JAKARTA, KOMPAS.com – Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menargetkan penanaman 10.000 tanaman sepanjang 2024.
Hal tersebut sejalan dengan Kegiatan Strategis Daerah (KSD) Tahun 2024 untuk menyediakan tanaman atau pohon penyerap polutan di sarana dan prasarana publik melalui ruang terbuka hijau ( RTH).
Kepala Distamhut Provinsi DKI Jakarta Bayu Meghantara menyatakan, setidaknya ada 14 lokasi pembangunan dan penataan RTH untuk ditanami lebih dari 24 jenis pohon. Agenda ini juga melibatkan masyarakat dalam kegiatan Jumat Menanam.
“Sasaran utama dari agenda ini adalah daerah yang lahan-lahannya masih kosong, di jalur hijau, dan taman-taman. Selain masyarakat, kami juga telah menjalin kerja sama dengan 15 perusahaan swasta yang akan mendukung program ini,” kata Bayu melalui keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (5/7/2024).
Baca juga: Datangi DPRD DKI Jakarta, Warga Kelapa Gading Adukan Soal Tower yang Dibangun di Masjid Tanpa Izin
Ia menjelaskan, saat ini terdapat 380 hektar RTH di Jakarta. RTH yang ada sudah termasuk hutan, tempat pemakaman umum (TPU), jalur hijau, serta taman di 1.527 lokasi.
“Kehadiran RTH efektif dalam mengatasi pencemaran udara, karena banyak pohon yang dapat menyerap polutan di udara,” ujar Bayu.
Selain melalui penanaman pohon, Distamhut Provinsi DKI Jakarta juga rutin mengadakan kegiatan bertema lingkungan untuk mendukung ketersediaan RTH di Jakarta. Salah satunya adalah event Flora dan Fauna ( Flona) yang diadakan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada 5 Juli-2 Agustus 2024.
Saat membuka acara tersebut, Pejabat (Pj) Heru Budi Hartono mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Flona 2024.
Kegiatan itu, sebutnya, adalah bukti komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam mewujudkan kota yang berseri, nyaman, menyenangkan, serta memfasilitasi aktivitas masyarakat.
Baca juga: Asprov PSSI DKI Jakarta Gelar Kursus Wasit Lisensi C-2
“Kami bangga atas terselenggaranya Flona 2024. Kita semua berharap, Jakarta bisa terus tumbuh dalam meningkatkan kualitas lingkungannya. Di samping itu, akan menambahkan pesona dan daya tarik Jakarta di mata dunia. Bahkan, bisa meningkatkan gairah iklim investasi dalam perekonomian,” pidatonya saat membuka Flona 2024, Jumat lalu.
Saat Flona Jakarta 2024 berlangsung, Pemprov Jakarta meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) Penanaman Vegetasi Terbanyak untuk Penghijauan Perkotaan dalam Waktu Satu Tahun.
Selama Januari-Desember 2023, terdapat 6.560.396 penanaman, dengan rincian 246.651 pohon pelindung dan pohon produktif, 6.158.518 tanaman hias, serta 155.227 pohon mangrove.
Flona 2024 mengusung tema “Jakarta Global Hijau Mempesona”. Berdasarkan filosofi logo Flona 2024, warna hijau melambangkan Jakarta dengan lingkungan yang asri. Sementara pohon melambangkan kekuatan Jakarta yang berusia hampir 500 tahun.
Baca juga: KPU DKI Jakarta Verifikasi Kembali Perbaikan Syarat Paslon Independen Dharma-Kun
Sedangkan kupu-kupu melambangkan transformasi Jakarta menjadi Kota Global. Kupu-kupu yang bertebaran dalam jumlah banyak melambangkan jutaan pesona yang ada di Jakarta.
Bayu menambahkan, setiap warna dari kupu-kupu juga melambangkan lima benua. Kupu-kupu kuning untuk Asia, merah untuk Amerika, hijau untuk Australia, hitam untuk Afrika, serta biru untuk Eropa. Warna-warni kupu-kupu ini, lanjutnya, menyimbolkan Jakarta terbuka dan sejajar dengan kota-kota dari lima benua tersebut.
“Seluruh logo secara filosofi bertujuan melambangkan Jakarta yang sedang bertransformasi menjadi Kota Global dan penuh pesona. Tentunya, Distamhut DKI Jakarta siap dan selalu mendukung dari sisi lingkungan hidup, salah satunya dengan pelaksanaan Flona Jakarta 2024,” jelas Bayu.
Flona Jakarta 2024 terdiri dari 165 stan dengan berbagai jenis tumbuhan. Terdapat 10 stan instansi dari Distamhut Provinsi DKI Jakarta, lima Kota dan satu Kabupaten Administrasi, Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Dharma Wanita Persatuan, serta Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK).
Baca juga: Sebagian Kawasan Sempat Banjir, Ini Prakiraan Cuaca DKI Jakarta 8-13 Juli 2024
Terdapat pula 120 stan flora, lima stan fauna, serta 30 stan kuliner. Stan flora dan fauna terdiri dari pelaku kewirausahaan di bidang pertamanan serta hutan yang terdiri dari tanaman hias, tanaman buah, tanaman buah, tanaman obat, serta satwa peliharaan.
