KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan, peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum Bangsa Indonesia untuk melihat lebih luas samudera perjuangan bangsa.
Pasalnya, ribuan pertempuran telah dijalani dan jutaan pahlawan telah gugur demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
"Kita yang menikmati rasanya merdeka ini, terus dan akan tetap berdiri di atas tulang, darah bahkan air mata mereka. Tidak ada alasan bagi kita untuk main-main, apalagi mempermainkan Keindonesiaan kita," tegasnya,” katanya.
Ganjar mengatakan itu dalam pidatonya pada upacara peringatan Hari Pahlawan di sebuah desa kecil di Dukuh Weru, Desa Temurejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Rabu (10/11/2021).
Untuk itu, Ganjar juga mengajak seluruh anak bangsa melanjutkan perjuangan para pahlawan. Menurutnya, perjuangan saat ini lebih berat jika dibandingkan dengan para pahlawan.
Baca juga: Sepinya Sepi, The Sin Nio, dan Para Pahlawan yang Tak Tercatat Sejarah
"Setiap zaman punya tantangan dan persoalan sendiri. Ayo kita buktikan, bahwa darah dan air mata pejuang yang jatuh ke tanah tidak percuma. Duka dan lara dari ribuan pertempuran para pendahulu kita, tidak sia-sia," ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dia menyebutkan, keras dan pedihnya perjuangan para pahlawan harus menjadi motivasi anak bangsa agar terus bergerak menciptakan kemakmuran di mana pun berada.
“Apa pun profesinya, lakukan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus dilakukan generasi penerus bangsa mengisi kemerdekaan. Selain menjaga persatuan dan kesatuan, generasi muda dituntut menjadikan bangsa ini berdikari terhadap politik pangan, air dan energi,” pesannya.
Oleh karenanya, Ganjar meminta semua pihak harus berkontribusi memberikan inovasi dan kreasinya agar Indonesia menjadi bangsa berdaulat dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Baca juga: Janji Ganjar Pranowo Usai Berziarah ke Makam “Singa Betina” dari Aceh
"Agar kita tidak dikenang sebagai generasi durhaka terhadap negara. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan dan tanggung jawab. Karena kita tidak ingin jadi negara yang biasa-biasa saja," tukasnya.
Adapun, Ganjar memilih upacara peringatan Hari Pahlawan di Desa Temurejo karena di sanalah bersemayam makam pejuang yang mendapat julukan Singa Betina dari Aceh, Pocut Meurah Intan.
Ganjar sebelumnya telah datang bersama mahasiswa dan masyarakat Aceh di Semarang untuk ziarah dan membersihkan makam Pocut Meurah Intan.
Setelah itu, ia meminta agar upacara Hari Pahlawan digelar di dekat makam tersebut. Upacara itu digelar sangat sederhana.
Tempat upacara itu pun kecil, di lapangan pinggir desa yang dikelilingi persawahan. Namun, upacara tetap berjalan khidmat dan penuh makna.
Baca juga: Ganjar Pranowo Mengusulkan Pocut Meurah Intan Jadi Pahlawan Nasional
"Di tempat ini, bersemayam jenazah pejuang dari Aceh. Pocut Meurah Intan, yang orang sini biasa memanggil Mbah Cut. Warga sini telah merawat makam beliau,” katanya.
Ganjar menyebutkan, hal itu membuktikan, kepahlawanan tidak memandang suku, ras maupun agama. Menurutnya, selagi berjuang untuk Indonesia Raya, mereka adalah pahlawan.
Maka dari itu, Ganjar pun memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada masyarakat yang telah merawat makam Pocut Meurah Intan.
Dia juga mengapresiasi masyarakat Makassar yang telah merawat makam Pangeran Diponegoro, masyarakat Sumedang yang merawat makam Cut Nyak Dien, dan masyarakat Minahasa yang merawat makam Tuanku Imam Bonjol.
"Penghormatan tinggi juga kita sampaikan pada saudara kita di Afrika Selatan yang menghormati dan merawat makam Syekh Yusuf dari Gowa Sulawesi Selatan," terangnya.
Baca juga: Haedar Nashir: Hari Pahlawan Jangan Jadi Seremonial Belaka