SEMARANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku masih tidak puas terkait penurunan angka kemiskinan di Jateng. Kemiskinan memang turun di Jateng, namun masih tidak terlalu signifikan.
"Banyak kritik soal penurunan kemiskinan. Saya ingin jujur bahwa kemiskinan memang turun, tapi saya sendiri memang enggak puas. Ini masih PR jadi besar," kata Ganjar, Minggu (27/8/2017).
Berdasar data sensus sosial ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik pada Maret 2017, angka kemiskinan di Jateng terus menurun. Sejak September 2016 hingga Maret 2017, penduduk miskin di Jateng berkurang 43.000 jiwa.
Ganjar mengatakan, persoalan kemiskinan memang tidak mudah. Pihak Pemprov Jateng juga banyak mendapat kritik terutama dianggap gagal mengatasi kemiskinan. Namun, ia merasa cukup senang mengetahui ada bukti bahwa kemiskinan berkurang.
"Ketika dianggap gagal, BPS bilang Jateng itu paling tinggi (penurunan kemiskinan). Itu menarik," ucapnya.
Baca juga: Wapres Jusuf Kalla Risi Bahas Kemiskinan di Hotel Mewah
Menurut data BPS, penurunan kemiskinan dipengaruhi pengendalian inflasi. Pada periode September 2016 hingga Maret 2017, inflasi tercatat 2,63 persen sehingga mampu menjaga garis kemiskinan sebesar 3,25 persen.
Di sela itu waktu tersebut, pendapatan warga Jateng naik dari Rp 322.748 per kapita per bulan pada September 2016, menjadi Rp 333.224 pada Maret 2017. "Pengendalian inflasi bagus, itu salah satunya," tambah politisi 48 tahun ini.
Ganjar meyakini bahwa upaya penangan kemiskinan adalah dengan pemberian keterampilan serta modal usaha. Mereka yang miskin, sambung dia, ketika dapat keterampilan dan modal kerja akan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga terangkat dari kategori miskin.
"Intinya kita lakukan itu semua, Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni juga, tidak hanya dari APBD, tapi juga dari CSR, Baznas, dan sumbangan pribadi dikelola," kata dia.