KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menegaskan, kemerdekaan sejati bukan sekadar bebas dari penjajahan asing. Lebih dari itu, kemerdekaan adalah ketika rakyat berdaulat dan menguasai tanahnya sendiri.
Menurut Dedi, kemerdekaan sejati adalah memerdekakan tanah agar dikelola sesuai konstitusi dan asas keadilan.
Ia menyinggung falsafah tata ruang dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian.
“Gunung kudu awian, lengkop kudu balongan, lebak kudu sawahan. Inilah prinsip dasar tata ruang Sunda yang harus kita jaga,” kata Dedi dalam siaran persnya, Rabu (20/8/2025).
Dia mengatakan itu dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Barat di Bandung, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Sejarah Jawa Barat Terpotong, Dedi Mulyadi Marah di Kirab Budaya Jabar Hudang
Adapun pernyataan Dedi terkait tanah itu sekaligus menanggapi perbincangan di media sosial mengenai prosesi penyerahan bendera pusaka di Gedung Pakuan.
Dalam upacara tersebut, bendera Merah Putih diserahkan dalam kotak kepada seorang penari.
“Ini tradisi baru di Jabar. Penari itu melambangkan Sunan Ambu, simbol tanah bagi masyarakat adat Sunda. Bukan Nyi Ratu Kidul seperti yang ditulis salah satu media,” jelas Dedi.
Ia menyebutkan, tema tanah diangkat karena persoalan tata kelola agraria saat ini sangat krusial.
Dedi menyoroti fenomena gunung, sungai, bahkan laut yang tiba-tiba bersertifikat, sedangkan banyak masyarakat tidak memiliki tanah sama sekali.
“Ini problem. Sawah berubah jadi perumahan, gunung jadi rumah, bantaran sungai jadi perdagangan. Seluruh problem itu harus diselesaikan,” ujarnya.
Baca juga: Kritik Pembangunan Abaikan Nilai Sejarah Sunda, Dedi Mulyadi: Betapa Kita Gagap, Lalai
Di sisi lain, kata Dedi, banyak orang yang tidak memiliki tanah sama sekali, tetapi ada juga yang mempunyai tanah beratus-ratus hingga ribu hektare (ha).
Oleh karenanya, dia berharap, momentum Hari Jadi ke-79 Provinsi Jabar dapat menjadi refleksi bersama.
“ Kemerdekaan itu upaya kita membangun kedaulatan dan keadilan. Semoga negeri ini bisa mendaulatkan rakyatnya, membangun keadilan, dan kita semua memahami sebagai makhluk yang beragama, berbudaya, dan bernegara,” harap Dedi.
Terkait perayaan hari jadi, Dedi mengakui kegiatan tersebut sempat menyebabkan kemacetan lalu lintas karena padatnya kegiatan.
“Mohon maaf kemarin mengganggu lalu lintas di Bandung. Semoga bapak dan ibu bisa memaafkan saya,” katanya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Kecewa Kirab HUT Jabar Terganggu Arak-arakan Setda: Mohon Ngerti Seni, Stop!