KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan, peristiwa perundungan siswi sebuah SMP di Purworejo menjadi momentum untuk memperbaiki sistem.
"Melihat kasus ini, saya orang yang yakin bahwa perundungan seperti ini pasti ada di tempat lain, tetapi kita tidak tahu,” kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Rabu (19/2/2020).
Gubernur Jateng pun berharap peristiwa serupa tidak terulang lagi. Ia juga akan mengulas sistem yang sekarang dipakai dan memperbaikinya agar kasus serupa tidak terulang.
Untuk itu, Ganjar kini telah membentuk tim khusus untuk mengatasi dan mencegah perundungan di sekolah.
Baca juga: Ganjar Ingin Siswi SMP Purworejo yang Dianiaya Temannya Ikuti Psikotes
Saat ini, tim khusus tersebut dibentuk untuk menyelesaikan masalah perundungan siswi SMP di Purworejo tersebut dan mereformulasikan sistem pendidikan.
Adapun, tim bentukan Ganjar itu turut melibatkan aktivis difabel dari Semarang dan daerah lainnya.
Setelah mendapatkan arahan dari Ganjar, Sabtu (15/2/2020), Pegiat Rumah D Noviana Dibyantari bersama timnya melakukan identifikasi ke Purworejo.
Kedatangan Noviana langsung disambut korban perundungan dengan tawa yang ceria, seolah tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya.
Baca juga: Ganjar Sebut Siswi SMP Korban Bullying di Purworejo Berkebutuhan Khusus
"Pendampingan sudah kami lakukan dengan cara mengajak dialog, menghibur korban, dan menemui pelaku,” kata dia.
Dalam perjalanan, ia menemukan kembali proses pembiaran dan ketidakdisiplinan yang akhirnya membuat peristiwa itu terjadi.
"Harus ada sentuhan revolusi mental yang kuat kepada anak-anak untuk masa depan," kata Bunda Novi (panggilan akrab Noviana).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Jumeri memastikan korban perundungan SMP di Purworejo ditangani dengan baik.
Baca juga: Bullying (Perundungan): Penyebab, Jenis, Dampak
Pernyataan itu ia sampaikan setelah pihaknya beberapa hari berkunjung ke Purworejo untuk melakukan penanganan dan penilaian.
"Penanganan dan assessment psikologi, serta motivasi kami lakukan agar korban kembali giat belajar. Dua hari ini kami istirahatkan agar tidak banyak dikunjungi,” kata Jumeri.
Ia melanjutkan, penanganan itu dilakukan dengan menelusuri jati diri pelaku dan korban perundungan.
"Pemprov akan menangani dengan baik agar tidak dirugikan pendidikannya." imbuh Jumeri saat jumpa pers OPD di Gedung A Lantai 1 Kantor Gubernur Jateng, Rabu (19/2/2020).
Baca juga: Marak Viral Perundungan di Lingkungan Sekolah, Mengapa Selalu Terjadi?
Untuk soal hukum, sambung Jumeri, hal itu ada di kepolisian. Korban perundungan pun masih dalam pendampingan karena belum mau diajak berbicara. Para pendamping juga mengajak korban berenang dan bermain agar mau membuka obrolan.
Terkait keputusan korban akan bersekolah di mana, pihaknya masih mengkaji berbagai kemungkinan.
Selain di Purworejo, Jumeri juga menyatakan jika peristiwa serupa terjadi di beberapa sekolah lain di Jateng, tetapi tingkatnya tidak besar.
Baca juga: Kasus Perundungan Dominasi Kekerasan terhadap Anak di Sektor Pendidikan
Menurut dia, masalah di Purworejo itu menjadi viral setelah direkam dan diunggah di media sosial.
Pemprov Jateng pun telah beberapa kali berkoordinasi dengan kepala dinas pendidikan kabupaten atau kota.
“Awal Maret kami pastikan rapat lagi untuk memastikan agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi,” kata Jumeri.
Terkait kejadian di tempat lain, dirinya menyebut peristiwa serupa terjadi di Demak, meski tidak terlalu besar.
Baca juga: Ganjar Minta Sekolah Tempat Terjadinya Bullying di Purworejo Ditutup atau Dilebur
Untuk isu wacana penggabungan sekolah, Jumeri mengatakan, sekolah tersebut secara administrasi milik yayasan Muhammadiyah.
Maka dari itu, ia meminta agar sekolah mem-branding ulang dengan berbagai kegiatan dan diisi berbagai program agar mampu bangkit dan menjadi sekolah pilihan masyarakat.