KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengaku bangga kepada warganya yang bersedia mengembalikan bantuan sosial tunai (BST) karena merasa sudah menerima sebelumnya.
Menurutnya, sikap itu adalah contoh moralitas yang harus menjadi teladan masyarakat lainnya, sekaligus menjadi acuan pemerintah untuk melakukan perbaikan data.
"Dari sisi moralitasnya, hal ini sangat bagus dan konkret. Mereka datang dengan moralitas bagus, mau mengembalikan karena merasa sudah menerima," kata Ganjar, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (4/8/2021).
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat berkunjung ke Desa Kotesan, Kecamatan Prambanan, Klaten, untuk melakukan pengecekan pembagian BST, Rabu.
Dalam kesempatan itu, Ganjar intens melakukan pengecekan ke desa-desa karena mendapat banyak laporan bahwa BST yang diterima masyarakat belum tepat sasaran.
"Apakah bapak dan ibu sudah dapat bantuan? Njenengan nggih mpun angsal pak? (Anda juga sudah dapat pak?),” ucapnya, kepada warga di Desa Kotesan yang disambut dengan jawaban mengiyakan.
Dalam pengecekan itu, Ganjar sempat dikejutkan dengan seorang buruh tani di Desa Kotesan, Tukul Subagiyono karena mengembalikan BST yang diterimanya.
Pria paruh baya tersebut mengangkat tangan dan memanggil orang nomor satu se-Jateng itu.
Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Pemprov DKI Diminta Waspadai Kerumunan Saat Pembagian BST
Dengan tegas Tukul mengatakan, jika bantuan yang diterimanya itu akan dikembalikan karena pihaknya telah menerima bantuan dari dana desa.
"Ini bantuan punya saya mau saya kembalikan pak. Wong (orang) saya sudah dapat bantuan kok dapat lagi. Kasihan yang lain pak, biar untuk yang lain saja," kata Tukul Subagiyono.
Mendengar pernyataan Tukul, Ganjar pun tertarik dan mendekat.
Ia bertanya alasan buruh tani itu mengembalikan BST yang kerap menjadi rebutan. Tak lupa ia juga menanyakan profesi keseharian Tukul.
Baca juga: Anies Kirim Surat soal BST Telat Cair, Risma Sindir Perbaikan Data di Jakarta
"Saya cuma buruh tani pak. Satu bantuan saja sudah cukup pak, masa mau dapat lagi. Ya walaupun saya butuh sebenarnya, tapi kan saya sudah dapat. Masih banyak orang yang butuh dan tidak dapat," katanya sambil diacungi dua jempol oleh Ganjar.
Selain Tukul, ada dua warga lain di tempat itu yang ternyata ingin mengembalikan bantuan, yaitu Jannah dan Yoga Pratama.
Jannah merupakan ibu rumah tangga yang memiliki suami sebagai pekerja kuli bangunan, sedangkan Yoga adalah seorang mahasiswa.
"Suami saya sudah dapat bantuan dari dana desa pak, jumlahnya juga sama Rp 300.000 per bulan. Tidak tahu kenapa bisa dapat bantuan lagi, makanya saya kembalikan. Mudah-mudahan didapatkan orang lain yang membutuhkan," kata Jannah.
Baca juga: Penyaluran BST di Solo Capai 92 Persen, Dinsos: Belum Ada Laporan Double Penerima
Sementara itu, Yoga mengatakan, bantuan dana desa sebelumnya sudah diterima oleh sang ayah. Namun, ia masih mendapatkan BST atas namanya pribadi.
"Soalnya menurut aturan undang-undang (UU) itu katanya satu kepala keluarga (KK) dapat satu bantuan. Tapi kok di keluarga saya dapat dua. Makanya, saya berinisiatif mengembalikan. Mungkin bisa digunakan ke masyarakat yang membutuhkan," imbuhnya.
Yoga juga berpesan kepada semua masyarakat yang merasa mampu atau mendapatkan bantuan dobel untuk mengembalikan. Sebab di luar sana, masih banyak orang yang membutuhkan.
"Kalau bisa pemerintah juga memperbaiki data agar bantuan tepat sasaran. Terlebih bagi orang kaya, jangan rebutan bantuan. Kasihan warga lain, banyak yang kerja sehari untuk makan hari itu. Kalau sekarang tidak kerja karena Covid-19, mereka tidak bisa makan," ucapnya.
Baca juga: Ingin Pastikan Bantuan Tepat Sasaran, Mensos Risma Sidak Penyaluran BST di Kota Tangerang
Tak hanya Klaten, saat cek pembagian BST di Kecamatan Banyudono Boyolali, Ganjar juga menemukan ada warga yang mengembalikan bantuan.
Warga tersebut merupakan seorang perangkat desa di Banyudono, Dobby Sholeh.
"Saya kembalikan pak, karena saya merasa tidak berhak. Sebagai aparatur desa, saya seharusnya memastikan warga saya dapat, kok malah saya yang dapat," katanya kepada Ganjar.
Baca juga: Tak Mau Gaji Dipangkas 70 Persen, Puluhan Aparatur Desa Demo Depan Kantor Bupati Aceh Utara
Gubernur Ganjar berharap, sikap yang dilakukan Tukul, Jannah, Yoga, dan Dobby dapat menjadi inspirasi banyak orang.
Sebab, kata dia, saat ini memang banyak bantuan yang tidak tepat sasaran, sehingga menimbulkan kecemburuan.
“Dari sikap keempat penerima bantuan tersebut, tidak banyak orang memiliki moralitas sebagus mereka,” ujarnya.
Pasalnya, Ganjar mengaku, selama ini pihaknya telah melihat beberapa penerima bantuan mengenakan jam tangan, handphone, dan sepatu bagus.
Baca juga: Mulai Disalurkan, Ini Syarat Penerima Bantuan Beras Bulog 10 Kilogram
Ia juga mendapat fakta, terdapat penerima yang masih bekerja di pabrik dan mempunyai usaha sendiri.
"Jadi ini soal moralitas, ada yang lebih mampu tapi tak berkeinginan mengembalikan. Mohon maaf, dengan segala hormat bapak dan ibu yang hari ini mengembalikan. Meskipun hanya buruh tani, tapi moralitasnya luar biasa. Ini ada juga ibu rumah tangga dan mahasiswa. Dia kritis, karena merasa tidak berhak, ya dikembalikan," ujar Ganjar.
Akibat kejujurannya, tiga orang warga Klaten yang mengembalikan bantuan itu langsung mendapat hadiah uang tunai dari Ganjar.
"Rejeki wis ono sing ngatur nggih (rejeki sudah ada yang mengatur ya). Kerono sampeyan jujur, tak kasih hadiah (karena Anda jujur, maka saya berikan hadiah)," imbuh Ganjar sambil pamitan.
Baca juga: Batasan Maksimal Gaji MBR Penerima Bantuan Rumah Swadaya
Sementara itu, warga Boyolali Dobby tidak diberi hadiah karena seorang perangkat desa.