JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Perusahan Umum Daerah (Perumda) Pembangunan Sarana Jaya terus berkomitmen dalam memberikan layanan pemenuhan kebutuhan atas hunian atau rumah bagi warga dan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Direktur Utama Sarana Jaya Andira Reoputra menyatakan, sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Sarana Jaya berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah DKI Jakarta yang bertugas menyediakan perumahan dengan harga terjangkau sekaligus menanggulangi backlog perumahan yang ada di Jakarta.
"Kami ingin mendorong masyarakat agar dapat memiliki rumah sendiri dengan menyediakan hunian khusus yang aman, nyaman dan modern. Dengan demikian, taraf hidup masyarakat juga akan ikut meningkat," kata Andira kepada Kompas.com, Rabu (4/10/2023).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa konsep Hunian Terjangkau Milik (HTM) dari Sarana Jaya adalah sebagai hunian milik dengan status kepemilikan Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (SHMSRS).
"Penting bagi masyarakat untuk memiliki rumah sendiri. Dengan harga yang sama seperti menyewa atau kontrak, masyarakat sudah bisa memiliki rumah sendiri dengan fasilitas yang lengkap. Bisa juga dijadikan sebagai aset," ujar Andira.
Sarana Jaya menyediakan HTM di dua lokasi dengan konsep tower atau menara. Pertama, Menara Samawa, Nuansa Pondok Kelapa yang berada di Jalan H. Naman Nomor 54 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Menara ini terdiri dari 21 Lantai dan memiliki 780 unit dengan jenis hunian tipe Studio, 1 kamar tidur, dan 2 Kamar Tidur.
Kedua, Menara Kanaya di Nuansa Cilangkap, di Jalan Raya Cilangkap Nomor 1 Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur. Menara ini memiliki 868 unit hunian yang terdiri dari tipe studio dan 2 kamar tidur.
Baca juga: Tertarik Daftar Program Hunian Terjangkau Milik? Ini Syaratnya
Andira mengklaim, minat masyarakat terhadap HTM dari Sarana Jaya sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan beberapa tower yang sudah dihuni.
"Saat ini, tingkat keterisian Menara Samawa mencapai 97 persen dan Menara kami yang baru yakni Menara Kanaya di Nuansa Cilangkap tingkat keterisiaanya telah mencapai 20 persen," ucap Andira.
Ia menegaskan, HTM dari Sarana Jaya dapat dimiliki oleh MBR dengan penghasilan Upah Minimum Regional (UMR) dan maksimal penghasilan rumah tangga Rp 14,8 juta.
Syaratnya, HTM Sarana Jaya menyasar MBR yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta dan belum memiliki rumah yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan dari kelurahan setempat. Warga juga tidak boleh berstatus sebagai penerima subsidi kepemilikan dari pihak mana pun, baik pemerintah pusat maupun daerah.
"Kami akan melakukan pengecekan dokumen dan validasi secara menyeluruh, agar penugasan HTM tepat sasaran. Masyarakat juga tidak perlu khawatir, karena semua prosesnya akan diawasi oleh pemerintah melalui dinas terkait," tegas Andira.
Untuk meningkatkan penjualan, Sarana Jaya bekerjasama dengan beberapa pihak baik pemerintah maupun swasta. Selain itu masyarakat juga bisa mengakses laman nuansapondokkelapa.id dan nuansa-cilangkap.id.
Adapun untuk masyarakat yang berminat dapat mendaftar melalui laman nuansadki.id atau melalui aplikasi SiRukim yang dapat di unduh melalui AppStore dan Play Store.
Baca juga: Pemprov DKI Evaluasi Program Rumah DP Rp 0 yang Kini Jadi Hunian Terjangkau Milik
"Kami bekerja sama dengan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Jakarta untuk menyosialisasikan juga kepada para aparatur sipil negara (ASN), guru-guru, dan pegawai BUMD terkait HTM dari Sarana Jaya," imbuh Andira.
Sarana Jaya menyediakan dua jenis HTM di masing-masing lokasi. Pertama, tipe studio mulai dari Rp 230 juta dengan ukuran mulai dari 23,4 m2 hingga 24,5 m2. Kedua, tipe dua kamar tidur atau 2BR dengan harga mulai Rp 395 juta dengan ukuran mulai dari 34,2 m2.
Soal cicilan, masyarakat dapat mencicil dalam jangka waktu 5-20 tahun. Untuk tipe studio, cicilan mulai dari Rp 1,4 juta per bulan hingga Rp 4,5 juta per bulan. Sementara, untuk tipe 2BR, masyarakat dapat mencicil mulai dari Rp 2,7 juta per bulan hingga Rp 7,4 juta per bulan.
Harga tersebut sudah termasuk pajak pertambahan nilai (PPN), izin mendirikan bangunan, izin layak huni atau PB Induk, dan pemecahan SHMSRS.
Setiap lokasi HTM, baik di Menara Samawa dan Menara Kanaya, telah dilengkapi dengan fasilitas penunjang, mulai dari minimarket, taman anak-anak, shuttlebus ke stasiun dan halte atau pemberhentian transportasi yang terintegrasi, hingga layanan keamanan selama 24 jam dan CCTV.
Seluruh hunian Sarana Jaya dibangun sendiri oleh BUMD tersebut. Sementara, penjualan hunian dilakukan lewat kerja sama dengan DPRKP dan pembiayaan dengan Bank DKI.
HTM merupakan satu dari empat program yang dijalankan oleh Sarana Jaya yang menjadi garda terdepan sebagai penyedia rumah khusus MRB.
Sarana Jaya juga menjalankan branding perusahaan sebagai real estate developer di bidang land banking, property (mal, bangunan komersial, perkantoran), infrastruktur Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT), dan masalah pengelolaan sampah di Jakarta.
Salah satu warga Jakarta yang telah merasakan dampak positif dari pembangunan hunian oleh Sarana Jaya adalah Kiki. Pria 26 tahun ini tinggal di Menara Kanaya, Cilangkap. Ia mengaku pindah ke Menara Kanaya karena lebih dekat dari tempatnya bekerja.
"Kebetulan, Menara Kanaya sangat dekat dengan kantor saya bekerja yang juga berada di Cilangkap. Itu yang menjadi alasan saya pindah dari Bekasi ke sini," tutur Kiki dalam tayangan video yang diterima Kompas.com.
Selain itu, ia juga tertarik pindah ke Menara Kanaya karena ada subsidi dari pemerintah untuk biaya down payment (DP) atau uang muka. Kiki pun langsung menyelesaikan persyaratan, agar bisa segera menghuninya.
"Lingkungannya sangat nyaman dan bersih. Pelayanan dari building management juga sangat baik," paparnya.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Fajar. Pria yang telah menyelesaikan proses akad pembelian di Menara Kanaya ini mengaku, sangat terbantu dengan program HTM, sehingga ia dan istrinya bisa memiliki rumah sendiri.
"Saya berterima kasih kepada pemerintah karena telah mempermudah kami untuk dapat memiliki rumah di Jakarta. Sekarang, unitnya sudah bisa kami tempati," bebernya.
Begitu pula dengan Reyhan yang telah menyelesaikan akad pada Oktober 2022. Ia memanfaatkan program subsidi dari pemerintah untuk dapat memiliki tempat tinggal yang layak dan nyaman di Jakarta.
"Program rumah murah ini sangat membantu saya sebagai pegawai outsourcing melalui pembiayaan kredit. Program ini sangat bermanfaat untuk masyarakat Jakarta yang ingin memiliki rumah sendiri," ungkapnya. (Rindu Pradipta Hestya)