KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan bahwa Candi Borobudur tidak hanya sekadar destinasi wisata.
Menurutnya, candi terbesar di dunia itu adalah pusat energi yang bisa menarik ratusan juta umat Buddha dari seluruh penjuru dunia.
Ganjar merasa bergetar saat membayangkan umat Buddha berkumpul dan berjalan dari sisi timur candi lalu perlahan menghadap ke Borobudur.
Ketika sampai di pelataran, umat Buddha akan dimanjakan dengan pemandangan Kamadhatu yang tertata sedemikian rupa. Lalu mereka dapat menyaksikan sebuah kesadaran pada Rupadhatu dan berpuncak di Arupadhatu.
Baca juga: Hadiri Dharmasanti Waisak, Ganjar Ingin Borobudur Dibuka Seluasnya untuk Ibadah Umat Buddha
"Proses pencerahan jiwa itulah yang berulang kali meyakinkan saya untuk mengatakan, Candi Borobudur harus dibuka seluas-luasnya untuk ibadah umat Buddha dari seluruh penjuru dunia," kata Ganjar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (17/5/2022).
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Dharmasanti malam peringatan Trisuci Waisak 2566 Buddhist Era (BE) di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Senin (16/5/2022).
Ganjar tak menampik bahwa Candi Borobudur merupakan magnet bagi para wisatawan.
Untuk itu, kawasan Candi Borobudur terus dikembangkan sedemikian rupa dan dijadikan destinasi wisata super prioritas.
Baca juga: 7 Paket Pembangunan Jalan di Borobudur Senilai Rp 357 Miliar Selesai
"Tak hanya di dalam kompleks candi saja, pengembangan komplek luar seperti keberadaan desa-desa wisata, paket-paket wisata sampai beragam atraksi dan juga infrastrukturnya juga kami garap. Dan sekarang sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat," imbuh Ganjar.
Pada kesempatan tersebut, Ganjar menyerukan akan pentingnya persatuan dan kesatuan serta menjaga kedamaian.
Menurutnya, para leluhur mempraktikkan hal itu sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Mereka meninggalkan warisan, bernama Bhineka Tunggal Ika.
Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, spirit hidup damai dalam keberagaman telah menjadi ciri khas leluhur bangsa Indonesia.
Berdirinya bermacam candi dalam satu masa, dengan beberapa latar keagamaan jadi bukti nyata.
Baca juga: Tutup Waisak 2022, Langit Candi Borobudur Berhias Ribuan Lampion
Adapun candi yang dimaksud, seperti Candi Mendut, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Prambanan, Candi Plaosan, Kalasan serta puluhan candi lainnya.
"Jika leluhur kita saja hidup damai dalam keberagaman, alasan apa yang membuat kita untuk saling bertikai dan memperdebat perbedaan? Tidak, bapak ibu, tidak. Kita tidak akan pernah mewariskan permusuhan apalagi perpecahan,” jelas Ganjar.
Sebab, lanjut dia, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus dipertahankan seribu windu bahkan selamanya.
Ganjar juga mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro Mahathera, bahwa cinta kasih dan kepedulian sosial adalah perekat keutuhan bangsa dan wujud nyata Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga: Menghayati Keadiluhuran Bhinneka Tunggal Ika
Menurutnya, penyatuan metta dan karuna itulah yang bakal menyempurnakan laku sebagai manusia.
"Selamat merayakan Hari Raya Trisuci Waisak 2566 BE. Tetaplah mengaktualisasi ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menuju pencerahan sempurna tiada batasnya," ucap Ganjar.
Sebagai informasi, malam Dharmasanti perayaan Trisuci Waisak 2566 BE digelar di pelataran Candi Borobudur.
Selain ribuan umat Budha, sejumlah tamu penting juga hadir dalam acara tersebut, di antaranya Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Bintang Puspayoga, dan sejumlah tamu undangan lainnya.