Banyuwangi Wajib Pertahankan Tata Ruang Hijau

Kompas.com - 19/07/2017, 12:06 WIB

 

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Banyuwangi diminta untuk mempertahankan tata ruang hijau yang selama ini masih dominan. Selama ini, bumi blambangan itu memiliki konsep tata ruang hijau yang sangat baik.

 

"Saya sudah mengatakan berkali-kali kepada Pak Bupati bahwa kekuatan Banyuwangi terletak pada lansekap ruangnya. Hal ini menjadi kekuatan baru dibanding daerah lain yang ruang pembangunannya makin pesat dan jadi tidak terkendali," kata pengamat perkotaan dan tata ruang Yayat Supriatna di pendopo kantor Bupati Banyuwangi, Rabu (19/7/2017).

 

Menurut Yayat, kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu harus mempertahankan tata ruang hijau yang selama ini mendominasi di Banyuwangi. Perubahan perilaku masyarakat hari ini dan prediksi di masa mendatang mesti disiapkan dengan membuat kebijakan menyeluruh.

 

Berbeda dengan daerah lain yang pembangunannya kian pesat dan mengorbankan lahan hijau, Banyuwangi sanggup mempertahankan tata ruang hijau dengan mengendalikan pembangunan.

 

Perubahan perilaku masyarakat di bidang pariwisata akan menguntungkan daerah hijau. Tren berwisata ke berbagai destinasi wisata alam hijau yang jauh terus meningkat. Orang tidak lagi berwisata ke tempat yang mewah, hedonistik, dan hingar bingar. Tren ini menurut Yayat justru menyasar wisatawan dari kelas menengah ke atas.

 

Tata ruang hijau akan menjadi kekuatan wisata di masa yang akan datang,” ujarnya.

 

Perubahan perilaku itu terjadi karena masyarakat kelas menengah atas secara khusus sudah terpenuhi kebutuhan materinya. Sehingga, ada kebosanan bila harus menghabiskan waktu wisata ke tempat yang mewah. Hal ini, juga dialami oleh masyarakat lain yang semakin ingin kembali alam.

 

"Presiden ke-44 Amerika Serikat Barrack Obama wisatanya kemana? Beliau ke Bali malah mengunjungi sawah, bukan ke tempat wisata mewah. Sebetulnya perubahan itu sudah dapat dilihat tapi jarang orang mengamati," lanjut Dosen Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti ini.

 

Contoh nyata keuntungan yang didapat dari lansekap hijau ini adalah Kawah Ijen. Yayat yang menyempatkan diri datang ke sana pun heran bahwa ternyata orang berbondong-bondong datang ke Kawah Ijen. Tak hanya wisatawan lokal tetapi juga wisatawan mancanegara.

 

Padahal, untuk mencapai Kawah Ijen dan puncak gunung wisatawan harus mendaki dan menembus udara dingin. Setibanya di atas gunung, pengunjung akan dipuaskan secara batin.

 

Saat ini, wisatawan bisa berkunjung ke Banyuwangi dengan pesawat dari Jakarta. Hanya dengan waktu tempuh 1,5 jam, wisatawan bisa segera menikmati beragam wisata alam.

 

"Tak boleh tata ruang dikorbankan hanya untuk tata uang. Jika orientasinya hanya memikirkan untung sebanyak-banyaknya dan mengorbankan tata ruang, maka sesungguhnya daerah tersebut akan mengalami kerugian di kemudian hari," kata pria yang menjadi juri penghargaan tata ruang Indonesia selama 10 tahun ini.

Turis selfie di Kawah Ijen, BanyuwangiThinkStock Turis selfie di Kawah Ijen, Banyuwangi

 

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan langkah pertama yang dilakukan untuk mengelola daerah adalah membereskan tata ruang. Salah satunya, membangun pendopo yang dibuat semakin humanis, membuat taman, dan menata kembali sesuai dengan kearifan lokal.

 

"Memang dulu hal pertama yang saya lakukan ketika jadi Bupati adalah membereskan tata ruang. Contohnya pendopo ini. Dulu di depan pagarnya tinggi sekali. Di belakang hanya dapur. Akhirnya saya panggil arsitek untuk menata ulang dan mengamati arsitektur Using dari abad ke-18. Akhirnya jadilah seperti sekarang ini. Tempatnya tidak mewah tapi cukup nyaman untuk menjamu tamu yang datang," ungkap Bupati Anas.

 

Hingga kini Banyuwangi masih konsisten untuk mempertahankan tata ruang hijau yang dipadukan dengan kearifan lokal. Contohnya adalah dengan moratorium pasar modern, pembangunan hotel yang harus memasukkan unsur lokal, hingga kebijakan pembangunan bandara hijau. Khusus kawasan bandara, Anas menekankan untuk mempertahankan daerah sawah di sekitar bandara agar suasananya tetap asri.

