KOMPAS.com - Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu melakukan penanaman komoditas bawang merah unggulan jenis Lokananta di lahan Balai Benih Pertanian (BBP), Kecamatan Mijen, Kamis (12/9/2024).
Jenis bawang merah tersebut dikembangkan menggunakan teknologi smart farming yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita, menjelaskan bahwa penanaman bawang merah konvensional biasanya memerlukan benih dari umbi dengan biaya hingga Rp 50 juta untuk 1 hektar (ha) lahan.
Baca juga: Dua Opsi Lahan Tambang untuk Muhammadiyah
Namun, dengan teknologi True Shallot Seed (TSS) untuk benih bawang merah Lokananta, hanya dibutuhkan sekitar 1 kilogram (kg) biji, mengurangi biaya menjadi sekitar Rp 5 juta per ha.
" Bawang merah Lokananta adalah produk dalam negeri yang menawarkan keuntungan tambahan bagi petani," ujar Mbak Ita dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (13/9/2024).
Dia menambahkan bahwa benih TSS ini lebih ekonomis dan praktis dalam penyemaian.
BRIN juga menggunakan media tanam dari sedimentasi Rawa Pening, yang lebih ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan plastik.
Mbak Ita mengatakan bahwa inovasi tersebut, juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada petani mengenai teknik penanaman bawang merah.
"Petani sering menghadapi kendala dengan modal besar, sekitar Rp 50 juta per ha, sehingga tidak ekonomis dibanding hasil yang diperoleh," ucapnya.
Mbak Ita optimis bahwa lahan luas di Kecamatan Gunungpati dan Mijen dapat dimanfaatkan lebih baik, dengan potensi panen mencapai 20 ton per ha.
"Dari kualitas maupun produksi pastinya lebih baik," tuturnya.
Baca juga: Dalam Sidang, Eks Kapolda Babel Disebut Minta PT RBT Bantu Produksi PT Timah
Sementara itu, peneliti utama BRIN Forita Dyah Arianti menjelaskan bahwa bawang merah Lokananta merupakan bibit unggulan yang dapat dikembangkan di Kota Semarang.
Ia menjelaskan bahwa petani dapat dengan mudah membudidayakan bawang merah Lokananta karena perawatannya tidak lebih sulit dibandingkan dengan bawang merah pada umumnya.
“Petani hanya perlu menyemai biji TSS di media tanam, dan setelah 35-40 hari, bibit akan siap untuk dipindah tanam. Biji TSS ini memiliki keunggulan lebih tahan terhadap hama dan perubahan iklim,” ucap Forita.
Baca juga: ADB Gunakan Separuh Pendanaan untuk Atasi Perubahan Iklim pada 2030
Selain itu, penggunaan mulsa, pupuk kandang, pupuk organik, dan agensia hayati turut mendukung praktek pertanian yang ramah lingkungan. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi serta menjaga kesuburan tanah.
Forita menambahkan bahwa benih TSS memerlukan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan umbi, menghasilkan benih yang lebih sehat dan potensi panen yang lebih besar, dengan hasil mencapai 20-25 ton per ha.