KOMPAS.com - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta kepada seluruh warga agar dapat menciptakan kondusivitas dan meluruskan jika masih ada yang berusaha mempersoalkan serta menggunakan isu etnis, Suku, Agama dan Ras ( SARA) untuk memecah belah.
""Membangun itu mudah, namun akan menjadi susah kalau situasinya tidak kondusif,” tegas Wali Kota yang akrab disapa Hendi ini seperti dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/9/2019).
Lebih lanjut Hendi mengatakan persoalan SARA antar golongan sudah selesai 74 tahun lalu saat Bung Karno dan Bung Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.
"Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki 714 suku dan bermacam ágama yang sudah bersepakat menjadi satu dengan nama Indonesia," kata Hendi.
Baca juga: Prihatin Isu Perpecahan, Wali Kota Hendi Minta Siswa Papua Netralisir Kabar Hoaks
Hendi sendiri mengatakan itu saat menghadiri kegiatan masyarakat di Kelurahan Plombokan, Kota Seamrang, Sabtu (7/9/2019).
Politisi PDI Perjuangan ini juga mengingatkan kembali pentingnya semangat menjaga dan mengawal tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saat ini, lanjut Hendi, adalah waktunya membangun dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul serta kompetitif tanpa perlu lagi mengutak-atik dasar negara yang telah diperjuangkan para pendahulu.
Karenanya, Hendi mengingatkan untuk tak lagi mempermasalahkan hal-hal berbau etnis, ágama dan masalah sara lainnya.
Dalam kesempatan yang sama Hendi mengajak pula para orang tua untuk dapat menjaga dan mendampingi putra-putrinya dalam berselancar di dunia maya.
Hal ini dikarenakan tantangan anak muda jaman now yang lebih kompleks dan tak terbatas termasuk pada kemungkinan masuknya hal-hal negatif hingga paham radikal.
Maka dengan kondusivitas yang terjaga, Hendi mengajak seluruh warga untuk bergerak bersama membangun Kota Semarang dan bangsa Indonesia yang semakin maju dan hebat.
Dicontohkan dalam konsep bergerak bersama oleh Hendi, adalah dengan menjaga lingkungan bersih nyaman serta sehat melalui kerja bhakti ataupun pembangunan jamban sebagai salah satu bentuk dukungan program Open Defecation Free (ODF).