Ada 16.000 RTLH di Batang, Bupati Targetkan Renovasi Minimal 100 Unit Per Tahun dan Naikkan Anggaran

Kompas.com - 09/05/2025, 20:20 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Bupati Batang M Faiz Kurniawan saat menyerahkan bantuan RTLH secara simbolis di Kelurahan Karangasem Selatan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jumat (9/5/2025).
DOK. Humas Pemkab Batang Bupati Batang M Faiz Kurniawan saat menyerahkan bantuan RTLH secara simbolis di Kelurahan Karangasem Selatan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jumat (9/5/2025).

KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang terus menjalankan program renovasi rehabilitasi bantuan Rumah Tidak Layak Huni ( RTLH). 

Pada 2025, Pemkab Batang berkomitmen kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan alokasi anggaran sekitar Rp 2,9 miliar untuk program RTLH 2025.

Bupati Batang M Faiz Kurniawan mengatakan, anggaran sekitar Rp 2,9 miliar itu akan digunakan untuk merenovasi sekitar 156 unit rumah yang kondisinya tidak layak huni. 

“Alokasi dana ini merupakan wujud nyata perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi hunian warganya,” jelasnya dalam siaran pers.

Dia mengatakan itu usai menyerahkan bantuan RTLH secara simbolis di Kelurahan Karangasem Selatan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jumat (9/5/2025).

Faiz mengatakan, besaran bantuan yang diterima setiap penerima juga mengalami peningkatan signifikan.

Baca juga: Siap Wujudkan PPN Kelas B, Bupati Batang: Jadi Katalisator Pertumbuhan Sektor Perikanan 

“Bantuan kami naikkan tahun ini, yang semula Rp 12,5 juta menjadi Rp 18,5 juta per unit. Adanya kenaikan ini, diharapkan bisa memberikan manfaat yang lebih optimal dalam merenovasi rumah yang tidak layak huni,” harapnya.

Berdasarkan data yang dihimpun Pemkab Batang, saat ini masih terdapat sekitar 16.000 unit RTLH di seluruh wilayah kabupaten. 

Pemkab Batang menyadari besarnya kebutuhan tersebut sehingga menargetkan perbaikan minimal 100 unit RTLH setiap tahunnya.

Faiz menambahkan, warga yang mendapatkan program RTLH diprioritaskan untuk rumah yang memiliki anak-anak balita. 

“Fokus ini karena kondisi rumah yang tidak layak huni dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak-anak balita,” jelasnya.

Baca juga: Peringati Hari Buruh, KEK Industropolis Batang Resmikan Fasilitas Baru untuk Pekerja

Untuk diketahui, stunting tidak hanya berbicara tentang kehidupan sendiri, tetapi juga terkait tentang kebersihan, gizi, dan higienisnya asupan makanan ibu hamil dan balitanya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke