KOMPAS.com - Wali kota Semarang Hendrar Prihadi mengapresiasi pertunjukan budaya "Mahakarya Legenda Goa Kreo" di Plaza Kandri, Kecamatan Gunung Pati yang dilaksanakan pada Minggu (9/6/2019).
“Pertunjukkannya spektakuler, tidak kalah dengan pertunjukan yang pernah saya datangi di Bali," ungkap Hendi, sapaan akrab wali kota di Semarang.
Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Selasa (11/6/2019) dijelaskan, agar meriah dan spektakuler puluhan penari dan seniman muda Kota Semarang dilibatkan dalam atraksi tersebut.
Mereka menari dengan diiringi musik gamelan, disertai permainan tata cahaya panggung yang memukau hingga venue yang menarik di bibir Waduk Jatibarang.
Baca juga: Liburan ke Kota Semarang, Jangan Lewatkan Mahakarya Legenda Goa Kreo
Lebih istimewa lagi atraksi tersebut disuguhkan dalam narasi dua bahasa. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang disampaikan oleh Camat Gunung Pati, Roni Cahyo Nugroho dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari.
Perlu diketahui, pentas tari tersebut menceritakan perjalanan Sunan Kalijogo saat ingin mencari Soko Guru Masjid Demak pada masa kejayaan Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.
Dalam pencarian kayu jati sebagai Soko Guru tersebut, Sunan Kalijogo menemukan kayu jati yang dicari. Namun saat ingin menebang selalu gagal sampai akhirnya bersemedi di Goa Kreo.
Sunan Kalijogo akhirnya berhasil menebang dengan mendapat bantuan para kera. Saat ingin membawa ke Demak, para kera ingin turut mengikuti Sunan ke Demak.
Baca juga: Libur Lebaran, Semarang Aman Dikunjungi
Namun Sunan memerintahkan kepada para kera untuk tetap tinggal dan merawat Goa Kreo. Makanya kini, untuk mengenang jasa para kera dilangsungkan tradisi Sesaji Rewanda.
Cerita tersebut merupakan bagian dari sejarah dan budaya Kota Semarang yang harus di perkenalkan kepada generasi muda.
“Melalui kreasi atraksi sejarah ini, semoga anak-anak muda kita juga selalu ingat. Tidak hanya belajar dari medsos tentang situasi terkini, tetapi juga mereka tahu, Semarang ini penuh dengan potensi budaya dan kesenian.” ungkap Hendi.
Menurutnya, atraksi budaya tahunan itu dapat menjadi daya pikat wisatawan Kota Semarang khususnya di Gunung Pati. Makannya, hal ini perlu dikembangkan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sebagai industri pariwisata.
Hendi juga berpesan kepada Disbudpar untuk mulai menggarap serius panggelaran "Legenda Goa Kreo".
“Ini mulai ditata, bagaimana kemudian mulai dianggarkan oleh pemerintah, lighthing, tata panggung dan dibuat sebagai acara rutin,” pesan Hendi.
Nantinya minimal setiap sabtu ada pertunjukan di Plaza Kandrii bagi wisatawan. Fasilitas tempat parkir juga ditata dengan melibatkan generasi muda untuk mengelola.
Baca juga: Tak Lagi Jadi Kota Transit, Semarang Dipadati Wisatawan Pada Libur Lebaran
“Insya Allah, wisatawan tambah banyak, Semarang tambah ngetop, industri pariwisatanya juga semakin bergairah”ungkap Hendi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari mengungkapkan, atraksi ini digelar sekaligus sebagai sajian untuk menggaet wisatawan saat libur Lebaran 2019 ini.
“Kami kemas seharian penuh dari pagi dengan Sesaji Rewanda dan malam hari atraksi Mahakarya Legenda Goa Kreo ini” ujarnya.
Pihaknya, kata dia, juga terus berupaya melakukan inovasi dan mengemas acara budaya ini agar dapat menarik wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata alam Waduk Jatibarang.
Sebagai informasi, pada 2019 merupakan kali pertama atraksi digelar di venue Plaza Kandri. Selesai pembangunan pada akhir 2018, venue yang terletak tepat di bibir Waduk Jati Barang diharapkan sebagai pusat pertunjukan seni objek wisata Jatibarang dan Goa Kreo.