SEMARANG, KOMPAS.com - Sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, Kota Semarang, Jawa Tengah terus berbenah memperbaiki sejumlah infrastruktur, terutama bagi para pejalan kaki.
Hingga 2017, setidaknya telah ada 6.000 meter jalan di kota lumpia dilengkapi dengan pedestrian atau trotoar untuk pejalan kaki. Tidak hanya layak untuk dijadikan tempat berjalan kaki, pedestrian juga dilengkapi dengan bangunan penunjang dengan nuansa seni dan kreatif.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengatakan, hingga 2017 sudah lebih dari 6000 meter pedestrian dibangun di kota Semarang. Pedestrian lama dibongkar diganti dengan pedestrian yang lebih lebar dan luas.
Iswar mengatakan, 6.000 meter pedestarian itu meningkat pesat jika dibanding dengan total jalan pedestrian pada 2016 yang hanya berkisar 3.000 meter saja.
"Jalur pedestrian yang dibangun dibuat semenarik mungkin, seaman, dan senyaman mungkin agar bisa merangsang masyarakat untuk mau berjalan kaki," kata Iswar, Senin (27/11/2017).
Pembangunan infrastruktur untuk pejalan kaki mendapat respons positif dari berbagai pihak. Menurut Iswar, respons positif itu dalah satunya disampaikan oleh Institute For Transformation and Development Policy (ITDP) Indonesia.
Dalam sebuah rilisnya yang dimuat dalam direktori wisata WeGo, Kota Semarang disebut sebagai salah satu dari lima kota di Indonesia yang paling ramah pejalan kaki. Kota Semarang sendiri bersanding dengan kota-kota lain di Indonesia seperti Bogor, Solo, Malang, dan Jambi.
Masuknya Kota Semarang di dalam kategori itu karena pedestarian di Semarang dilengkapi dengan street furniture. Infrastruktur penunjang seperti pot bunga, taman, kursi, dan lampu tersedia untuk memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.
Sejumlah ruas jalan di Kota Semarang yang menjadi contoh di antaranya adalah jalur pedestrian di Jalan Veteran, Jalan Diponegoro, Jalan Madukoro, serta Jalan Imam Bonjol Semarang. Pedestrian itu tidak hanya luas, namun nyaman dilalui. Pedestrian juga banyak dijadikan titik lokasi swafoto.
Menikmati
Terkait dengan hal ini, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, pemerintah kota sengaja membangun infrastruktur jalur pedestrian untuk menggiatkan warganya ataupun wisatawan dapat berjalan kaki, dan menikmati jalur pedestrian yang layak.
Pedestrian juga dapat dijadikan wahana berkumpul, bersantai selain taman kota. Hendrar pun ingin agar warganya juga bersedia mengubah kultur dengan ikut aktif berjalan kaki.
Dengan berjalan kaki, potensi kemacetan diyakini akan berkurang. "Intinya, kami merubah infrastruktur untuk merubah kultur, sehingga tolok ukur pembangunannya tidak hanya fisik saja, tetapi juga manfaat jelas", ujar Hendrar, yang mendapat predikat sebagai Perencana Kota Internasional dari Singapore Institute Of Planners ini.
Untuk penambahan bangunan penunjang atau street furniture, politisi PDI Perjuangan ini ingin hal-hal tersebut menjadi rangsangan masyarakat untuk mau berjalan kaki.
Data dari Stanford University menyebutkan, dari 700.000 orang di seluruh dunia, Indonesia disebut sebagai negara yang masyarakatnya paling malas berjalan kaki. Rata-rata orang Indonesia berjalan kaki sebanyak 3.513 langkah setiap hari. Itu sangar berbeda jauh dengan Hong Kong yang mencapai 6.880 langkah per harinya.
Untuk menarik perhatian itu, Pemkot Semarang bahkan telah memasang layanan wifi gratis yang tersebar di 120 titik.
"Jadi untuk pejalan kaki yang mau duduk-duduk di kursi, kita sediakan wifi gratis untuk lebih nyaman", demikian Hendrar Prihadi. (KONTRIBUTOR SEMARANG/NAZAR NURDIN)