KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang berupaya selektif dalam menerima pendatang dari luar kota. Usai lebaran, pendatang yang ingin mengadu nasib di kota lumpia itu diharapkan memiliki keterampilan sebagai modal kerja.
“Jika sanak saudara yang dibawa mempunyai kemampuan, kami siap menerima. Tetapi kalau tidak punya kemampuan berpotensi menimbulkan problem baru di Semarang. Alangkah baiknya saudara panjenengan tidak dibawa ke kota ini,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat melepas pemudik, Senin (19/6/2017).
Lebih dari 450 pedagang mi instan dan bubur kacang ijo menjadi peserta mudik gratis yang difasilitasi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produsen mi instan itu menyediakan 9 bus untuk para pemudik dengan tujuan Kuningan, Ciawi, Tasikmalaya, dan sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat.
Bus yang disediakan bagi pemudik kali ini lebih banyak dua armada dibanding tahun lalu. Sebabnya, jumlah peserta mudik gratis ke Jawa Barat tahun ini lebih banyak.
Sebagian besar perantau dari wilayah Jawa Barat membuka usaha warung mi instan atau bubur kacang ijo di Jawa Tengah. Pada umumnya, satu warung dikelola lebih dari satu pekerja.
Hendi, begitu dia biasa disapa, mengingatkan para pedagang asal Jawa Barat untuk membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran.
"Bertambahnya pengangguran karena banyak yang membawa saudaranya. Dan ternyata mereka tidak punya keahlian atau skill namun tetap berkukuh tinggal di Kota Semarang," ujarnya.
Pemerintah Kota Semarang memang memiliki program untuk mengurangi pengangguran melalui pemberdayaan usaha kecil menengah dan mikro. Program berupa pinjaman modal berbunga rendah itu bertujuan mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan di Kota Semarang.
Berdasarkan data BPS mengacu pada Basis Pemutahiran Data Terpadu (BPDT) tahun 2015, ada sekitar 77.978 rumah tangga miskin ( RTM) atau berkisar 5 % dari total penduduk Semarang. Sementara itu, jumlah binaan UMKM berdasarkan data pada Dinas Koperasi dan UMKM kota Semarang mencapai 11.692 unit. Sedangkan, tenaga kerja yang diserap oleh UMKM mencapai 19. 042 orang .
Tak hanya menitip pesan pada pemudik, Hendi juga mengapresiasi langkah produsen mi instan untuk menyediakan bus bagi para pedagang. Dengan adanya mudik bersama, jumlah kendaraan pribadi di jalur mudik bisa ditekan.
Sehingga, potensial tidak menambah kemacetan lalu lintas di jalur mudik. Dia berharap pihak swasta lainnya meniru langkah ini untuk membantu pemerintah mengurangi kemacetan selama mudik.
"Pemerintah Kota Semarang sendiri tidak akan mampu bila harus menyediakan seluruh keperluan masyarakatnya karena dibatasi regulasi serta anggaran yang telah dialokasikan untuk kepentingan lainnya," ungkapnya.