KOMPAS.com - Bupati Blora Arief Rohman menekankan pentingnya mengembangkan dan mengenalkan kegiatan Rembug Sedulur Sikep kepada generasi muda, sehingga mereka dapat lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.
“Melalui Rembug Sedulur Sikep ini, saya berharap juga dapat belajar banyak tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan nilai-nilai kemanusiaan,” imbuhnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (11/7/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Arief di acara Rembug Samin atau Rembug Sedulur Sikep dalam rangka Festival Budaya Spiritual 2024 di Pendopo Pengayoman Samin Surosentiko, Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Rabu (10/7/2024).
Acara tersebut diikuti sekitar 500 orang sedulur sikep atau pengikut ajaran Samin Surosentiko dari enam kabupaten, termasuk Blora, Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, dan Bojonegoro.
Baca juga: Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy Turun Gunung pada 17 Mei 2024
Kegiatan silaturahmi bersama ini terlaksana berkat kerja sama antara Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Paguyuban Sedulur Sikep, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora.
Dalam kesempatan itu, Arief mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan para pimpinan daerah yang telah berkenan hadir dan meluangkan waktu dalam Rembug Sedulur Sikep.
Ia juga mengatakan kebanggaannya dapat berada di tengah-tengah para pecinta dan pegiat seni budaya.
“Rembug Sedulur Sikep ini merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan tradisional yang telah diwariskan oleh leluhur,” imbuh Arief.
Selain Rembug Sedulur Sikep, Arief juga berharap agar Festival Budaya Spiritual dapat terus berlanjut setiap tahunnya dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Ia menyatakan kesiapan Pemkab Blora untuk terus mendukung upaya pelestarian budaya sedulur sikep.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi salah satu langkah nyata dalam upaya kita untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan,” jelas Arief.
Perlu diketahui, Pemkab Blora mewajibkan seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan pelajar pada tanggal 11 setiap bulannya menggunakan pakaian adat Samin untuk bekerja atau bersekolah. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada Samin Surosentiko untuk melestarikan budaya Samin.
Baca juga: Samin Surosentiko Belum Bergelar Pahlawan Nasional, Sedulur Sikep Beri Tanggapan
Gedung Pemkab Blora di Jalan Pemuda juga dinamakan Gedung Samin Surosentiko.
Di Kabupaten Blora sendiri, terdapat empat kampung Samin yang masih eksis dan melanjutkan ajaran Samin sebagai pedoman hidup, yaitu Kampung Samin Blimbing Sambongrejo, Kampung Samin Karangpace Klopoduwur, Kampung Samin Sumber Kradenan, dan Kampung Samin Tanduran Kedungtuban.
Sebagai informasi, Pendopo Pengayoman Samin yang terletak di Desa Kediren, dipercaya sebagai tempat berawalnya ajaran laku sikep yang diajarkan oleh Mbah Samin Surosentiko.
Di lokasi tersebut, mereka mengadakan Rembug Sedulur Sikep dengan tema “Ngukuhi Wonge, Nutugno Babadane” (mengonfirmasi orangnya, melanjutkan ajarannya).
Baca juga: Puji Grand Syekh Al-Azhar, Menag: Tokoh Paling Konsisten Suarakan Perdamaian Antar Agama
Salah satu tokoh sedulur sikep dari Pati, Gun Retno, mewakili peserta Rembug Sedulur Sikep menjelaskan bahwa Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Blora merupakan petilasan awal lahirnya ajaran Samin Surosentiko (1859-1914) yang dikenal dengan laku sikep.
Dalam Rembug Sedulur Sikep tersebut, mereka mengundang sedulur sikep dari berbagai wilayah untuk bersilaturahmi dan berrembug bersama, mengenang awal mula ajaran yang diajarkan oleh Simbah dulu.
Tujuannya adalah untuk mengonfirmasi sedulur sikep mana yang masih melaksanakan ajarannya dan bersemangat untuk meneruskannya kepada generasi berikutnya.
Gun Retno menambahkan bahwa pihaknya selalu membuka pintu bagi sedulur sikep dari wilayah lain yang ingin bergabung, karena meskipun berasal dari berbagai lokasi, ajaran yang dipegang tetap sama.
Baca juga: Pemkab Blora Gelar Festival Budaya Spritual 2024, Rawat Nilai Ajaran Sedulur Sikep
''Terima kasih sedulur-sedulur sikep dari Rembang, Kudus, Pati, dan Grobogan yang hadir. Bahkan ada dari Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), seperti Tapelan Ngraho, Margomulyo, dan Malo. Ini menandakan bahwa kita semua masih satu nafas dari Kediren ini,” ucapnya.
Gun Retno juga berharap agar semua sedulur sikep, di mana pun mereka berada dapat mendapatkan pengakuan dan perlakuan yang sama dari pemerintah, serta dukungan dalam melestarikan ajaran sikep.
Pada acara Rembug Sedulur Sikep di Kediren, sekitar 500 orang sedulur sikep hadir dengan beberapa di antaranya berjalan kaki dari Pati, menggunakan kendaraan umum, atau naik motor. Semuanya terlihat kompak dan saling membantu untuk terselenggaranya acara tersebut.
Dari unsur pemerintah juga hadir Direktur Kepercayaan Kepada Tuhan Tuhan Yang Maha Esa (YME) dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi, Penjabat (Pj) Bupati Kudus Hasan Chabibie, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro Budiyanto, serta perwakilan Bupati Pati, Rembang, dan Grobogan.
Baca juga: Pemilik Tambang Ilegal Grobogan Tewas Tertimbun Longsoran Bebatuan
Pada kesempatan tersebut, Direktur Kepercayaan Kepada Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi menyatakan kegembiraannya dapat mendukung Festival Budaya Spiritual 2024 yang mengangkat Sedulur Sikep di Kabupaten Blora.
Ia menjelaskan bahwa gagasan untuk menyelenggarakan acara tersebut muncul setelah berdiskusi dengan Gun Retno mengenai sedulur sikep.
Kegiatan tersebut, kata Sjamsul, merupakan kali kedua acara semacam ini diadakan setelah 2019, namun pada saat itu tidak semua penganut dapat hadir. Bupati Blora memberikan dukungan positif terhadap gagasan ini.
Sebagai hasil dari kolaborasi tersebut, Festival Budaya Spiritual dilaksanakan selama tiga hari di Blora, dengan salah satu acara utamanya adalah Rembug Sedulur Sikep.
Baca juga: Rembug Pembangunan Jateng, Pj Gubernur Nana Minta Pemda Fokus Entaskan Kemiskinan
Sjamsul juga menegaskan penghargaannya terhadap kelestarian ajaran Samin yang terus dijalankan oleh sedulur sikep.
Ia menyebutkan bahwa saat sarasehan di Pendopo Rumah Dinas Bupati pada Selasa (9/7/2024), ada usulan untuk memasukkan ajaran sedulur sikep sebagai salah satu muatan lokal di sekolah.
“Ada usulan agar sedulur sikep bisa masuk menjadi salah satu pembelajaran muatan lokal di sekolah. Tujuannya agar generasi muda lebih paham sejarah dan laku sikep,” jelas Sjamsul.