SEMARANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah mempunyai tradisi unik memperingati malam 1 Muharam atau malam 1 Syura. Pemerintah kota itu menggelar kegiatan Kembul Bujono, atau makan tumpengan secara bersama-sama.
Kegiatan Kembul Bujono digelar di halaman Balaikota Semarang, Rabu (20/9/2017) malam. Kegiatan diikuti pimpinan Muspida, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, serta masyarakat Kota Semarang.
Kembul Bujono merupakan kegiatan tradisi rutin digelar tiap tahun di malam 1 Muharam. Warga dan tamu yang hadir duduk bersila di lantai, berdoa, lalu menikmati makanan tradisional yang disiapkan.
Setidaknya ada 150 tumpeng dengan berbagai lauk pauk tersaji dan dimakan secara bersama-sama di malam peringatan itu. Tumpeng tersebut sebelumnya telah disiapkan oleh pemerintah kota, dibantu kalangan perusahaan dan perbankan.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, tradisi Kembul Bujono di malam 1 Syura merupakan kegiatan rutin yang digelar warga Kota Semarang perlu dilestarikan.
Dalam tradisi Kembul Bujono, baik wali kota ataupun warga sama-sama lesehan. Tidak ada jarak di antara warga dan pemimpinnya sehingga kegiatan itu dapat mempererat kebersamaan masyarakat kota.
"Semuanya duduk bersama untuk menikmati nasi tumpeng secara bersama-sama. Ini tentu maknanya dalam, terutama untuk mempererat kebersamaan semua orang dari berbagai latar belakang," kata Hendrar.
Ia mengingatkan warganya untuk guyub dan bersama-sama membangun kota. Semua perbedaan harus mau ditinggalkan untuk bersama-sama membangun kotanya.
"Kalau yang merah berteman dengan merah, yang biru dengan biru, yang punya pangkat dolane dengan yang berpangkat, yang punya uang dengan yang punya uang, maka Semarang tidak akan maju," ujarnya.
Hendrar berharap, kegiatan Kembul Bujono tidak boleh hilang, apalagi sampai punah. Agenda rutin Kembul Bujono berpotensimenjadi salah satu agenda wisata budaya di kota lumpia.
Sebelum menyantap tumpeng, Hendrar mengucap terima kasih atas para pihak atas terselenggaranya kegiatan yang mempererat keguyuban warga ini.
Hendrar memotong tumpeng yang diiringi dengan doa dari KH Said Al Masyhad dan KH Anasom. Setelah pemotongan tumpeng, Kembul Bujono atau pesta makan bersama pun dimulai.
Usai Kembul Bujono, peringatan baru 1 Muharam 1439 H ditandai dengan pagelaran wayang kulit. Dalang Ki Anom Dwijo Kangko memimpin pagelaran wayang kulit dengan mengangkat lakon "Anoman Maneges". Malam peringatan juga diselingi dengan hiburan lawak oleh Marwoto. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)