KOMPAS.com – Berburu anggrek merupakan profesi yang tidak bisa ditinggalkan Musimin. Untuk menyelamatkan satu persatu jenis anggrek, ia pun rela berkeliling hutan-hutan di Gunung Merapi.
Hingga saat ini, Musimin telah berhasil mengumpulkan 110 spesies anggrek endemik Merapi dari total 173 spesies.
"Dari kekhawatiran akan punahnya anggrek endemik ini, saya akhirnya berburu anggrek-anggrek yang selamat dari sapuan wedus gembel," katanyan dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (22/2/2021).
Profesi berburu Anggrek dilakoni Musimin sejak meletusnya Gunung Merapi pada 1994. Tragedi ini telah meluluhlantakkan kawasan hutan setempat.
Baca juga: Menengok Budidaya Anggrek di Eks Lokalisasi Sememi
Termasuk kawasan Hutan Bingungan, yang oleh Musimin disebut sebagai kotanya Anggrek.
Dari bekal pengalaman menghafal dan memahami seluk beluk anggrek secara mandiri, Musimin pun bertekad membuka kelas adopsi anggrek di hutan.
Dibukanya kelas adopsi anggrek bertujuan untuk memberi pemahaman dan pengalaman terhadap masyarakat.
Adapun tata cara yang diterapkan Musimin adalah mengajak masyarakat untuk "memiliki" anggrek dengan menanam langsung di alam bebas.
Baca juga: Tips Sirami Anggrek agar Tumbuh Subur
Sejak diusulkan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sekitar tiga bulan lalu, saat ini sekitar 74 orang telah mengikuti program itu. Bahkan, satu di antaranya adalah jurnalis asal Prancis.
Pecinta anggrek dan tanaman hias asal Sleman Ongky Fradana mengungkapkan, cara-cara yang diterapkan Musimin dalam merawat anggrek terbilang langka.
Ia sangat mengapresiasi Musimin dalam menyalurkan kecintaannya terhadap tanaman dan alam.
"Saya dan beberapa teman juga ketularan mencintai anggrek dari Pak Musimin. Sekarang, kami membuat komunitas yang diisi pemuda pecinta tanaman dan alam," ucap Ongky.
Baca juga: Ketahui, Bahan Pot Terbaik untuk Menanam Anggrek
Senada dengan para pecinta anggrek, bagi mahasiswa biologi dan pecinta alam di Yogyakarta, Musimin layaknya perpustakaan berjalan. Terlebih ketika membicarakan anggrek.
Bahkan, kekaguman juga dilontarkan Ganjar saat bertandang ke kediaman Musimin di Turgo, Sleman, Yogyakarta.
Musimin mengatakan, obrolannya dengan Ganjar jadi pemantik pemikirannya untuk memperbaiki tata kelola anggrek Merapi yang ia miliki.
“Saya ingin membuat media sosial (medsos) dan website yang berisi seluruh data yang selama ini hanya disimpan dalam pikiran,” imbuhnya.
Baca juga: Empat Kunci Merawat Anggrek Tumbuh Indah
Website itu, lanjut Musimin, sudah bisa mengunggah beberapa konten. Selanjutnya, tinggal proses teknis memasukkan data dan penjelasan yang membutuhkan cukup banyak waktu.
Musimin mengungkapkan, dalam membuka website ia seringkali menemukan kendala. Salah satu kendala yang ia hadapi adalah ketidakstabilan jaringan internet.
Namun, setelah Ganjar membantu pemasangan WiFi dan pemancar, Musimin pun merasa lega.
Sementara itu, untuk pengelolaan website anggrekmerapi.com, ia dibantu anaknya, yakni Dwi Musimin.
Baca juga: Lindungi Anggrek Unik Paling Langka, Peneliti Rahasiakan Lokasinya
Pada kesempatan yang sama, Ganjar menjelaskan, Musimin memang layak mendapatkan penghormatan yang tinggi
Penghormatan itu diberikan Ganjar dalam rangka mengapresiasi kontribusi Musimin dalam merawat tanaman dari ordo asparagales tersebut.
“Daya juang beliau luar biasa. Karena upaya beliau, banyak anggrek yang masuk kategori langka akhirnya terselamatkan,” ujar Ganjar ketika kembali mengunjungi kediaman Musimin, Minggu (21/2/2021).
Ganjar berharap, program digitalisasi dapat membantu perjuangan Musimin dalam membudidayakan anggrek.
Baca juga: Menikmati Sejuknya Hutan Anggrek di Era New Normal
“Semoga adanya hal ini, bisa semakin banyak dimanfaatkan orang yang membutuhkan," kata Ganjar.