KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara ( Sumut) Agus Fatoni mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghadapi tantangan perubahan iklim yang kian nyata dirasakan, terutama di sektor perkebunan.
“Dampak perubahan iklim terhadap ketidakpastian ketersediaan air yang memengaruhi kebutuhan manusia, flora, fauna, pertanian-perkebunan dan ekosistem alam secara keseluruhan," ucap Fatoni melalui siaran persnya, Selasa (27/8/2024).
Hal tersebut disampaikan Fatoni saat menghadiri Ekspose Nasional Perubahan Iklim di Aula Raja Inal Siregar, Jalan Diponegoro Nomor 30 Medan, Sumut, Senin (26/8/2024).
Lewat kunjungan itu, dia berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut bisa mempererat kerja sama antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan pemerintah daerah (pemda).
"Selain itu, (acara ini) juga diharapkan bisa menjadi momentum penting untuk memperkuat upaya kita dalam mendukung ketahanan iklim, khususnya di Sumut," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Sumut Targetkan 10 Medali Emas Wushu di PON XXI
Ia menilai, perubahan iklim membawa dampak yang besar bagi sektor perkebunan, seperti kerusakan pada tanaman dan infrastruktur perkebunan, serta meningkatnya risiko serangan hama dan penyakit.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan historis BMKG pada 1951-2021, saat ini kondisi perubahan iklim di Sumut menunjukkan adanya peningkatan suhu rata-rata di angka 0,31 derajat Celsius (C) per 10 tahun. Hal ini menunjukkan adanya tanda-tanda pemanasan global.
" Sektor perkebunan di Sumut ini sangat penting, karena kelapa sawit, karet, kopi, cokelat, dan teh dianggap sebagai primadona. Pada 2023, luas lahan kelapa sawit bahkan mencapai 1.353.515 hektar (ha) dengan jumlah produksi 5.453.030 ton," paparnya.
Adapun terkait kegiatan Ekspose Nasional Perubahan Iklim, Fatoni berharap hal itu dapat dijadikan refleksi, motivasi, serta inisiasi bagi semua pihak untuk bekerja sama. Terutama, dalam meningkatkan kapasitas dan kepedulian satu sama lain.
“Ini penting untuk meningkatkan kesadaran dalam mengelola pembangunan yang adaptif terhadap perubahan iklim dan pemanasan global,” ucap Fatoni.
Baca juga: Minta Pemprov Sumut Terus Diawasi KPK, Pj Gubernur: Kadang Kami Tak Tahu Mana yang Salah
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, 10 tahun terakhir merupakan periode terpanas sepanjang sejarah, dengan 2023 menjadi tahun terpanas.
"Data pengamatan BMKG di Staklim Deliserdang mencatat tren kenaikan suhu udara. Perubahan iklim merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Dampaknya sangat luas, mencakup berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan, dan infrastruktur dan air," ucapnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, perubahan distribusi curah hujan berpotensi mengganggu ketersediaan air bagi tanaman pertanian maupun perkebunan.
Oleh karenanya, pemerintah harus melakukan adaptasi yang efektif melalui edukasi dampak perubahan iklim pada skala lokal dengan menyediakan data dan informasi cuaca, iklim dan air.
“Saya memohon Bapak Pj Gubernur Sumatera Utara dapat mendorong dan mendukung seluruh entitas perkebunan di Sumatera Utara untuk dapat mewujudkan kerjasama bersama BMKG dalam pengembangan layanan informasi iklim untuk sektor perkebunan,” tuturnya.
Baca juga: Menpan-RB Anas Dorong Pemprov Sumut Implementasikan Birokrasi Berdampak