KOMPAS.com – Sejak beroperasi pada 24 Maret 2019, Moda Raya Terpadu ( MRT) menjadi primadona transportasi publik termodern di Jakarta dan satu-satunya di Indonesia.
Warga DKI dan kota-kota penyangga di sekitar Jakarta antusias mencoba moda transportasi berbasis rel bernama Ratanga ini.
Sebagian besar dari warga pun mengungkapkan kepuasannya, karena pada MRT ini penumpang menjadi semakin tertib dan stasiun tetap terjaga kebersihannya.
“Menurut saya MRT itu sudah memenuhi standar transportasi publik yang diharapkan, ya aman, nyaman, dan tepat waktu. Karena ketepatan waktu itu saya jadi sampai di rumah lebih cepat dan jadi punya quality time,” kata Adica Irwahana (48), warga Bumi Serpong Damai yang berkantor di Wisma Metropolitan, jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan.
“Enaknya lagi, jadi mudah mencapai lokasi lain yang dilalui MRT. Karena kantor saya di Sudirman, kalau ingin makan siang ke wilayah Jakarta Selatan lainnya nggak perlu macet-macet lagi, tinggal naik MRT,” tambah dia, Kamis (25/10/2019).
Seperti diketahui, pada MRT fase 1 rute Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI) melewati 13 stasiun. Panjang rutenya mencapai 16 kilometer (km).
Enam km ada di bawah tanah (underground) yang melalui enam stasiun, yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Sementara itu, sepuluh km sisanya merupakan struktur layang (elevated) yang melewati tujuh stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, serta Sisingamangaraja.
Depo kereta MRT berdekatan dengan Stasiun Lebak Bulus yang menjadi tempat pertemuan pertama Jokowi dan Prabowo Subianto pada 13 Juli 2019, setelah pemilihan presiden.
Adapun untuk pengelolaan MRT sehari-hari dikerjakan PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta). Perusahaan yang berdiri pada 17 Juni 2008 merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jakarta.
PT MRT Jakarta pun nanti dipercaya merancang pembangunan MRT fase kedua (Bundaran HI-Kota) dan fase ketiga (Kalideres-Cempaka Baru). Direncanakan pembangunan MRT fase kedua berlangsung pada 2020 dan selesai empat tahun kemudian.
Dalam keterangan persnya Pemprov DKI menjelaskan, PT MRT Jakarta menargetkan, jumlah penumpang harian transportasi berbasis rel ini mencapai 100.000 orang pada akhir 2019.
Angka ini tampaknya akan segera terlampaui, mengingat hingga Juli 2019 jumlah rata-rata pengguna MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari. Artinya, naik 15,9 persen dari bulan sebelumnya.
“Target di awal itu 65.000 penumpang per hari sampai akhir tahun. Tapi sekarang saja (Oktober 2019) sudah mencapai 117.000 penumpang per hari,” kata Kadishub DKI Jakarta Syafrin Liputo, Jumat (25/10/2019).
Peningkatan jumlah tersebut karena warga masyarakat terbantu dengan adanya lahan parkir park and ride di Stasiun Lebak Bulus. Di sini pengguna kendaraan bermotor bisa memarkir kendaraan lalu berganti moda transportasi ke MRT.
Syafrin menjelaanjutkan, MRT juga ramah bagi siapa saja, tak terkecuali bagi lansia, ibu hamil, dan kaum disabilitas, meski saat ini belum ada petugas khusus untuk mendampingi mereka.
“Namun pasti sudah nyaman karena ditangani petugas dan awak kabin petugas yang sudah mendapat pelatihan untuk menangani lansia dan kaum disabilitas. Kalau penumpang bawa kursi roda, petugas sudah tahu bagaimana mengarahkannya,” tambah Syafrin.
Ketepatan waktu kedatangan, waktu tempuh, dan waktu berhenti kereta di stasiun MRT mencapai 100 persen dari total 6.159 perjalanan kereta. Hal inilah yang terutama memenuhi harapan penumpang pada umumnya.
Dengan kenyamanan tersebut, tidak heran apabila MRT kini menjadi transportasi primodona warga Jakarta dan sekitarnya. Pandangan masyarakat terhadap transportasi publik perlahan-lahan berubah menjadi hal positif.
Menumpang moda raya terpadu ini menjadi langkah cerdas untuk mengalahkan kemacetan dan waktu yang terbuang percuma. Jadi, segera beralih ke MRT!