KOMPAS.com - Upaya Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam menangani stunting berbuah hasil dengan menyabet penghargaan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Semarang menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang meraih penghargaan dalam United Nations Public Service Awards 2024 di Incheon, Korea Selatan, Rabu (26/6/2024).
Prestasi tersebut mendapat pujian dari berbagai pihak. Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Profesor Masrukhi menilai, penghargaan di bidang inovasi pelayanan publik program Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang (SANPIISAN) itu sebagai suatu kejutan.
"Saya melihat ini sebagai sesuatu yang mengejutkan dan wajar karena inovasi dalam penanganan stunting di Kota Semarang begitu signifikan," ujar Masrukhi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (29/6/2024).
Baca juga: Terima Dharma Karya Kencana, Pj Gubernur Jateng: Semoga Berdampak Positif untuk Penanganan Stunting
Ia menambahkan bahwa prestasi signifikan tersebut terlihat dari kemampuan Kota Semarang dalam menurunkan tingkat prevalensi stunting menjadi hanya 1,14 persen pada 2023. Padahal, prevalensi stunting tingkat nasional masih tinggi, yakni mencapai 21,5 persen pada periode yang sama.
Target pemerintah pusat untuk menurunkan stunting menjadi 14 persen pada 2024 terlihat sebagai tantangan yang besar. Namun, Kota Semarang berhasil mengatasi tantangan ini dengan luar biasa.
Masrukhi memandang kerja keras perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut bukan mendadak dilakukan.
Menurutnya, langkah-langkah yang bersifat promosi, preventif, dan kuratif yang telah dikedepankan merupakan hasil karya yang dapat dirasakan manfaatnya saat ini.
Baca juga: Biro Kredit Swasta Dukung Pertumbuhan Kredit lewat Penguatan Inovasi
Salah satu upayanya adalah melalui inovasi program pelayanan publik SANPIISAN yang dimulai sejak usia remaja hingga bagi calon pengantin.
"Mbak Ita sangat intens dalam pencegahan stunting. Saya beberapa kali ikut kegiatan penyuluhan bagi ibu hamil di beberapa lokasi tentang pentingnya mereka tetap menjaga kondisi gizi," ujar Masrukhi.
Inovasi kolaborasi dalam menjamin akses layanan kesehatan bagi ibu hamil hingga persalinan melalui pemberdayaan masyarakat dan dukungan sistem informasi melalui smartphone telah menjadi fokus utama Pemkot Semarang.
Sistem tersebut terintegrasi secara menyeluruh dan melibatkan berbagai sektor dengan partisipasi aktif dari organisasi perangkat daerah (OPD), stakeholder, masyarakat, serta tenaga kesehatan (nakes).
Baca juga: Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong
Selain mengatasi masalah kesehatan ibu, upaya tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam deteksi dini gawat darurat pada ibu hamil dan mengurangi angka kematian ibu.
Program tersebut menyasar ibu hamil, ibu bersalin, dan bayi hingga usia tiga bulan dengan pendekatan terintegrasi, intervensi di masyarakat dan perusahaan, serta layanan persalinan terpadu.
Salah satu langkah inovatif yang dilakukan adalah program Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (Rumah Pelita) yang telah diimplementasikan di 10 titik.
Program tersebut telah mendapat apresiasi karena berhasil meningkatkan tinggi badan anak yang dirawat hingga mencapai 60 persen.
Baca juga: Sosok Nayla, Penerima Beasiswa Indonesia Maju dengan Segudang Prestasi
Masrukhi berharap, pengakuan atas prestasi Kota Semarang dalam penanganan stunting oleh PBB dapat menjadi motivasi bagi pemerintah pusat untuk mengadopsi model ini dan menduplikasikannya di daerah-daerah lain di Indonesia.
Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) menyampaikan bahwa penghargaan yang diterima Kota Semarang dari PBB atas upaya mengatasi stunting telah membuka peluang partisipasi Kota Semarang dalam forum internasional.
Wakil Direktur Program Pattiro Semarang Mukhlis Raya menegaskan bahwa inovasi yang diterapkan telah membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi alat efektif dalam menjalankan program-program kesehatan publik.
Baca juga: UI Kembangkan Alat Kesehatan Berteknologi Tinggi dan Murah
Ia menyoroti bahwa prestasi satu daerah yang berhasil, seperti yang dicapai Kota Semarang dalam penanganan stunting, seharusnya dapat diduplikasi ke daerah lain.
Mukhlis pun mendorong, inovasi tersebut dapat dibagikan kepada kabupaten/kota lain sehingga mereka dapat saling belajar dan mengadopsi praktik yang sukses tersebut.