KOMPAS.com – Banjir bandang menyapu sebagian wilayah Kota Masamba dan Desa Radda di Kecamatan Baebunta, Luwu Utara, Senin (13/7/2020) lalu. Banjir bandang tersebut terjadi akibat longsornya Gunung Lero dan Magandang.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani melakukan peninjauan ke titik bencana, Sabtu (18/7/2020). Selain menemui warganya yang terdampak bencana, ia juga menyerahkan bantuan berupa bahan makanan pokok.
Indah yang datang ke lokasi menggunakan sepeda motor mengatakan penyebab longsornya Gunung Lero dan Magandang masih diteliti.
Untuk sementara, alasan yang paling kuat adalah faktor alam, bukan alih fungsi lahan.
Baca juga: Potret Banjir Luwu Utara dari Pengamatan Citra Satelit Lapan
"Dugaan awal terjadinya banjir bandang adalah murni karena bencana alam, bukan aktivitas alih fungsi lahan," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Hal ini dikatakan Indah berdasarkan beberapa informasi yang diterimanya terkait situasi sebelum banjir bandang menyapu Kota Masamba dan Desa Radda.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, pada kunjungan ke Masamba untuk menyalurkan bantuan bencana, Jumat (17/7/2020) mengatakan curah hujan di lokasi tersebut sangat tinggi sebelum bencana terjadi.
Pada periode 12-13 Juli 2020, hujan deras mengguyur Kecamatan Baebunta.
"Secara teknis data yang kami kumpulkan masih belum lengkap, tapi paling tidak kemungkinan pertama adalah curah hujan yang sangat tinggi," ujar Doni Monardo saat itu.
Sementara itu, pada kunjungan tersebut Indah juga sempat mendengar cerita salah seorang warga Kota Masamba, Aliyas (65), yang mengetahui kronologi terjadinya banjir bandang.
Baca juga: Berikut Analisis Lapan soal Banjir di Luwu Utara
Aliyas mengatakan bahwa sebelum banjir bandang terjadi Gunung Lero dan Magandang mengalami longsor.
Dugaan adanya pembalakan hutan untuk kepentingan perkebunan sawit yang menyebabkan dua gunung tersebut longsor menurutnya belum tentu benar. Pasalnya, akses ke lokasi tersebut terlalu terjal dan sulit dilalui.
“Jangankan kebun kelapa sawit, untuk kebun tanaman lainnya pun dari nenek moyang kami, belum ada yang pernah sampai ke daerah tersebut,” tegas Aliyas.
Namun, kata Indah, Pemkab Luwu Utara masih menunggu hasil penelitian resmi.
"Kalau nanti ditemukan ada upaya perusakan hutan, maka pemerintah daerah akan menjadi garda terdepan yang mengawal kasus tersebut hingga tuntas," ujarnya.