KOMPAS.com - Progres revitalisasi Tugu Putri Lemlai Suri di Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) saat ini telah menyelesaikan tahap awal pembuatan konstruksi tiang dan badan tugu.
Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan elemen utama berupa patung Putri Lemlai Suri yang berdiri di atas telur pecah.
Pembangunan tersebut bukan sekadar proyek konstruksi biasa, tetapi menggabungkan nilai-nilai simbolik budaya masyarakat Bulungan dengan penggunaan teknologi modern dan material khusus.
Tidak seperti konstruksi badan atau tiang tugu yang menggunakan material konvensional, elemen utama berupa patung Putri Lemlai Suri terbuat dari tembaga, sebuah material yang dipilih karena kekuatan dan daya tahannya yang luar biasa.
Baca juga: Bawaslu Kabupaten Malang Larang ASN Hadiri Kampanye Pilkada 2024
Saat ini, patung tersebut sedang diproduksi di luar Kabupaten Bulungan oleh pihak yang memiliki keahlian khusus dalam pengerjaan tembaga.
Bupati Bulungan Syarwani menjelaskan bahwa pemilihan tembaga sebagai bahan utama pembuatan patung bukan hanya untuk memberikan kesan estetis, tetapi juga sebagai simbol kekuatan yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam legenda Putri Lemlai Suri.
“Material tembaga dipilih untuk memberikan kesan lebih kuat dan simbolik. Ini bukan sekadar cetak atau konstruksi biasa, karena elemen utama, yaitu telur pecah dan patung Putri Lemlai Suri, menjadi bagian penting dari landmark ini,” ujarnya dalam siaran pers yang dikutip melalui laman Kaltara.tribunnews.com, Rabu (25/9/2024).
Baca juga: Dapat Nomor Urut 3, Sachrudin-Maryono: Simbol Persatuan Indonesia
Tugu Putri Lemlai Suri tidak hanya menjadi monumen fisik, tetapi juga sebuah simbol budaya yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bulungan.
Putri Lemlai Suri, yang digambarkan berdiri di atas telur pecah, melambangkan filosofi kelahiran dan kebangkitan, serta kekuatan dan kebijaksanaan.
Bambu bersekut, yang turut menjadi elemen dalam tugu ini, menggambarkan semangat persatuan dan kekuatan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.
Syarwani mengungkapkan bahwa tugu tersebut merupakan simbol warisan budaya dan sejarah yang bercerita tentang keberanian dan kebijaksanaan Putri Lemlai Suri dalam legenda masyarakat Bulungan.
Baca juga: Dapat Nomor Urut 3, Sachrudin-Maryono: Simbol Persatuan Indonesia
“Dengan telur pecah dan bambu bersekut sebagai simbol kekuatan persatuan, kami ingin menghadirkan nilai-nilai luhur dari legenda ini melalui landmark yang akan menjadi kebanggaan warga Bulungan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Syarwani mengatakan bahwa penggunaan tembaga sebagai material utama adalah langkah yang mencerminkan bagaimana teknologi modern dapat dimanfaatkan untuk melestarikan warisan budaya.
Tembaga dipilih karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang jauh lebih baik daripada beton, yang umumnya digunakan dalam konstruksi bangunan.
Selain daya tahannya, tembaga juga memberikan kesan mewah dan estetis, yang membuat Tugu Putri Lemlai Suri tidak hanya menjadi monumen bersejarah, tetapi juga sebuah karya seni.
Baca juga: Sukito, Seniman Bantul, Sulap Sampah Kayu Pantai Jadi Karya Seni 3D
Meski pembuatan patung ini memakan waktu lebih lama karena dikerjakan di luar daerah, Bupati Bulungan tetap optimis bahwa revitalisasi tugu akan selesai sesuai jadwal, yakni pada akhir tahun 2024.
“Kami tetap berkoordinasi dengan pihak pembuat untuk memastikan proses ini berjalan lancar. Meskipun tidak bisa dipastikan secara fisik kapan patung Putri Lemlai Suri ini akan terpasang, kami optimis pembangunan badan tugu dan tiang akan selesai tepat waktu,” ujarnya.
Selain nilai budaya, revitalisasi Tugu Putri Lemlai Suri juga diharapkan menjadi daya tarik wisata baru yang memperkuat identitas daerah Bulungan.
Baca juga: Wisata ke Bangka, Coba Menginap di Gebong Memarong Khas Suku Mapur
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan telah mengalokasikan dana sebesar Rp 3,1 miliar untuk proyek ini, dengan tujuan menjadikan tugu sebagai landmark yang mampu menarik wisatawan lokal maupun internasional.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Bulungan Adriyani menjelaskan bahwa pengerjaan proyek tersebut telah dimulai sejak 22 April 2024 dan direncanakan berlangsung selama 240 hari.
“Tugu yang sebelumnya memiliki tinggi 18 meter (m) akan ditingkatkan menjadi 24 m, dengan lebar diperbesar dari 12,5 m menjadi 18,5 m,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Adriyani, posisi tugu juga akan diubah agar lebih sesuai dengan pusat jalan, memberikan tampilan yang lebih simetris dan monumental.
Baca juga: Belum Resmi Beroperasi, Tol Tebing Tinggi-Sinaksak Dilintasi 19.910 Kendaraan