.
Pemulihan lahan itu dilakukan melalui upaya program normalisasi sungai dan irigasi daerah setempat.
Salah satu petani di Desa Dukun, Rifan menyampaikan terima kasih karena areal persawahan di desanya sudah kembali bisa ditanami, setelah sebelumnya mangkrak beberapa musim tanam karena banjir.
"Terima kasih sudah dibantu normalisasi (sungai),” katanya dalam siaran persnya, Kamis (29/8/2025).
Hal tersebut dikatakan Rifan di hadapan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin dalam acara Wiwitan Tandur Pari bertema ‘Sinergi Penanganan Sawah Terdampak Banjir untuk Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Demak', di Desa Dukun, Kecamatan Karengtengah, Demak, Jateng, Rabu (27/8/2025).
Baca juga: Komitmen Perangi TBC, Pemprov Jateng Alokasikan Rp 1 Miliar pada 2025
Rifat pun meminta, agar normalisasi aliran irigasi juga diperluas di wilayah tetangga seperti Desa Dukun Lor. Termasuk memperbaiki pintu air, dan betonisasi jalan sepanjang 700 meter.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin mengatakan, upaya bersama dalam pemulihan lahan pertanian itu membuahkan hasil.
Pada 3 Juli 2025 lalu, Taj Yasin menyaksikan sendiri pengerjaan normalisasi aliran Sungai Pelayaran yang panjangnya kurang lebih 300 meter. Sungai Pelayaran sendiri menjadi penghubung antara aliran irigasi yang melintasi areal persawahan.
"Pada 3 Juli 2025 lalu saya ke sini. Luasan tanah total sekitar 512 hektar masih terendam air, Alhamdulillah saat ini sudah kering dan sudah bisa ditanam lagi," katanya.
Taj Yasin mengatakan, Kabupaten Demak merupakan wilayah penyumbang komoditas padi nomor tiga di Jateng. Akan tetapi peringkatnya turun menjadi nomor lima, karena ada lahannya yang terkena banjir.
Oleh karenanya, kata dia, produktivitas pertaniannya perlu digenjot lagi guna mempertahanlan Jateng sebagai penumpu pangan nasional.
"Tidak hanya di Kecamatan Karangtengah, tetapi kami juga melihat keseluruhan di Kabupaten Demak. Mana potensi yang bisa kami kembangkan lagi, kami kembalikan lagi, kita tanam lagi," ucapnya.
Baca juga: Alokasikan 17.510 Rumah pada 2025, Pemprov Jateng Jadi Provinsi Terbaik Program Penyediaan Perumahan
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng Defransisco Dasilva Tavares mengatakan, Kabupaten Demak merupakan salah satu sentra produksi padi utama di Jateng, dengan kontribusi terhadap produksi provinsi sebesar 8,89 persen.
Khusus di Kecamatan Karangtengah, dia mengatakan, merupakan salah satu sentra penghasil produksi padi di Kabupaten Demak dengan capaian luas tanam seluas 4.951 hektar.
Namun, banjir yang terjadi di wilayah tersebut menyebabkan kerusakan dan genangan lahan sawah seluas 512 hektar. Tak pelak, banjir tersebut menimbulkan kerugian yang mencapai Rp 18 miliar per musim tanam.
Kalkulasinya, bila produktivitas panen gabah kering 5,6 ton per hektar, lalu dikalikan 512 hektar, maka potensi kehilangan produksi padi sebanyak 2.867,2 ton dalam satu musim tanam.
"Setara dengan Rp 18.636.800.000, dengan asumsi harga gabah Rp6.500 per kilogram," katanya.
Defransisco berharap, pemulihan lahan pertanian di daerah teresebut bisa kembali menggenjot produktifitas padi di wilayah tersebut.
Baca juga: Pemprov Jateng Beri Bantuan Rp 180 Juta untuk Korban Kebakaran Sumur Minyak di Blora
Sebagai informasi, pemulihan lahan pertanian itu merupakan kerja kolaborasi yang melibatkan lintas pihak, di antaranya Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun), Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (PUBMCK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jateng-DIY, Pemadam Kebakaran, PT Corin Mulia, PT NBI, hingga PT Djarum, dan lainnya. (*)