KOMPAS.com - Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menggelar lomba memasak nasi goreng (nasgor) khas Mbak Ita se-Kota Semarang dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI).
Bukan lomba masak nasi goreng biasa, kriteria nasi goreng khas Mbak Ita harus menerapkan kaidah “Isi Piringku,” yaitu sepertiga nasi, sepertiga sayur, seperenam lauk, dan seperenam buah.
Isi Piringku merupakan panduan gizi yang juga menjadi program nasional.
“Harapannya, para ibu peserta lomba nantinya akan menerapkan kaidah Isi Piringku ketika menyiapkan sajian untuk keluarga di rumah,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (3/8/2023).
Melalui lomba masak tersebut, wanita yang akrab disapa Mbak Ita itu juga ingin mempromosikan konsep ketahanan pangan, urban farming, keseimbangan gizi makanan dan penanggulangan stunting kepada masyarakat luas.
Baca juga: Peningkatan Intervensi pada Ibu Menyusui Dapat Cegah Stunting
“Saya ini ingin menggerakkan agar ibu-ibu itu kembali lagi ke dapur. Caranya dengan mengadakan lomba masak yang mudah-mudah dulu. Nasi goreng siapa sih yang tidak mau,” ucapnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Gizi Klinik Etisa Adi Murbawani mengatakan bahwa nasi goreng termasuk makanan tinggi kalori jika dilihat dari komposisinya.
Biasanya, kata dia, pembuatan nasi goreng menggunakan banyak minyak atau mentega dalam prosesnya. Kedua bahan ini merupakan lemak jenuh, yang memiliki efek merugikan bagi kesehatan tubuh
''Namun jika ditambahkan sayur atau lalap, hal itu masih lebih baik. Karena sayur tinggi kandungan serat yang dapat membantu mengurangi akibat buruk dari lemak jenuh,'' imbuh perempuan yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Semarang itu.
Baca juga: Hari Ini, Hakim Bakal Dengar Second Opinion IDI Terkait Kesehatan Lukas Enembe
Selain itu, lanjut Etisa, sebaiknya ditambahkan lauk sebagai sumber protein, seperti telur, ayam, daging, ikan. Akan lebih baik jika diolah dengan rendah lemak atau tidak digoreng.
Apabila untuk anak stunting, ia menyarankan agar orangtua memberikan lauk dua porsi untuk setiap kali makan.
“Boleh dua telur atau satu telur satu tempe, atau satu ayam satu ikan. Secara umum, makanan sangat baik bila ditambah dengan lauk dan sayuran,” imbuhnya.
Senada dengan Etis, Dosen Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Sufiati Bintanah mengatakan bahwa dalam mengkonsumsi suatu makanan, masyarakat perlu mempertimbangkan kandungan nilai gizi.
Baca juga: Punya Nilai Gizi Tinggi, Ini Berbagai Manfaat Ikan Shisamo
Nilai gizi yang dimaksud harus mencakup ketentuan cukup dan seimbang. Selain itu, juga wajib memperhatikan tingkat kesehatan dan keamanan pangan yang dihidangkan.
Menurutnya, olahan pangan sejenis nasi goreng dikatakan layak dikonsumsi dengan melihat bahan yang dipakai untuk membuatnya.
Peraih gelar doktor dari Universitas Diponegoro (Undip) itu menambahkan bahwa masakan yang oleh kalangan masyarakat Jawa umumnya disebut sego goreng itu di dalamnya mencakup beberapa bahan pangan yang diolah menjadi satu.
"Bahan utamanya adalah nasi, kemudian bumbu secukupnya dan minyak goreng," kata Dosen Prodi Gizi itu.
Baca juga: Beredar Imbauan Jangan Minum Teh Setelah Makan Bakso, Apa Kata Ahli Gizi?
Dari beberapa bahan itu, lanjut dia, seharusnya bisa dilihat kelayakan hidangan untuk disajikan. Misal dalam pemakaian minyak goreng, idealnya hanya boleh dipakai sekali untuk memasak.
Ia tidak menyarankan masyarakat untuk menggunakan minyak yang sudah berkali-kali dipakai untuk menggoreng nasi. Lebih dari itu, nasi yang akan digoreng sebaiknya masih baru.
"Nasi seyogyanya bukan dari memasak dalam jangka waktu lama karena berisiko basi. Selain itu juga rawan dengan kuman, bakteri dan lain sebagainya yang bisa mengakibatkan munculnya bibit penyakit," imbuh Sufiati.
Tak hanya itu, lanjut dia, bumbu juga harus diperhitungkan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang alamiah.
Baca juga: Soal Rencana Gabung PPP, Sandiaga Uno: Alamiah Saja, Tak Usah Buru-buru
Bahkan, apabila perlu memberikan nasi goreng dilengkapi sayur segar atau lalapan.
“Kendati untuk sebagian orang, sayur seperti kacang-kacangan, jagung, wortel, selada, tomat, kentang, buncis, brokoli, kol, dan lainnya sering dipakai pemanis hidangan,” ucap Sufiati.
Namun sejatinya, lanjut dia, adanya sayur mayur akan menambah keseimbangan gizi yang akan bermanfaat untuk kesehatan tubuh.