KOMPAS.com – Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan, kolaborasi adalah kata kunci dalam penanggulangan bencana.
Dia menjelaskan, kolaborasi sangat dibutuhkan dalam tahapan penanggulangan bencana yang dimulai dari prabencana, saat bencana, dan setelah bencana itu terjadi.
“Kondisi prabencana ini bukan berarti mendoakan daerah kita kena bencana, tapi ketika bencana terjadi, kita sudah siap sehingga kita bisa mengurangi risiko,” katanya.
Dia mengatakan itu saat menjadi narasumber dalam Latihan Penanggulangan Bencana di Komando Resor Militer 141/Toddopuli di Gedung Pertemuan Ratona Kantor Wali Kota Palopo, Senin (22/11/2021).
Indah menekankan, kesiapsiagaan sangat penting, yakni secara fisik, psikis, dan sarana prasarana pendukung mitigasi.
Baca juga: BPBD Luwu Timur Ungkap Adanya Lubang Besar di Danau Matano
“Tidak bisa lagi kita membiarkan masyarakat menunggu bencana datang. Untuk itu, kita harus menyiapkan masyarakat menghadapi potensi yang bisa terjadi setiap saat,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Terlebih, imbuhnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selalu aktif memberi informasi kepada publik.
Indah menjelaskan, kolaborasi semua pihak yang dimaksud sesuai Undang-undang (UU) Nomor 24 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
UU itu menyebutkan, tanggung jawab penanggulangan bencana menjadi milik pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan, yakni swasta, perguruan tinggi, media massa, termasuk masyarakat.
“Kolaborasi adalah bagaimana kita mempertemukan semua potensi tersebut,” ujarnya di hadapan peserta yang terdiri dari Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Basarnas, dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan bencana Daerah (BPBD).
Baca juga: Cegah Petani Luwu Utara Alami Kerugian, Bupati IDP Asuransikan 7.000 Ha Lahan Pertanian
Terkait mitigasi vegetatif, Indah mengatakan, saat ini pihaknya tidak lagi bicara sekedar berapa jumlah pohon yang ditanam, tapi memastikan bahwa pohon tersebut tumbuh dan terpelihara dengan baik.
Pada kesempatan tersebut, bupati perempuan pertama di Sulawesi Selatan itu juga mengingatkan pentingnya menyiapkan titik evakuasi.
“Dalam masa tanggap darurat, kami fokus pada evakuasi dan penyelamatan. Siapkan titik evakuasi agar masyarakat tahu harus berbuat apa dan lari kemana. Sebab, target utamanya adalah victim zero atau tidak ada korban jiwa,” jelasnya.
Menurutnya, kolaborasi berperan penting dalam hal tersebut karena bisa menciptakan ketangguhan dan kegiatan seperti itu harus diperbanyak.
“Kalau bisa tidak hanya melibatkan anggota tapi juga masyarakat. Sebab, yang paling pertama kami kuatkan dalam menghadapi bencana adalah masyarakat itu sendiri, yakni mendorong adaptasi dan mitigasi,” jelas mantan Dosen Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Penyelidikan Baru Kasus Dugaan Pemerkosaan di Luwu Timur, Polisi Bikin Laporan Model A
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Korem 141/Toddopuli Arh Erphis Rudy mengatakan, persamaan persepsi perlu dilakukan dalam penanggulangan bencana.
Dia menjelaskan, pelatihan ini bertujuan mengunci rencana yang sudah ada terkait prabencana, saat bencana, dan setelah bencana itu terjadi.
Menurut Rudy, tidak banyak kepala daerah seperti Indah yang paham soal penanggulangan bencana.
“Tadi beliau sudah memaparkan apa-apa yang harus dilakukan. Nah kalau ini disinergikan dan kolaborasikan pasti kita bisa mengurangi risiko bencana,” katanya.
Perlu diketahui, sebelum menjadi narasumber, Indah juga menghadiri Apel Latihan Penanggulangan Bencana di Lapangan Pancasila. Hadir juga Sekretaris Daerah Kota Palopo dan Komandan Kodim 1403 Sawerigading.