JAKARTA, KOMPAS.com – Sumber daya manusia (SDM) berkualitas sangat dibutuhkan dunia kerja. Untuk mewujudkannya, diperlukan beragam pelatihan. Hal inilah yang tengah diupayakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta melalui program pelatihan berbasis kompetensi, Mobile Training Unit (MTU).
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan, MTU digelar lebih dekat kepada masyarakat sehingga fleksibel dan tepat sasaran.
Ia berharap program ini bermanfaat, khususnya bagi warga Jakarta yang belum bekerja atau punya usaha sendiri.
“MTU betul-betul program yang dibutuhkan di lapangan. Pelatihan ini dilakukan untuk menjawab tantangan dalam mempersiapkan SDM guna mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global,” kata Pramono, seperti dikutip dari Jakarta.go.id, Jumat (2/5/2025).
Pramono menjelaskan, MTU diadakan untuk mempersiapkan SDM unggul. Melihat antusiasme warga yang sangat besar, Pramono optimistis pelatihan yang diberikan akan membawa kebaikan bagi warga Jakarta.
“Kemampuan SDM praktis di lapangan inilah yang kemudian bisa menjadi hal yang diperlukan. Untuk menjawab tantangan global dibutuhkan peningkatan kualitas SDM sebagai kunci utama,” jelasnya.
Baca juga: Festival Pacu Jalur, Pemerintah Akan Tingkatkan SDM dan Fasilitas Umum di Kuansing Riau
Hingga Juli 2025, sebanyak 4.284 orang telah mengikuti MTU yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
Adapun program pelatihan yang diberikan adalah pelatihan las, tata rias, teknik komputer, tata busana, sepeda motor, operator komputer, teknik pendingin, tata boga, desain grafis, dan jaringan komputer. Peserta pelatihan akan mendapat sertifikat.
Salah satu warga yang telah menyelesaikan MTU adalah Yogi Ahmad Faris. Warga Grogol Selatan ini ikut MTU Angkatan I Tahun 2025 di Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Selatan.
Ia mengaku puas dengan pelatihan ini sebagai bekal melamar pekerjaan. Ia memilih kejuruan operator komputer.
“Semoga saya bisa menyerap ilmunya dengan baik agar nantinya dapat menjadi bekal saya untuk melamar pekerjaan, terutama di bidang komputer,” kata Yogi.
Senada, Fitri Amalia, mengaku senang bisa ikut MTU yang diadakan di Kantor Lurah Cipinang Besar, Jakarta Timur. Ia mengambil pelatihan skill office administration.
Baca juga: Coba Download Chrome di Windows, Microsoft Langsung Pasang Peringatan
“Saya diberikan pengetahuan tentang (Microsoft) Excell, Word, dan Power Point. Di sini, saya dapat banyak ilmu baru yang dulu di sekolah belum banyak dipelajari,” ucapnya, dikutip dari akun @dkijakarta, Senin (11/8/2025).
Di MTU, Fitri juga dilatih untuk mempresentasikan materi kepada sesama peserta. Ia berharap, ilmu yang didapat dari MTU bisa diaplikasikan di dunia kerja. “Semoga (Pelatihan) MTU juga bisa berkembang agar semakin banyak yang ikut karena sangat bermanfaat,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat ketenagakerjaan, Timboel Siregar, menilai MTU sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mempersiapkan diri masuk dunia kerja.
“Kebutuhan peningkatan skill merupakan hal yang mendesak dalam dunia kerja saat ini. Kalau program ini adalah tindakan proaktif dari Pemprov DKI Jakarta, maka harus diapresiasi,” kata Timboel kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).
Timboel menyarankan agar pemberian materi disesuaikan dengan perkembangan industri. Hal ini akan membantu masyarakat tetap relevan dengan kebutuhan perusahaan.
“Harus ikuti perkembangan ilmunya juga agar peserta pelatihan memiliki kompetensi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah bisa membuat data terkait keahlian seperti apa yang dibutuhkan di setiap industri sehingga modul pelatihan saya bisa disesuaikan,” ujarnya.
Baca juga: Menkomdigi Bakal Buat Kurikulum Pelatihan untuk Pengurus Kopdes Merah Putih
Timboel menyarankan agar Pemprov DKI juga membuka informasi pasar kerja agar memudahkan penyerapan peserta MTU. Lulusan MTU harus tetap didampingi dan didekatkan dengan industri yang sesuai dengan keahlian mereka.
“Data peserta dan keahliannya, lalu salurkan kepada perusahaan yang sedang mencari karyawan dengan kemampuan tertentu. Jadi antara masyarakat dan perusahaan harus dipertemukan,” ucapnya.
Timboel menilai, evaluasi sangat perlu dalam pelaksanaan program ini. Hal ini wajib dilakukan untuk melihat keberhasilan Pelatihan MTU dan dampaknya bagi peserta pelatihan.
“Coba didata, berapa banyak yang ikut pelatihan dan akhirnya diterima kerja. Dari situ kita tahu bagaimana efektivitas program ini. Kalau bisa buatkan skema kredit usaha rakyat (KUR) bagi peserta yang memilih untuk berwirausaha setelah menerima pelatihan. Pilihan ini juga harus didukung karena dapat membuka lapangan kerja untuk masyarakat yang lain,” tutupnya.