KOMPAS.com - Sederet program dari Gubernur Jawa Tengah ( Jateng) Ganjar Pranowo dalam kepemimpinannya mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Salah satunya di bidang kesehatan. Untuk diketahui, Gubernur Jateng dua periode ini memang dinilai sangat peduli pada kesehatan warganya.
Kepedulian tersebut terlihat dari beberapa program kesehatan yang ditelurkan Ganjar.
Dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Rabu (22/6/2022), Pemerintah Provinsi Jateng membeberkan beberapa program kesehatan yang telah ditelurkan Ganjar.
Kepedulian Ganjar Pranowo pada kesehatan terlihat pada setiap kunjungannya ke daerah. Pada kesempatan ini, orang nomor satu di Jateng ini selalu menanyakan kesehatan kdpada siapa saja yang ditemuinya, termasuk kepada ibu hamil.
Kepeduliannya ini pun ditelurkan Ganjar dalam program adalah 5Ng. Singkatan dari Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.
Adapun yang dimaksud nginceng tidaklah negatif. Lewat nginceng. Ganjar mengajak masyarakat untuk memperhatikan kesehatan ibu hamil.
Program ini pun berulangkali diingatkan Ganjar saat menggelar kegiatan Rembug Desa.
Setiap kepala desa atau bidan desa, secara tak terduga mendapat pertanyaan dari Ganjar soal jumlah ibu hamil di desanya. Berapa yang sakit? Bagaimana penanganan sampai tindakan darurat yang akan dilakukan?
Baca juga: Ditanya Soal Rencana Setelah Selesai jadi Gubernur, Ganjar: Mau Ngelamar Jadi Wartawan atau Youtuber
Diberlakukan sejak 2015, gerakan 5Ng telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jateng.
Dalam rilisnya, Pemprov Jateng menjelaskan AKI menurun sebesar 14 persen per tahun sejak 2015. Sementara itu, AKB mengalami penurunan dari 5485 pada 2016 menjadi 4481 pada 2018.
Data dari Studi Status Gizi Indonesia mencatat, angka stunting di Jateng pada 2021 tercatat sebesar 20 persen. Jumlah ini turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 27 persen.
Data riset soal stunting di Jateng tercatat, pada 2013 atau di masa awal Ganjar menjadi gubernur, stunting di provinsi ini mencapai 37 persen.
Jumlah itu turun pada 2018 menjadi 31 persen. Sementara pada 2021, stunting di Jateng turun menjadi 19,9 persen.
Artinya, Ganjar telah berhasil membawa Jateng melampaui target Suistainable Development Goals (SDGs) yang menargetkan angka stunting harus di bawah 20 persen tahun 2030.
Adapun Presiden Jokowi sendiri menargetkan angka stunting harus di 14 persen.
Keberhasilan penurunan ini mendapatkan respons yang positif dari berbagai pihak, terutama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan masyarakat Jawa Tengah.
Pada 2018, program 5Ng berhasil menarik perhatian United States Agency for International Development (USAID), sehingga memberikan bantuan dana melalui program Jalin (program serupa milik USAID).
Ganjar Pranowo dengan 5Ng-nya menginspirasi BKKBN untuk mereplikasi program, sehingga lahirlah Elmisil yang merupakan aplikasi elektronik siap nikah dan hamil.
Pencegahan stunting juga tak hanya berfokus pada ibu hamil. Ganjar menyadari, pernikahan dini yang masih tinggi juga berdampak pada stunting.
Makanya Ganjar menerapkan gagasan Jo Kawin Bocah, agar pencegahan stunting bisa dilakukan lebih komprehensif.
Menurut Ganjar, selain mengganggu kesehatan anak secara fisik maupun psikis, pernikahan dini tak dimungkiri juga mengganggu tumbuh kembang anak.
Tidak hanya itu, jika terjadi kehamilan, akan meningkatkan risiko bayi lahir berkondisi stunting.
Makanya program kesehatan pada anak dan ibu hamil itu haruslah berkesinambungan.
Untuk itu, Ganjar berusaha melibatkan langsung masyarakat agar lebih sadar pada kesehatan.
Cara ini dinilai cukup efektif. Hal ini terlihat dari menurunkan angka kematian ibu.
Masih dalam keterangan persnya, Pemprov Jateng menyatakan pada 2017 jumlah kasus kematian ibu sebanyak 475 kasus. Angka ini menurun dibandingkan 2016 yang mencapai 602 kasus.
Angka tersebut terus turun menjadi 421 kasus pada 2018 dan 416 kasus pada 2019.
Saat menghadapi pandemi Covid-19, Ganjar menerapkan Jogo Tonggo.
Jogo Tonggo atau menjaga tetangga adalah gerakan yang mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan Covid-19.
Jika ada yang terinfeksi virus corona, warga dapat saling menjaga dengan memberikan perhatian, dan tidak memberikan stigma pada mereka yang tertular.
Pada pelaksanaannya, Jogo Tonggo mencakup dua hal, yaitu jaring pengaman sosial dan keamanan, serta jaring ekonomi. Masyarakat otomatis saling bantu ketika ada warga yang sakit.
Masyarakat akan saling menjaga sedemikian rupa agar tak kesulitan ketika harus isolasi mandiri atau saat ada keluarga yang ditinggalkan karena salah satu anggotanya terpapar Covid-19 dan meninggal dunia.
Baca juga: Satgas Jogo Tonggo Bakal Datangi Rumah Pemudik di Solo, Periksa Status Vaksinasi Covid-19
Implementasi prigram ini pun diadaptasi di berbagai bidang. Mulai dari Jogo Santri, Jogo Pasar, Jogo Kantor, dan Jogo Plesiran.
Terkini adalah Jogo Ternak untuk penanganan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak.
Melalui satuan tugas (Satgas) dari sekian banyak ‘Jogo’ inilah, Ganjar mengajak masyarakat lebih awas pada lingkungan. Saling membantu yang jadi budaya masyarakat Jawa sejak dulu pun kembali bernyawa.
Konsep Jogo Tonggo yang digagas Pemprov Jateng itu juga menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan Covid-19 dan Pengaduan Terbaik 2020 dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan Covid-19, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Bagoes Widjanarko mengatakan, konsep Jogo Tonggo dinilainya tepat untuk penanganan Covid-19.
Hal tersebut, kata dia, karena masyarakat diedukasi menjadi garda terdepan pengendalian Covid-19. Masyarakat pun disadarkan pentingnya menjaga diri dan tetangga agar tidak terpapar virus corona.
“Artinya pencegahan, nah Jogo Tonggo itu adalah aspek pencegahan itu sangat kental di sana,” ujarnya.
Seperti halnya Jogo Tonggo, Bagoes menilai 5Ng sebagai konsep yang memberdayakan masyarakat.
Ia mengatakan bahwa Ganjar secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk memperhatikan lingkungan, khususnya ibu yang sedang hamil.
“Karena ibu hamil ini sedang dalam maternal duty yang ternyata risikonya tinggi, konsep seperti itu ditumbuhkan di masyarakat menurut saya sangat bagus,” katanya.
Bagoes mengatakan, yang dilakukan Ganjar merupakan wujud perhatiannya kepada masyarakat.
Ganjar dinilai memahami kebutuhan masyarakat dan mencari solusinya berdasarkan kondisi masyarakat dan situasi sosial.
“Beliau paham bahwa masyarakat khususnya Jateng ini bisa digerakkan dengan guyub. Kalau guyub kan masalah kesehatan pun dipikir bareng-bareng, disokong bareng-bareng akan lebih baik,” tandasnya.