KOMPAS.com - Kota Semarang menempati peringat pertama untuk realisasi belanja anggaran pendapatan dan belanja daerah ( APBD) tertinggi di Indonesia.
Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Keuangan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyebutkan bahwa per 31 Desember 2023, catatan belanja Kota Semarang mencapai 93,64 persen.
Angka tersebut berada di atas rata-rata realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota se-Indonesia untuk tahun anggaran (TA) 2023, yakni sebesar 82,49 persen.
Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku bersyukur dengan pencapaian itu.
Menurutnya, hal itu merupakan hasil kerja keras organisasi perangkat daerah (OPD) di Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, serta seluruh masyarakat yang terus memberikan pengawasan.
Baca juga: Program Prioritas Pemkot Semarang pada 2024, dari Penanganan Banjir Rob hingga Pariwisata
"Sehingga, ( Pemkot Semarang) bisa mengelola keuangan secara efektif dan efisien," tutur perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut melalui keterangan persnya, Minggu (14/1/2024).
Tak hanya itu, realisasi belanja yang tinggi itu turut dibarengi dengan realisasi pendapatan yang mencapai 98,02 persen atau jauh di atas rata-rata realisasi pendapatan APBD provinsi, kabupaten, dan kota se-Indonesia yang berada di angka 90,94 persen.
Capaian itu membuktikan bahwa Kota Semarang telah berhasil menciptakan kapasitas fiskal yang sehat.
Mbak Ita pun menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada 2024.
"Peningkatan serapan anggaran dan pendapatan daerah bukan hanya sebagai tujuan, tetapi juga sarana untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," ungkapnya.
Baca juga: Selamatkan Ratusan Anjing Penjagalan, Pemkot Semarang Diapresiasi Komunitas Pecinta Hewan
Ia menuturkan, pada 2024, OPD harus bisa meningkatkan serapan anggaran agar realisasi pendapatan bisa optimal.
Akademisi Universitas Semarang Dr Zulkifli mengapresiasi capaian Pemkot Semarang. Menurutnya, pembangunan suatu daerah bisa terwujud jika ada dua hal yang terpenuhi, yakni kepemimpinan yang baik dan kinerja fiskal yang tinggi.
"Kepemimpinan Mbak Ita dan rasio kapasitas fiskal yang baik menjadi modal positif bagi Kota Semarang dalam akselerasi pembangunan," tuturnya.
Dalam catatannya, Zulkifli mengungkapkan bahwa Kota Semarang memiliki rasio kapasitas fiskal sebesar 2,45 dan masuk dalam kategori kapasitas fiskal sangat tinggi.
"Di antara seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang memiliki kapasitas fiskal paling tinggi, bahkan dengan gap yang tinggi pula. Sebagai gambaran, Kota Surakarta yang menduduki peringkat kedua memiliki rasio fiskal sebesar 2,02," jelasnya.
Baca juga: Pemkot Semarang Anggarkan Jamsostek untuk Puluhan Ribu Pegawai Non-ASN
Sementara Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Semarang Tuning Sunarningsih menuturkan bahwa capaian itu merupakan komitmen dari pimpinan dan seluruh jajaran OPD.
"Selain itu, juga arahan dari Ibu Wali Kota yang sebelumnya mengarahkan jajaran OPD untuk selalu melaksanakan APBD secara efektif dan efisien," terang Tuning.
Di samping itu, sebut dia, evaluasi setiap bulan yang diadakan Walkot Semarang juga turut membantu pencapaian itu. Lewat evaluasi, Mbak Ita mengingatkan seluruh OPD, dari tingkat atau kelurahan untuk berkomitmen menggunakan APBD sesuai perencanaan.
Melihat pencapaian itu, Tuning mengaku optimistis realisasi belanja Kota Semarang akan lebih baik lagi pada 2024.
"Berdasarkan pengalaman pada 2023, saya yakin dan percaya bahwa ke depannya akan lebih baik lagi. Penganggaran yang sekarang sudah jauh lebih baik," ujarnya.