KOMPAS.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang Fachruddin Tri Ubajani menilai Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berhasil mengendalikan angka inflasi dengan baik.
Terlebih, sebut dia, ketika Kota Semarang mengalami deflasi dua bulan berturut-turut.
"Pada Mei 2024, Kota Semarang mengalami deflasi sebesar 0,21 persen. Kemudian mengalami deflasi 0,26 persen pada Juni 2024," tutur Fachruddin melalui siaran persnya, Selasa (2/7/2024).
Tak hanya itu, lanjutnya, angka inflasi year-on-year (yoy) Kota Semarang sebesar 2,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,29.
"IHK dan tingkat inflasi bulanan semuanya mengalami penurunan yang artinya Kota Semarang sukses kendalikan inflasi," ujarnya.
Fachruddin mengatakan, capaian itu patut diapresiasi karena terjadi di tengah Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha dan musim liburan semester.
“Normalnya, kota-kota besar mengalami tekanan inflasi, tetapi kota Semarang justru dapat mengendalikan inflasi, bahkan berada di atas ekspektasi," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, perekonomian di Kota Semarang tergolong stabil. Deflasi di Kota Atlas sudah terjadi sejak Ramadhan. Hal ini terlihat dari harga pangan yang melandai dan cenderung turun.
"Dari bawang merah, ayam ras, angkutan udara, bayam, dan bawang putih, lima komoditas, empat di antaranya berasal dari pangan,” jelasnya.
Fachruddin menyebutkan, hal tersebut kemungkinan terjadi karena harga pangan kembali ke normal setelah inflasi tinggi, kemudian menurun pada Mei dan Juni.
Baca juga: Raih Penghargaan dari PBB, Mbak Ita Ungkap Kunci Sukses Entaskan Stunting di Kota Semarang
Menurutnya, kelompok makanan, minuman, tembakau, dan restoran memiliki andil cukup tinggi terhadap inflasi Kota Semarang.
Sementara itu, sektor rekreasi, olahraga, budaya, dan kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan atau stabil.
Fachruddin menjelaskan, ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan sebagai langkah mengamankan potensi inflasi pada Juli, salah satunya pendidikan.
" Pemkot Semarang di bawah kepemimpinan Ibu Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu sudah mengantisipasinya. Ada program Gerbang Harapan, bahkan bantuan gratis seragam bagi siswa miskin," jelasnya.
Fachruddin menambahkan, angka inflasi tahunan yoy Kota Semarang yang mencapai 2,22 persen sudah sangat ideal.
Baca juga: Inovasi Program Ibu-Anak Kota Semarang Raih Penghargaan PBB
"Sebetulnya yoy 2,22 persen itu sudah sangat ideal. Menurut Bank Indonesia (BI), inflasi yang disarankan itu kisaran 1,5-3,5 persen,” katanya.
Dia mengatakan, pihaknya menilai inflasi pada 2-3 persen artinya daya beli masyarakat masih terjangkau dan dari sisi para pedagang masih untung.
Sementara itu, Walkot Semarang yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengaku optimistis perekonomian Kota Semarang tetap stabil meskipun di tengah HBKN dan libur sekolah.
"Alhamdulillah mengalami deflasi. Apalagi BPS sudah memberikan warning agar Juli ini jangan sampai terjadi inflasi tinggi,” ujarnya.
Sebab, pada bulan ini terdapat HBKN serta libur sekolah dan penerimaan siswa maupun mahasiswa baru.
Mbak Ita menjelaskan, setelah penerimaan peserta didik baru (PPDB), masyarakat membutuhkan perlengkapan sekolah dan seragam.
Baca juga: Capaian ISPS 99 Persen, Mbak Ita Raih Penghargaan Manggala Karya Kencana dari BKKBN
"Mudah-mudahan pada Juli ini masih di kisaran 2,22 persen karena masih ada pekerjaan rumah (PR) pengadaan seragam anak-anak sekolah. Ini yang harus kami perhatikan,” ungkapnya.
Mbak Ita juga sudah minta Dinas Pendidikan (Disdik) melalui program Gerbang Harapan dan bantuan gratis seragam bagi siswa miskin.
“Harapannya program ini bisa membantu masyarakat," ucapnya.