KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memaparkan empat hal yang perlu diperhatikan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru ( Nataru) 2023, yakni pasokan pangan, pengaturan lalu lintas, tempat pariwisata, dan kekondusifan wilayah.
“Kita akan terus memastikan dan memantau pasokan pangan. Karena beberapa harga mulai merangkak naik. Jadi, saya telah meminta seluruh jajaran untuk segala persiapan mulai dimatangkan jelang Nataru,” ungkap Ganjar dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (14/12/2022).
Hal itu disampaikan oleh Ganjar Pranowo usai acara penganugerahan Corporate Social Responsibility (CSR) Award Tahun 2022 di Gradhika Bhakti Praja, Selasa (13/12/2022).
Berdasarkan pantauan dari para tim, lanjut Ganjar, harga-harga pasokan pangan tersebut naik dikarenakan beberapa komoditas yang ada belum memasuki masa panen.
Baca juga: Raja dan Sultan Se-Nusantara Deklarasikan Komitmen Kebangsaan, Ganjar Pranowo Beri Apresiasi
“Harga pasokan pangan jelang Nataru ini diketahui mengalami kenaikan yang lumayan, karena banyak hal yang mempengaruhi, salah satunya karena belum memasuki masa panen,” ujar Ganjar.
Soal transportasi, kata Ganjar, pihaknya terus menyiapkan beberapa rekayasa pengaturan lalu lintas agar tidak menimbulkan kemacetan yang panjang.
“Kami juga telah mempersiapkan beberapa rekayasa pengaturan lalu lintas untuk transportasi agar semuanya lancar. Lalu juga mengatur beberapa tempat pariwisata, karena saya yakin akan cukup ramai,” kata Ganjar.
Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) tersebut mengimbau masyarakat agar pada Nataru 2023 semua komponen bisa saling menghormati.
Baca juga: Berhasil Satukan Raja-raja dalam Festival Adat Budaya Nusantara II, Ganjar Pranowo dapat Pujian
“Di luar hal-hal yang sudah dibicarakan tadi, kami juga perlu memastikan kekondusifan antaragama, khususnya pada saat perayaan Natal besok untuk saling menghormati agama apapun,” jelasnya.
Khususnya untuk perayaan Natal, sebut dia, masyarakat umum bisa turut merasakan sukacitanya, sehingga toleransi beragama antar masyarakat Jateng bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
“Ritual mereka dalam menjalankan ibadah perlu untuk dihormati dan kita semua perlu turut serta merayakan dengan ikut bersuka ria, meskipun tidak ikut beribadahnya. Nah, dengan cara itu, rasa saling hormat menghormatinya akan bisa ditunjukkan dan menjadi contoh bagi semua daerah,” tutupnya.