KOMPAS.com - Gubernur Kepulauan Bangka Belitung ( Babel) Erzaldi mengatakan, untuk mewujudkan jembatan yang menghubungkan Pulau Bangka dan Sumatera dibutuhkan pemikiran liar serta perhitungan yang matang.
"Termasuk mempertimbangkan anggaran, dampak sosial, ekonomi, hingga budaya," kata Erzaldi, Selasa (15/9/2020).
Namun kini, menurut Erzaldi, jembatan penghubung antara Pulau Bangka dan Sumatera yang sudah lama diimpikan tersebut akan segera menjadi nyata. Pasalnya, proses pembangunannya akan mulai dilakukan.
Bermula dari keinginan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo untuk menghubungkan pulau ke pulau dengan tol laut, Erzaldi merasa sudah saatnya Pulau Bangka menyamaratakan pembangunannya dengan wilayah lain.
Baca juga: Ratusan Sekolah di Bangka Terkendala Internet untuk Belajar Online
Saat bertemu Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru pada Agustus 2020, Erzaldi pun mengatakan, mereka akan menghadap Presiden Joko Widodo.
Kedua gubernur serumpun tersebut ingin jembatan penghubung Sumatera dan
Bangka yang sudah melewati pra studi kelayakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terealisasi.
“Kami berdua akan meminta agar pak presiden menindaklanjuti rencana pembangunan
Jembatan Sumatera-Bangka,” kata Erzaldi, di laman Facebook-nya.
Sebagai informasi, jembatan yang direncanakan memiliki panjang 13 hingga 15,2 kilometer (km) itu mulai direalisasikan setelah mendapat lampu hijau dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa.
Baca juga: Koordinator Satgas Corona Bangka Belitung Positif Covid-19
Jembatan Pulau Bangka-Sumatera pun serius digiring masuk ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN), hingga akhirnya masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Jika nanti jembatan tersebut sudah terintegrasi, maka harga bahan-bahan pokok hingga bangunan akan lebih murah dan sama dengan pulau tetangga karena pengirimannya tidak lagi melalui laut.
Pada kesempatan yang sama, wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Babel, Tony Purnama mengatakan, keuntungan terbesar jika jembatan itu jadi dibangun adalah di bidang perekonomian.
"Adanya jembatan tersebut akan memudahkan transportasi masuknya bahan pangan ke Pulau Bangka," imbuhnya.
Baca juga: Koordinator Satgas Corona Bangka Belitung Positif Covid-19
Di sisi lain, perekonomian Bangka yang menurun di bidang pertambangan akan membaik dengan adanya jembatan tersebut.
"Kalau untuk sisi keamanannya, ada kepolisian, tapi yang terpenting itu manfaatnya akan meningkatkan pariwisata Babel," kata Tony
Terkait hal itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Babel, Tajudin menambahkan, dari sisi transportasi, terhubungnya dua provinsi ini secara langsung akan mempermudah distribusi barang dan orang.
"Sebagaimana diketahui, selama ini Babel masih ketergantungan dengan provinsi lain untuk menyuplai bahan pangan termasuk dari Sumsel," kata Tajudin dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Sedan Eks Bung Karno Saat Diasingkan di Bangka Barat Diusulkan Jadi Cagar Budaya Baru
Tajudin menilai, berdirinya jembatan ini diprediksi mampu menekan harga beberapa komoditas dan inflasi, lantaran berkurangnya biaya angkut yang juga berdampak pada percepatan roda ekonomi warga.
"Kini untuk distribusi barang dan orang secara laut kadang masih terganggu faktor cuaca seperti pasang surut air laut. Begitu pula dengan transportasi udara yang ongkos angkutnya lebih tinggi," tuturnya.
Ia mengatakan, program pembangunan jembatan ini juga menjadi upaya untuk percepatan pembangunan perekonomian.
"Lancarnya arus distribusi akan berdampak pada kelancaran ekonomi yang berpengaruh pada harga barang yang lebih murah dengan jarak tempuh yang dekat," tuturnya.
Untuk mendukung pembangunan Jembatan Babel-Sumatera, Pemprov Babel akan tetap melaksanaan studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) proyek jembatan.
Lebih lanjut, Tajudin mengatakan, Kepulauan Bangka Belitung sendiri sudah melakukan pra FS pada 2019 lalu.
"Jika semua lancar maka, tahapan setelah pra FS adalah pelaksanaan FS di 2020, melengkapi dokumen lingkungan di 2021, Detail Engineering Design (DED) di 2022 dan pembangunan fisik di 2023," kata Tajudin.
Sekadar informasi, meski saat ini sudah ada tol Sumatera, namun masih ada dua provinsi, yaitu Kepulauan Riau (Kepri) dan Babel yang belum terimbas dari kehadiran jalan bebas hambatan tersebut.
Baca juga: Cerita Kepala BPBD Bangka Belitung yang Dikarantina karena Covid-19
"Kepri belum lama ini ada kegiatan pembangunan jembatan dari Batam. Sedangkan Babel bersama Sumatera Selatan mengajukan jembatan Bangka Sumatera," kata Tajudin.
Dengan begitu, menurut Tajudin, pembangunan Jembatan Bangka-Sumatera akan membuat pemerataan ekonomi terutama di Babel sangat terasa. (LEO RANDIKA / LISTYA)