KOMPAS.com – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah (Jateng) Rahmat Dwi Saputra memastikan inflasi di Jateng masih terkendali.
Ia menyebutkan, inflasi year-to-date (YtD) atau tahun kalender Januari-Agustus 2022 adalah 3,87 persen. Angka ini merupakan terendah ketiga setelah DKI Jakarta dan Banten.
Rahmat menyebut, ada beberapa metode penghitungan inflasi. Pertama melalui metode YtD dan year-on-year (YoY) atau tahun ke tahun.
Ia menjelaskan, secara YoY, inflasi di Jateng mencapai 5,03 persen (Agustus 2021-Agustus 2022). Sementara metode hitungan tahun kalender, inflasi Jateng berada pada angka 3,87 persen.
"Kalau dihitung dari Januari sampai Agustus 2022 (inflasi) relatif kecil yakni 3,87 persen,” kata Rahmat, dikutip dari keterangan persnya, Kamis (12/9/2022).
Angka itu, sebut dia, masih dalam sasaran inflasi nasional atau 3 persen plus minus 1 persen.
“Artinya realisasi itu masih dalam range. Realisasi tersebut merupakan terendah ketiga setelah DKI dan Banten," jelasnya.
Ia menyebut, inflasi itu didorong karena naiknya sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai, bawang merah, dan cabai hijau.
Salah satu alasan kenaikan barang pokok adalah kondisi cuaca yang memengaruhi pola tanam.
Namun, seiring panen hortikultura, pada Agustus 2022, Jateng justru mengalami deflasi atau penurunan harga.
Deflasi di Jateng kala itu cukup besar yakni -0,39 persen atau di atas deflasi nasional yang hanya -0,21 persen.
Rahmat pun memberikan jawabannya mengenai data yang ditulis Harian Kompas, Kamis (15/9/2022) mengenai inflasi Januari-Agustus 2022 Jateng yang berada pada angka 5,03 persen. Ia menggangap hal itu tidak sepenuhnya benar.
Baca juga: Cegah Kecolongan, Ganjar Minta Disnaker Buka Layanan Pengaduan untuk Penyaluran BSU
"Itu salah, harusnya itu YoY yang 5,03 persen. Kalau untuk tahun kalender Januari-Agustus YtD itu 3,87 persen. Kan itu tidak ada keterangan YoY ataupun YtD, kalau mau berimbang harus ada disertakan apakah itu YoY dan YtD," urainya.
Rahmat mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berpeluang mengerek inflasi.
Ia pun mengusulkan empat langkah kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Langkah pertama adalah penggunaan anggaran belanja tidak terduga untuk subsidi harga transportasi.
Kedua mempercepat pembahasan dan penyaluran alokasi 2 persen dari Dana Alokasi Umum.
Ketiga, melakukan mekanisme operasi pasar yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan serta subsidi tarif angkutan umum.
Langkah terakhir adalah penyaluran bansos nontunai untuk penerima yang berhak.
Baca juga: Ratusan Pengemudi Ojol Demo di Kantor Gubernur Jateng, Minta Kenaikan Tarif hingga Asuransi
"Insya Allah dilihat dari inflasi YtD yang cuma 3,87 persen, mudah-mudahan mentok batas atas 4 persen. Agustus juga terjadi deflasi, mudah-mudahan masih rendah untuk inflasinya," ujar Rahmat.
Ia menyebut, jika strategi untuk menekan inflasi tepat, Pemprov Jateng bisa menekan inflasi pada akhir tahun.
Rahmat pun berharap bahwa peran pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Jateng.
Dikatakan Rahmat, pada triwulan II-2022, ekonomi Jateng tumbuh 5,66 persen. Menurutnya, hal ini cukup impresif, karena pada triwulan I-2022, ekonomi Jateng mencatatkan angka 5,12 persen.
"Pertumbuhan didorong konsumsi rumah tangga dan ekspor. Jika daya beli masyarakat dijaga dengan pemberian bansos, subsidi transportasi dan ekspor meningkat, maka di triwulan ke 3 akan ada peningkatan pertumbuhan ekonomi," pungkas Rahmat.
Baca juga: Dampak Kenaikan Harga BBM, Terjadi 58 Demo di Jateng, Libatkan 10.202 Orang