KOMPAS.com - Dahulu, Kota Semarang kerap dicap sebagai kota yang kemajuannya tertinggal dibanding daerah-daerah lain. Buktinya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang rendah.
Ironisnya, ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini IPM-nya lebih rendah dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik mencatat, IPM Kota Semarang pada 2010 sebesar 76,96. Sementara, IPM Kota Surakarta sebesar 77,45 dan Kota Salatiga sebesar 78,35.
Rendahnya angka IPM tersebut tentu saja menjadi keprihatinan pemerintah. Apalagi, Indeks Pembangunan Manusia merupakan representasi kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah karena terdiri dari komponen pendidikan, kesehatan, ekonomis, sosial, dan lainnya.
Namun capaian buruk tersebut tinggal kenangan, setelah Kota Semarang berhasil mencapai Indeks Pembangunan Manusia tertinggi di Jawa Tengah. Dalam rilis BPS disebutkan, Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang pada 2016 tercatat 81.19, lebih tinggi dari Salatiga dengan IPM 81.14 atau Surakarta dengan IPM 80.76.
(Baca: Warga Semarang Kian Bahagia)
Bahkan, IPM Kota Semarang juga lebih tinggi dibanding kota-kota besar di Indonesia. Pada 2011, IPM Kota Semarang hanya sebesar 77.58, jauh di bawah IPM Kota Surabaya yang sebesar 77.62, dan Bandung dengan 78.12.
"Namun itu dulu, saat ini IPM kita sudah jauh lebih tinggi dari yang lainnya. Berarti ada sebuah lompatan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Semarang," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, saat menghadiri ground breaking pembangunan gedung 5 lantai Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipti di Semarang, Jumat (23/3/2018).
Masih mengacu pada data BPS, IPM Kota Semarang pada 2016 tercata sebesar 81.19 tersebut juga sudah lebih tinggi dibandingkan IPM Kota Surabaya dengan 80.83, atau bahkan Bandung yang hanya sebesar 80.13.
Kualitas kesehatan
Ia menegaskan, Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipto merupakan salah satu mitra strategis Pemerintah Kota Semarang dalam pembangunan kesehatan. Dalam kaitannya dengan IPM, kesehatan merupakan salah satu komponen penentu.
Menurut Hendi, pembangunan kesehatan dan pendidikan merupakan komponen utama yang harus dikembangkan untuk langkah pembangunan yang mendasar. Pemerintah Kota Semarang telah meluncurkan program berobat gratis bagi seluruh masyarakat dengan Universal Health Coverage (UHC).
"Tapi kalau tempat tidur rumah sakitnya tidak mencukupi, maka tidak akan dapat berdampak maksimal. Maka dari itu saya mengapresiasi Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipto yang terus melakukan pembangunan pelayanan kesehatan di Kota Semarang, salah satunya melalui pembangunan gedung berlantai 5 ini," ujarnya.
(Baca juga: Kota Semarang Siap Hadapi Bonus Demografi)
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipto Semarang, Daniel Budi Wibowo menjelaskan bahwa gedung 5 lantai tersebut akan dibangun seluas 4.600 meter persegi di atas lahan seluas 1.109 meter persegi.
“Dengan penambahan gedung 5 lantai tersebut nantinya Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipto ini akan ada penambahan ruang rawat, instalasi kamar operasi baru, serta instalasi pengolah limbah cair,” katanya.
Daniel juga mengapresiasi program berobat gratis UHC yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Dirinya menyebutkan dengan adanya program UHC jumlah pasien Rumah Sakit Pantiwilasa Dr. Cipto meningkat pesat. Kunjungan rawat jalan sekitar 800 pasien per hari dan sekitar 40 pasien baru yang dirawat di ruang perawatan.