KOMPAS.com - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah ( Jateng) bersama Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah (Polda) Jateng menginspeksi sejumlah apotek dan distributor masker di Semarang.
Hal tersebut guna menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait kelangkaan dan kenaikan harga masker.
Kasubdit Industri, Perdagangan, dan Investasi Ditreskrimsus Polda Jateng Benny Setyowadi mengatakan, inspeksi dilakukan sesuai instruksi presiden kepada Kapolri.
“Tindakan hukum akan diambil jika ada pihak yang ambil keuntungan. Kami terus kembangkan agar masyarakat bisa mendapat masker dengan harga normal,” kata Benny, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Wapres Maruf Amin Pastikan Pemerintah Awasi Peredaran Masker
Apotek di kawasan Jalan Pemuda Semarang menjadi salah satu lokasi inspeksi.
Berdasarkan hasil pantauan, persediaan masker jenis N95 tersisa enam kardus yang masing-masingnya berisi 10 lembar.
Satu lembar masker dijual serga Rp 65.000. Padahal, sebelumnya masker tersebut dijual seharga Rp 35.000.
Sementara itu, masker bedah (surgical mask) dan alkohol pembersih tangan (hand sanitizer) sudah habis terjual.
Pengelola apotek mengatakan, kenaikan harga terjadi sejak merebaknya wabah Virus Corona (Corona Virus Disease-Covid-19).
Baca juga: Penimbun Masker dan Antiseptik di Semarang Jualan Online Lewat FB, Tertangkap Patroli Cyber
Kondisi tersebut membuat permintaan konsumen melonjak, sedangkan pasokan dari produsen berkurang.
Selanjutnya, inspeksi dilanjutkan ke distributor alat kesehatan Mitra Utama Alkesmed.
Direktur Mitra Utama Alkesmed Yanuar Ariyanto mengatakan, pihaknya hanya mendapat jatah dua karton masker N95 dan masker operasi.
“Alokasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan apotek dan tenaga medis,” kata Yanuar.
Baca juga: Awas, Polisi Akan Awasi dan Tindak Tegas Oknum yang Naikkan Harga dan Timbun Masker
Yanuar menambahkan, harga masker operasi sudah mencapai Rp 100.000 per kotak, sedangkan jenis N95 mencapai lebih dari Rp 550.000 per kotak.
Kemudian, inspeksi berlanjut ke distributor Sanidata. Kurang lebih, kondisi yang ditemui serupa.
Menurut Sekjen Asosiasi Gabungan Pengusaha Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Jateng sekaligus pemilik Sanidata Ferdinand, hujan abu dampak letusan Gunung Merapi yang terjadi setelah pengumuman pasien positif Corona membuat pasokan dari produsen semakin menurun.
“Dalam kondisi normal, seminggu bisa ambil beberapa ribu kotak. Sekarang hanya beberapa puluh saja. Normalnya harga masker cantol sekitar Rp 20.000 per kotak. Sekarang mencapai Rp 200.000 per kotak karena dari pabrik lebih dari Rp 100.000,” kata Ferdinand.
Baca juga: Erick Thohir Mau Pesan Bahan Baku Masker dari Eropa
Untuk mengatasi hal tersebut, Ferdinand menyeleksi pembeli dengan menanyakan kartu keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Kabid Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Disperindag Jateng Mukti Sarjono pun mengimbau penjual masker untuk tidak menaikkan harga di tengah kondisi saat ini.
“Kenaikan harga karena permintaan yang banyak, namun produsen tidak dapat memenuhinya,” kata Mukti.