Potret Lasem, Tempat Keberagaman dan Toleransi Terjaga dengan Baik

Kompas.com - 25/01/2020, 10:46 WIB
Anissa DW,
Sheila Respati

Tim Redaksi

Salah satu Kelenteng yang terdapat di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa TengahDok. Humas Pemprov Jawa Tengah Salah satu Kelenteng yang terdapat di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

KOMPAS.com – “Tiongkok Kecil”. Julukan itulah yang melekat pada nama Lasem. Sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang menyimpan sejarah dan kaya akan budaya.

Merujuk sejarahnya, Lasem merupakan tempat awal pendaratan orang Tionghoa di Pulau Jawa. Karena itu, daerah ini memiliki banyak perkampungan Tionghoa dengan deretan rumah kuno yang unik.

Rumah-rumah kuno itu bisa dengan mudah ditemui di Jalan Karangturi. Sebagian lagi berada di Desa Soditan.

Selain itu, terdapat tiga kelenteng yang berdiri megah di Lasem. Pertama, Kelenteng Cu An Kiong di Jalan Dasun. Kemudian Kelenteng Gie Yong Bio di Jalan Babagan dan Kelenteng Karangturi Po An Bio.

Baca juga: Yuk Tonton Merapah 5 Warisan Budaya Batik ke Cirebon, Pekalongan, dan Lasem

Meskipun dikenal sebagai Tiongkok kecil, Lasem tak hanya dihuni oleh orang-orang Tionghoa. Lebih dari itu, Lasem dikenal sebagai rumah keberagaman.

Hidup berdampingan

Di Lasem, masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis hidup berdampingan dengan rukun. Masyarakatnya memiliki kesadaran toleransi tinggi, hidup berdampingan di atas perbedaan ras, suku, dan agama.

"Kalau toleransi di Lasem itu jempol," ujar Oenardi alias Oen Liang, salah satu keturunan Tionghoa saat ditemui di rumahnya di Jalan Karangturi, Kecamatan Lasem, Kamis (23/1/2020) dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Sejak dia lahir, kata pria berusia 60 tahun itu, tidak ada konflik antar suku, agama, dan ras di Lasem. Mereka hidup berdampingan dan saling menghargai.

"Kalau ada orang Tionghoa meninggal, ya orang muslim ikut takziyah. Begitu sebaliknya. Di sini aman dan nyaman. Di sini ada kelenteng, berdekatan dengan pesantren. Semua membaur saling menghormati," tuturnya.

Baca juga: Karnoto, Wajah Kemajemukan Lasem

Ketika perayaan Imlek, imbuhnya, kelenteng terbuka bagi siapapun untuk saling bertemu dan menikmati makanan yang disajikan.

"Wah, kalau pas Imlek banyak warga datang dari berbagai kalangan. Islam, Kristen dipersilakan menikmati hidangan, seperti kue keranjang. Asalkan sopan karena kelenteng tempat ibadah," cerita dia.

Menariknya, meski menjadi perkampungan masyarakat keturunan Tionghoa, Lasem pun memiliki puluhan pondok pesantren (ponpes).

Ponpes Al Hidayat Asy Syakiriyyah di Soditan dan Ponpes Kauman di Jalan Karangturi, misalnya. Bahkan, kedua ponpes ini menggunakan bangunan bergaya arsitektur khas China.

Menurut pengasuh Ponpes Al Hidayat Asy Syakiriyyah, Gus Farih Fuadi, dahulu ponpes yang diasuhnya itu merupakan bangunan tempat penginapan masyarakat Tionghoa. Bahkan pintu ruang tamu pun masih terdapat tulisan China.

Pondok Pesantren Al Hidayat Asy Syakiriyyah di Soditan, Lasem, Jawa Tengah yang menggunakan bangunan bekas tempat penginapan masyarakat Tionghoa zaman dahulu. Dok. Humas Pemprov Jawa Tengah Pondok Pesantren Al Hidayat Asy Syakiriyyah di Soditan, Lasem, Jawa Tengah yang menggunakan bangunan bekas tempat penginapan masyarakat Tionghoa zaman dahulu.

"Pesantren ini didirikan Abah saya sekitar tahun 1985. Dulunya ini bangunan untuk penginapan masyarakat Tionghoa. Dibeli Abah dan dijadikan pesantren. Pintu itu memang asli masih ada tulisan huruf China," jelasnya.

Gus Farih menjelaskan, sikap toleransi di Lasem pun sudah terjalin sejak lama. Selama itu pula, santrinya berbaur dengan masyarakat keturunan Tionghoa.

Tak hanya itu, banyak juga wisatawan datang ke pesantren itu untuk belajar bagaimana menjaga toleransi.

"Alhamdulillah tidak pernah ada apa-apa. Semuanya saling melengkapi. Banyak yang datang ke sini menanyakan sejarah toleransi," terang Gus Farih.

Kenyamanan dan ketenangan hidup di tengah keberagaman juga dirasakan kaum Nasrani. Pendeta Gereja Bethel Indonesia di Lasem, Yonatan Kukuh mengatakan, dirinya dapat hidup aman dan nyaman di tengah lingkungan beragam di Lasem.

