TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kabupaten Tasikmalaya sangat rawan bencana dengan intensitas yang cukup tinggi. Beragam jenis bencana berpotensi terjadi di Kabupaten Tasikmalaya seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, bahkan tsunami.
“Itulah sebabnya pada 2011 dalam indeks rawan bencana Indonesia, BNPB menetapkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai peringkat ke-2 kabupaten paling rawan bencana di Indonesia," kata Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum, Senin (16/10/2017).
UU mengatakan Oktober merupakan masa pancaroba dengan cuaca yang sangat ekstrim. Perpindahan dari musim kemarau ke musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi telah mengakibatkan terjadinya sejumlah bencana seperti tanah longsor, pergerakan tanah dan banjir di Kabupaten Tasikmalaya.
Berbagai jenis bencana yang melanda mengakibatkan kerugian sangat besar dan mengganggu kehidupan masyarakat Tasikmalaya.
Baca: Gempa di Tasikmalaya, 24 Rumah Rusak
Oleh sebab itu, Tasikmalaya telah ditetapkan status siaga bencana banjir dan longsor sejak beberapa bulan lalu.
Untuk mengantisipasi bencana, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mencanangkan Siaga Darurat Bencana Alam dan Dampaknya pada Kesehatan di Seluruh UPT Puskesmas se-Kabupaten Tasikmalaya.
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Perda Kabupaten Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Tasikmalaya, ia mengimbau masyarakat untuk bergotong royong membantu menanggulangi bencana di Tasikmalaya.
"Seberat apapun bencana yang dihadapi, akan terasa berkurang beratnya bila Kita sikapi bersama-sama," imbuhnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Abdul Kodir sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya hadir dalam apel tersebut.
Eliminasi kaki gajah
Di samping itu, Oktober ditetapkan sebagai Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA).
Pemerintah melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis setahun sekali minimal selama 5 tahun berturut-turut terhadap penduduk yang tinggal di daerah endemis Filariasis di Indonesia secara serentak.
“Di Kabupaten Tasikmalaya, sudah melaksanakan pemberian obat cacing sejak 2013 dan berakhir pada 2017," ungkapnya.
Bupati berharap melalui kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal filariasis ini semua penduduk yang menjadi sasaran di Kabupaten Tasikmalaya bisa minum obat secara serempak sesuai dengan jadwal di masing-masing pos Tempat Pelaksanaan Eliminasi (TPE).
Baca: 13 Daerah Terima Sertifikat Eliminasi Kaki Gajah
Dengan meminum obat pencegahan pada TPE yang telah tersedia, kata dia, bakal memutus rantai penularan filariasis.
"Sehingga, Kabupaten Tasikmalaya ke depan tidak lagi jadi daerah endemis filariasis dan berhasil mencapai eliminasi filariasis Indonesia pada 2020," katanya. (KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/ IRWAN NUGRAHA)