Setiap tahun, Distamhut Provinsi DKI Jakarta rutin mengadakan Flona untuk mendorong kepedulian masyarakat ikut serta dalam upaya mewujudkan kota yang asri dan hijau. Kegiatan ini pun disambut baik oleh masyarakat, apalagi yang menyukai tanaman.
Tami, warga yang tinggal di daerah Bogor, Jawa Barat, sengaja datang dengan anaknya untuk melihat Flona. Ia mengaku selalu datang setiap penyelenggaraan Flona berlangsung karena memang suka dengan tanaman.
“Tidak pernah absen (datang ke Flona). Saya memang suka tanaman, khususnya tanaman obat dan yang berbuah,” ucap Tami kepada Kompas.com saat ditemui di Lapangan Banteng, Senin (8/7/2024).
Baca juga: BPBD DKI Jakarta: Ada 4 RT di Dua Kelurahan yang Tergenang
Menurutnya, Flona tahun ini terlihat lebih meriah ketimbang sebelumnya. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah pameran satwa yang dihadirkan oleh Taman Margasatwa Ragunan.
“Anak saya suka hewan, sedangkan saya suka tanaman. Jadi, pas sekali keduanya ada di Flona. Semoga tahun depan koleksi satwanya lebih bervariasi dan tanaman obat yang dihadirkan juga lebih unik,” tutur Tami.
Senada dengan Tami, Icha juga sengaja mengosongkan jadwalnya untuk datang ke Flona 2024. Sebagai pecinta tanaman, Flona merupakan agenda wajib bagi Icha untuk hunting tanaman-tanaman hutan yang langka.
“Flona merupakan agenda yang paling saya tunggu setiap tahun. Sudah tiga kali saya ke sini sejak dibuka Jumat lalu. Excited sekali,” papar Icha.
Baca juga: Tingkatkan Kualitas Hidup di Perkotaan, Heru Budi: Pemprov DKI Jakarta Sudah Tanam 287.000 Pohon
Ia menambahkan, pelaksanaan Flona dari tahun ke tahun kian baik. Namun, ia berharap, panitia dapat mengadakan side event bertema tanaman, seperti merangkai bunga, seminar sederhana, atau lomba yang dapat diikuti masyarakat yang berkunjung.
“Saran saya, acaranya bakal lebih seru kalau ada side event bertema tanaman. Jadi, tidak membosankan dan vibes-nya lebih seru,” beber Icha.
Selain itu, ia pun mendukung upaya Distamhut Provinsi DKI Jakarta dalam mendorong awareness masyarakat tentang pentingnya RTH di Jakarta. Oleh karena itu, ia berharap, acara seperti Flona dapat diadakan lebih dari sekali dalam setahun.
“Menurut saya, sosialisasi melalui acara seperti ini sangat baik untuk mengedukasi masyarakat tentang perlunya tanaman di kota. Bisa saja dari melihat tanaman-tanaman di sini, mereka jadi terdorong untuk mulai menanam pohon di rumah atau dengan menjaga taman yang sudah ada agar tetap hijau dan terawat,” terang Icha.
Baca juga: Bank DKI Apresiasi Kinerja Kejati DKI Jakarta
Pelaksanaan Flona 2024 juga menjadi event yang ditunggu oleh penjual tanaman dari seluruh daerah. Tak terkecuali Suyatno, seorang penjual tanaman yang datang dari Boyolali, Jawa Tengah.
Setiap tahun, Aning Florist, toko tanaman miliknya, selalu berpartisipasi dalam Flona 2024. Menurutnya, agenda ini merupakan momen yang tepat untuk menarik minat pecinta tanaman di kota untuk melihat koleksi tanaman hias miliknya.
“Alhamdulillah, setiap tahun, Aning Florist selalu dapat spot untuk memamerkan koleksi yang didatangkan dari jauh ke Flona 2024,” tutur Suyatno.
Ia menjelaskan, ada ratusan jenis tanaman yang didatangkan dari Boyolali, mulai dari aglonema, adenium, hingga anggrek. Beberapa tanaman ada yang sengaja ditanam beberapa bulan sebelumnya agar bisa mekar ketika dipamerkan Flona 2024.
“Diharapkan agar dapat menarik minat para pecinta tanaman ketika melihat bunga-bunga yang mekar. Memang kan kebutuhan membeli tanaman bukan hal yang diutamakan bagi sebagian masyarakat. Namun, saya berharap, acara ini dapat mendorong keinginan (masyarakat) untuk membeli tanaman,” jelas Suyatno.
Di sisi lain, sebagai peserta rutin Flona, ia pun berharap agar panitia dapat memberikan kompensasi lahan pameran yang lebih besar. Menurutnya, area yang disediakan saat ini terlalu kecil, terlebih areanya berkurang karena bersebelahan dengan pohon besar.
“Sama seperti pelaksanaan sebelumnya, (Flona) selalu baik. Hanya saja, perlu dipertimbangkan lagi area yang digunakan untuk meletakkan tanaman. Hal ini jadi kekhawatiran kami (peserta) karena lahannya terbatas. Semoga bisa jadi perhatian untuk pelaksanaan selanjutnya,” pungkas Suyatno. (Rindu Pradipta Hestya)