Baca juga: Wisata Religi di Lasem, Ini Tiga Kelenteng Tua yang Bisa Dikunjungi

" Toleransi di sini terbangun sudah sejak lama. Masyarakat dari berbagai suku, agama ini hidup berdampingan dan saling menghormati," kata dia.

Oleh karena itu, menurutnya, kehidupan toleransi di Lasem perlu dilestarikan. "Toleransi di Lasem bukan hanya sekedar wacana. Jadi, ini perlu dilestarikan," ungkapnya.

Untuk diketahui, terdapat dua gereja di Lasem, yakni Gereja Bethel Indonesia dan Gereja Yesus Sejati.

Terkini Lainnya
Pekan Depan, Pemprov Jateng Bersama BNPB dan Kementerian PUPR Tentukan Langkah Rehabilitasi Usai Bencana Banjir
Pekan Depan, Pemprov Jateng Bersama BNPB dan Kementerian PUPR Tentukan Langkah Rehabilitasi Usai Bencana Banjir
Jateng Gayeng
Tinjau Banjir Bandang di Pekalongan, Pemprov Jateng Salurkan Bantuan Senilai Rp 160 Juta
Tinjau Banjir Bandang di Pekalongan, Pemprov Jateng Salurkan Bantuan Senilai Rp 160 Juta
Jateng Gayeng
Dapat Penghargaan dari Baznas, Pj Gubernur Jateng Ingin Fokus Entaskan Kemiskinan
Dapat Penghargaan dari Baznas, Pj Gubernur Jateng Ingin Fokus Entaskan Kemiskinan
Jateng Gayeng
Entaskan Kemiskinan Ekstrem, Pemprov Jateng Kurangi Beban Pengeluaran hingga Kolaborasi
Entaskan Kemiskinan Ekstrem, Pemprov Jateng Kurangi Beban Pengeluaran hingga Kolaborasi
Jateng Gayeng
Tentukan Arah Pembangunan 20 Tahun ke Depan, Jateng Jadi Penumpu Pangan dan Industri Nasional
Tentukan Arah Pembangunan 20 Tahun ke Depan, Jateng Jadi Penumpu Pangan dan Industri Nasional
Jateng Gayeng
Tinjau Banjir Demak, Pj Gubernur Jateng: Dua Hari Lagi Tanggul Sudah Kuat
Tinjau Banjir Demak, Pj Gubernur Jateng: Dua Hari Lagi Tanggul Sudah Kuat
Jateng Gayeng
Hasil SPI KPK 2023, Jateng Raih Predikat Integritas Tertinggi untuk Provinsi
Hasil SPI KPK 2023, Jateng Raih Predikat Integritas Tertinggi untuk Provinsi
Jateng Gayeng
Kolaborasi dengan BPKP, Pemprov Jateng Akan Miliki Laboratorium Manajemen Risiko dan Kapabilitas
Kolaborasi dengan BPKP, Pemprov Jateng Akan Miliki Laboratorium Manajemen Risiko dan Kapabilitas
Jateng Gayeng
Membanggakan, Pemprov Jateng Raih Penghargaan Badan Publik Informatif 6 Kali Berturut-turut
Membanggakan, Pemprov Jateng Raih Penghargaan Badan Publik Informatif 6 Kali Berturut-turut
Jateng Gayeng
Pemprov Jateng Tetap Anggarkan Insentif Guru Keagamaan dan BOSDA di APBD 2024
Pemprov Jateng Tetap Anggarkan Insentif Guru Keagamaan dan BOSDA di APBD 2024
Jateng Gayeng
Inovasi Faspol 5.0 Milik Warga Banjarnegara Berhasil Masuk Nominasi IGA 2023
Inovasi Faspol 5.0 Milik Warga Banjarnegara Berhasil Masuk Nominasi IGA 2023
Jateng Gayeng
Pj Gubernur Jateng Salurkan Air Bersih di Desa Weding, Demak, Warga Ucapkan Terima Kasih
Pj Gubernur Jateng Salurkan Air Bersih di Desa Weding, Demak, Warga Ucapkan Terima Kasih
Jateng Gayeng
Ungguli Sulsel dan Jabar, Jateng Sabet Juara I Pelaksana SPHP Terbaik dari Badan Pangan Nasional RI
Ungguli Sulsel dan Jabar, Jateng Sabet Juara I Pelaksana SPHP Terbaik dari Badan Pangan Nasional RI
Jateng Gayeng
Lewat Unggahan Video, Ganjar Pranowo Bagikan Kisah Hidup Tumbuh dalam Keluarga Kurang Mampu
Lewat Unggahan Video, Ganjar Pranowo Bagikan Kisah Hidup Tumbuh dalam Keluarga Kurang Mampu
Jateng Gayeng
Harga Beras Naik, Pemprov Jateng Pertahankan Stabilitas Inflasi melalui Operasi Pasar
Harga Beras Naik, Pemprov Jateng Pertahankan Stabilitas Inflasi melalui Operasi Pasar
Jateng Gayeng
Bagikan artikel ini melalui
Oke