JAKARTA, KOMPAS.COM – Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta terus mengupayakan penataan kota untuk mendorong pembangunan Kota Global. Salah satunya dengan penataan wajah kota yang sesuai dengan standar kota-kota dunia di negara-negara lain.
Penataan kota memang tengah dilakukan untuk menghadirkan wajah baru Jakarta. Mulai dari penambahan ruang terbuka hijau, mempercantik trotoar dan fasilitas jalan, hingga revitalisasi sejumlah bangunan agar lebih modern, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM).
Revitalisasi TIM dilakukan sejak 2019 yang ditandai dengan peletakan batu pertama. Pembaruan mencakup penambahan bangunan dan pembaruan infrastruktur yang sudah tua serta kurang memadai.
Vice President Corporate Secretary PT Jakpro (Perseroda) Melissa Sjach menyatakan, perjalanan TIM sebagai pusat seni budaya melintasi sejarah yang panjang. Bahkan, sejaank 1968 hingga 2022, revitalisasi TIM telah ditangani sembilan gubernur untuk menghadirkan sarana kesenian dan kebudaya yang laik di Kota Jakarta.
“Pada 2019, Pemprov DKI Jakarta menugaskan Jakpro untuk melaksanakan revitalisasi TIM. Hal ini sesuai dengan Keputusan Pergub Nomor 63 Tahun 2019, Pergub Nomor 16 Tahun 2022, dan Kepgub Nomor 1034 Tahun 2022,” kata Melissa dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (29/8/2024).
Baca juga: Sejarah Taman Ismail Marzuki, Pusat Kesenian yang Dulunya Ternyata Area Kebun Binatang
TIM disulap menjadi lebih modern dengan berbagai fasilitas pendukung. Di antaranya Plaza TIM, Gedung Ali Sadikin, Galeri Oesman Effendi, Gedung Trisno Soemardjo, Gedung Graha Bhakti Budaya, Teater Tuti Indra Malaon, serta Masjid Amir Hamzah.
Revitalisasi TIM berlangsung dalam tiga tahap selama 3,5 tahun, sejak 2019 hingga 2022, dengan menggandeng arsitek ternama Andra Matin.
“Kami memilih Andra Matin karena beliau memiliki filosofi yang dibangun dengan gaya arsitektur kekinian atau vernakular, dengan desain yang cenderung minimalis dan naturalis. Sesuai dengan konsep perencanaan TIM untuk mengembalikan fungsi taman, sehingga kawasan hijau dan ruang terbuka publik diperluas,” ujar Melissa.
Beberapa detail juga dirancang sedemikian rupa, agar konsep TIM dan gaya Andra Matin mbisa selaras. Misalnya, desain gedung parkir yang dibuat miring, supaya tidak menghalangi pandangan utama ke Kubah Planetarium.
Sedangkan arsitektur perpustakaan dan wisma seni berbentuk bentuk kapal pinisi. Area ini juga dibuat seperti taman bertingkat atau berundak. Sementara fasadnya terinspirasi melodi lagu “Rayuan Pulau Kelapa”.
“Banyak elemen tradisional yang disisipkan dalam desain TIM, seperti beberapa bangunan yang memiliki second skin dari motif tumpal Betawi. Total ruang terbuka hijau saat ini mencapai 267 persen, setelah ditambahkan 12 persen dari revitalisasi. Ada pula tangga atau ramp yang ramah disabilitas di Gedung Ali Sadikin,” tutur Melissa.
Setelah tiga tahun lebih direvitalisasi, TIM resmi kembali beroperasi pada Juni 2022. Dengan berbagai fasilitas tersedia, Melissa optimis, TIM akan meningkatkan seni pertunjukan, seni rupa, dan pertemuan.
“TIM mengagendakan berbagai event. Pada Agustus hingga Desember 2024, TIM menggelar Pertunjukan Teater Interaksi Tulus, Pesta Literasi 2024, Tanda Mata Glenn Fredly, Teater Musikal Polarisasi, dan Teater Musikal Kukejar Kau Kusayang,” papar Melissa.
Sebelum dibuka kembali pada Juni 2022, banyak pengunjung yang sempat kecewa karena TIM cukup lama ditutup. Pasalnya, sebelum revitalisasi, TIM merupakan kawasan yang selalu ramai pengunjung untuk sekadar bermain di taman, menonton film, mengunjungi Planetarium, atau membaca di perpustakaan daerah yang berada di sana.
Usai direvitalisasi, wajah baru TIM mendapat banyak apresiasi dan decak kagum dari pengunjung. Salah satunya Raras. Kerap datang ke TIM untuk berkunjung ke perpustakaan, ia mengaku senang dengan tampilan TIM yang lebih modern dan nyaman.
“Senang sekali TIM yang sekarang lebih rapi dan modern dibanding yang dulu. Fasilitasnya juga sudah lengkap, bahkan ada vending machine di berbagai lokasi yang tidak cuma menjual makanan, tapi juga buku. Keren banget!” urai Raras kepada Kompas.com, Kamis.
Baca juga: The Addams Family Musical Comedy Siap Digelar di Taman Ismail Marzuki Tahun Ini
Raras mengaku sering mengunjungi TIM untuk datang ke perpustakaan. Namun, ia juga kerap mendatangi TIM ketika ada event atau pertunjukan yang digelar rutin di TIM.
“Sekitar dua minggu lalu saya datang ke TIM untuk menyaksikan Teater Musikal Interaksi. Saya memang suka teater, dtiambah musikal. Ya, pasti harus datang, dong. Acaranya keren sekali!” jelas Raras.
Namun, sebagai penikmat event, ia menyayangkan keterbatasan tempat ketika ada event musik yang diselenggarakan di area perpustakaan. Apalagi, saat itu pengunjung yang datang sangat banyak, demi menyaksikan penampilan Hivi!, sehingga menjadi semrawut.
“Saran saya, sebaiknya diperbaiki alur pendaftaran, dengan diberi kuota yang pas (sesuai kapasitas). Jadi, meskipun yang datang banyak, tetap kondusif dan nyaman. Jadi, esensi perpustakaan yang tenang dan kalem tetap terasa,” terang Raras.
Di samping penyelenggaraan event yang lebih baik, ia pun berharap agar TIM dapat menyediakan fasilitas yang lebih banyak dan lengkap. Misalnya, dengan menambah toilet dan fasilitas ramah disabilitas.
“Semoga lebih banyak event seni dan budaya yang diselenggarakan lebih bervariatif,. Misalnya, membaca dongeng buat anak-anak dan mengundang komunitas atau pameran secara berkala. Perbanyak juga tempat sampah dan toilet serta fasilitas disabilitas, karena menurut saya masih kurang,” pungkas Raras. (Rindu Pradipta Hestya)