KOMPAS.com – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah ( Jateng) Ahmad Daroji mengatakan pihaknya mendukung usulan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terkait aksi Jateng di Rumah Saja.
“Sebetulnya mungkin ada sisi positif dan negatifnya. Namun sisi positifnya tentu lebih banyak. Seperti yang dibilang Presiden Jokowi, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tidak cukup,” katanya.
Menurutnya, aksi ini sudah diperhitungkan secara matang dengan bahan evaluasi yang kuat dari Ganjar. Ia optimis, aksi Jateng di Rumah Saja akan efektif setelah satu atau dua bulan.
Sekadar catatan, gerakan Jateng di Rumah Saja merupakan berada di rumah saja pada Sabtu (6/2/2021) hingga Minggu (7/2/2021). Gerakan ini diinisiasi Ganjar Pranowo dan merupakan ikhtiar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng memutus rantai Covid-19.
Baca juga: Bupati Batang Wihaji: Kita Pahami Suasana Kebatinan Pak Ganjar, tetapi Rakyat Butuh Makan
Lebih lanjut, Daroji mengatakan, hari libur Sabtu-Minggu menjadi ajang penularan Covid-19. Sebab, banyak orang tidak bekerja dan menghabiskan waktu berkumpul dengan banyak orang.
“Untuk itu, kumpul-kumpul dikurangi dulu, karena penyebaran itu kan terjadi karena tidak menjaga jarak,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (4/2/2021).
Senada dengan Daroji, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Semarang (KAS), Romo YR Edy Purwanto mendukung penuh gerakan tersebut. Menurutnya, langkah ini sebagai ikhtiar kuat warga Jateng untuk menghentikan transmisi Covid-19.
“Demi kebaikan bersama, saya rasa ini penting untuk ditanggapi dan dilaksanakan. Gereja dan Katolik sangat mendukung,” kata Romo Edy.
Baca juga: Pasar Ditutup Saat Jateng di Rumah Saja, Ini Pesan Gubernur Ganjar
Selain itu, Romo Edy mengajak masyarakat masyarakat untuk berkomitmen terhadap gerakan tersebut. Terlebih, sudah ada Surat Edaran (SE) Gubernur Jateng yang disampaikan ke bupati atau wali kota di Jateng.
“Kami berkomitmen terhadap kebijakan ini. Misal pada Sabtu dan Minggu besok, ketika umat Katolik beribadah, kami memberikan tiga opsi kepada para imam,” paparnya.
Ketiga opsi tersebut, lanjut Romo Edy, yaitu para pastor paroki diminta secara proaktif berkomunikasi dengan kepala daerah (bupati atau wali kota) setempat untuk membicarakan hal tersebut.
“Kemudian, kalau memang para pastor paroki tidak berkenan berjumpa secara langsung, silakan menunggu tindak lanjut dari pimpinan daerah setempat,” imbuhnya.
Baca juga: Ganjar Resmi Terbitkan Surat Edaran soal Gerakan Jateng di Rumah Saja
Sementara itu, untuk opsi ketiga, Romo Edy memaparkan, para romo dipersilahkan untuk langsung memutuskan perayaan Ekaristi Sabtu dan Minggu dilaksanakan secara online atau offline.
“Kami ingin mengajak para romo sampai pada tingkat umat untuk memahami tujuan dari Jateng di Rumah Saja. Alternatif atau opsi yang ditawarkan diharapkan dapat ditindaklanjuti,” ujar Romo Edy.