 

Konektivitas antar-wilayah di Banyuwangi, ungkap Yayat, memang perlu diperbaiki. Selain itu, masyarakat perlu dilibatkan untuk menjadikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata kelas satu.

 

”Masyarakat perlu disiapkan agar tidak kaget bila suatu saat Banyuwangi dikunjungi banyak orang. Partisipasi masyarakat inilah yang menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang diminati di dunia,” katanya.

 

Banyuwangi memiliki lansekap menawan. Daerahnya dibatasi oleh gunung di utara dan laut di selatan. 60 persen wilayahnya adalah hutan, sisanya adalah daerah hijau persawahan dan permukiman. Pada tahun 2014 Banyuwangi mendapatkan penghargaan sebagai kabupaten dengan tata ruang hijau terbaik di Indonesia. Ketika itu Yayat Supriatna adalah salah satu dewan juri yang menilai atas kemenangan Banyuwangi. (KONTRIBUTOR BANYUWANGI/ FIRMAN ARIF)

Terkini Lainnya
Didukung Jerman, Pembangkit Listrik Tenaga Angin 200 Megawatt akan Dibangun di Banyuwangi

Didukung Jerman, Pembangkit Listrik Tenaga Angin 200 Megawatt akan Dibangun di Banyuwangi

Banyuwangi
Sirkuit BMX Muncar Banyuwangi, Satu-satunya Berstandar Olimpiade di Asia Tenggara

Sirkuit BMX Muncar Banyuwangi, Satu-satunya Berstandar Olimpiade di Asia Tenggara

Banyuwangi
Tingkatkan Kualitas Penerbangan, AirNav Pasang Sistem Navigasi Modern di Bandara Banyuwangi

Tingkatkan Kualitas Penerbangan, AirNav Pasang Sistem Navigasi Modern di Bandara Banyuwangi

Banyuwangi
Inovatif Promosikan Daerah, Banyuwangi Raih Penghargaan Best Smart Branding di ISNA 2025

Inovatif Promosikan Daerah, Banyuwangi Raih Penghargaan Best Smart Branding di ISNA 2025

Banyuwangi
Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi

Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi

Banyuwangi
Bupati Ipuk Apresiasi Kinerja TPS 3R Banyuwangi yang Sukses Kirim 60 Ton RDF ke Industri

Bupati Ipuk Apresiasi Kinerja TPS 3R Banyuwangi yang Sukses Kirim 60 Ton RDF ke Industri

Banyuwangi
Kenalkan Destinasi “Hidden Gem” di Kawasan Ijen, Bupati Banyuwangi Luncurkan Ijen Golden Route

Kenalkan Destinasi “Hidden Gem” di Kawasan Ijen, Bupati Banyuwangi Luncurkan Ijen Golden Route

Banyuwangi
Wujudkan Pesantren Aman, Pemkab Banyuwangi Bantu Pengurusan PBG dan SLF

Wujudkan Pesantren Aman, Pemkab Banyuwangi Bantu Pengurusan PBG dan SLF

Banyuwangi
Menko IPK AHY Apresiasi Progres Revitalisasi Pasar Banyuwangi: Perpaduan Ekonomi Rakyat dan Wisata Heritage

Menko IPK AHY Apresiasi Progres Revitalisasi Pasar Banyuwangi: Perpaduan Ekonomi Rakyat dan Wisata Heritage

Banyuwangi
Menpora Erick Thohir Apresiasi Konsistensi Banyuwangi Gelar Ajang Balap Sepeda Internasional

Menpora Erick Thohir Apresiasi Konsistensi Banyuwangi Gelar Ajang Balap Sepeda Internasional

Banyuwangi
Lewat Lokakarya, Kemenlu Hubungkan Banyuwangi dengan Jejaring Industri Kreatif Dunia

Lewat Lokakarya, Kemenlu Hubungkan Banyuwangi dengan Jejaring Industri Kreatif Dunia

Banyuwangi
13 Tahun Gandrung Sewu: Ribuan Penari Persembahkan Harmoni di Pantai Marina Boom

13 Tahun Gandrung Sewu: Ribuan Penari Persembahkan Harmoni di Pantai Marina Boom

Banyuwangi
BPK Dorong Percepatan Pembangunan Jalur Pansela Banyuwangi-Jember

BPK Dorong Percepatan Pembangunan Jalur Pansela Banyuwangi-Jember

Banyuwangi
Magis, Meras Gandrung Banyuwangi Pukau Penari Diaspora dari Amerika hingga Papua  

Magis, Meras Gandrung Banyuwangi Pukau Penari Diaspora dari Amerika hingga Papua  

Banyuwangi
Ramaikan Pariwisata Banyuwangi, Aman Air Buka Penerbangan Seaplane Bali-Banyuwangi Awal 2026

Ramaikan Pariwisata Banyuwangi, Aman Air Buka Penerbangan Seaplane Bali-Banyuwangi Awal 2026

Banyuwangi
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com