KOMPAS.com - Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin secara resmi memperkenalkan branding baru daerahnya, "TGX Southern Paradise", di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (2/3/2024).
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi tata kota di masa depan Kabupaten Trenggalek, dengan tujuan membangun identitas yang kuat serta menarik minat publik terhadap kabupaten tersebut.
Dengan branding baru TGX Southern Paradise, Mas Ipin, sapaan akrabnya, ingin menciptakan citra positif bagi daerahnya.
"Kami ingin membedakan Trenggalek dari kabupaten lainnya untuk menarik minat wisatawan, investor, dan perdagangan, serta meningkatkan perekonomian masyarakat," ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (4/3/2024).
Baca juga: Putri Indonesia Wakil DIY, Promosikan Sumbu Filosofi Yogyakarta
Mas Ipin menjelaskan bahwa TGX memiliki filosofi yang melibatkan "Trenggalek dengan faktor X."
Ia ingin membuktikan bahwa Trenggalek memiliki "faktor X". Faktor X yang dimaksud, yaitu membuktikan bahwa Trenggalek dapat berkembang secara ekonomi tanpa merusak lingkungan sekitar.
“(Oleh karena itu) logo (TGX Southern Paradise) kami eksplorasi dari kekayaan alam kami (Kabupaten Trenggalek), seperti bukit, ruang hijau, sungai, dan laut, yang dapat dinikmati tanpa harus dirusak (mengorbankan lingkungan),” imbuh Mas Ipin.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa hal tersebut harus diaktifkan melalui berbagai event dan festival.
Baca juga: Keseruan Joyland Festival Bali 2024, Pesona Isyana hingga Aksi Memukau Kings of Convenience
Mas Ipin menjelaskan, warna merah dan hijau menjadi dominan dalam lambang daerah. Warna hijau melambangkan ketangguhan dan kemakmuran, sementara warna merah terdapat di pita yang bertuliskan "Jwalita Praja Karana," yang berarti bersinar karena rakyatnya.
“Jadi, (kami) memberikan warna merah pada TGX Southern Paradise bertujuan untuk menekankan konsep "faktor X" yang menjadi harapan Trenggalek untuk kemajuan,” jelasnya.
Melanjutkan penjelasannya, Mas Ipin menegaskan bahwa Trenggalek harus mengadopsi model ekonomi yang berkelanjutan dan regeneratif.
Adapun tujuannya adalah agar faktor X selanjutnya benar-benar mencerminkan keberhasilan ekonomi yang bersinar karena kesejahteraan rakyatnya.
Baca juga: Wujudkan Kesejahteraan Anak Lewat Gerakan Sekolah Sehat
"Usaha ini tidak hanya bersifat top down, tetapi juga diharapkan melibatkan gotong royong dari semua pihak," imbuhnya.
Sebagai contoh, Mas Ipin menyebutkan tentang Desa Wisata Watu Agung di Pandean Dongko, yang awalnya dimulai sebagai proyek konservasi sungai.
Namun, berkat upaya kolaboratif, desa tersebut berhasil berkembang menjadi destinasi wisata yang diakui sebagai 50 desa wisata terbaik se-Indonesia.
Bahkan, di balik kesuksesan desa tersebut terdapat cerita yang bisa dijual dan diangkat dalam sebuah film berjudul Sinden Gaib. Film yang tayang pada 22 Februari 2024 ini diklaim telah ditonton lebih dari 500 orang.
Baca juga: Kemendikbudristek Berkomitmen Perkuat Posisi Film Indonesia di Pasar Global
Mas Ipin berupaya membuat kesuksesan dari film tersebut dapat diimplementasikan ke lapangan dengan menciptakan event atau paket wisata Sinden Gaib.
Semua adegan di film akan direproduksi, karena lokasi syuting film tersebut adalah di Trenggalek.
“Jadi, tidak susah untuk melakukan adegan seperti tarian Turonggo Yakso di atas batu atau melakukan foto dan video dengan video section Nenek Sarinten dan sebagainya. Semua ini bisa menjadi paket wisata yang (kemungkinan) juga bisa tenar,” tuturnya.