KOMPAS.com – Perserikatan Bangsa-bangsa ( PBB) memberikan penghargaan penanganan stunting kepada Kota Semarang di Incheon, Korea Selatan (Korsel), Rabu (26/6/2024) lalu.
Terkait hal itu, Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu pun membeberkan kunci sukses keberhasilan Kota Semarang dalam meraih penghargaan tersebut.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengatakan, salah satu faktor keberhasilan Kota Semarang menangani stunting adalah melalui pemberian makanan untuk anak stunting dan ibu hamil.
Makanan tersebut merupakan hasil masakan yang mengacu pada buku Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia arahan Ibu Megawati.
"Pada 2023, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melakukan intervensi pemberian makanan dari buku resep tersebut,” ujar Mbak Ita melalui keterangan persnya, Jumat (28/6/2024).
Baca juga: Jalani Fit and Proper Test Bakal Cawalkot Semarang di PDI-P, Ita Ditanya soal Ini
Pernyataan tersebut disampaikan Mbak Ita setibanya dirinya di Semarang usai menerima penghargaan di Korsel, Kamis (27/6/2024).
“Dengan pengelolaan di Day Care Rumah Pelita (Rumah Penanganan Lintas Sektor Baduta Stunting), kami berhasil menurunkan angka stunting yang semula berjumlah 1.386 anak menjadi 872 anak serta menurunkan angka ibu hamil kekurangan energi kronis dari semula 1.634 ibu hamil menjadi 596 ibu hamil," imbuhnya.
Mbak Ita menjelaskan bahwa melalui buku resep masakan Megawati, dapat diketahui jika masakan-masakan untuk menangani stunting itu murah, mudah, dan dapat dikonsumsi oleh semua keluarga.
Oleh karena itu, pihaknya melaksanakan upaya penurunan stunting dengan mengimplementasikan pemberian makanan dari buku resep masakan Megawati tersebut.
Baca juga: Beroperasi di Semarang, Jakarta dan Medan, Pelaku Judi Online Ini Untung Rp 15 Miliar Per Bulan
"Alhamdulillah, berkat implementasi buku resep tersebut, Kota Semarang dapat penghargaan dari United Nations (UN) atau PBB dalam acara UN Public Service Forum 2024," ucap Mbak Ita.
Melihat manfaat buku resep pertamanya, kata dia, Megawati turut memberikan resep-resepnya untuk pemberian makanan bagi anak usia bawah dua tahun (baduta) dan ibu hamil di wilayah Indonesia Timur.
Adapun resep-resep tersebut telah disusun kembali oleh Mbak Ita dan siap untuk diluncurkan menjadi buku kedua bersama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Buku kedua ini berjudul “Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia untuk Wilayah Indonesia Bagian Timur” yang memiliki empat jilid sesuai klasifikasi, yaitu balita usia 6-8 bulan, 9-11 bulan, 12-24 bulan, dan untuk ibu hamil.
Baca juga: Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang
“Buku ini berisi menu dengan makanan utama sorgum, sagu, dan jagung. Sedangkan untuk lauk, lebih pada olahan ikan. Sayur pun sama, kami buat dari bahan-bahan yang familiar di wilayah Indonesia bagian Timur. Memang betul-betul disiapkan untuk anak-anak stunting di sana,” jelasnya.
Berkaitan dengan peluncuran tersebut, Mbak Ita menginginkan peluncuran buku resep kedua dapat menyebarkan manfaat yang lebih luas sekaligus memotivasi banyak pihak untuk terus semangat mengentaskan stunting.
Lebih lanjut, Mbak Ita berharap, Indonesia Zero Stunting 2024 dapat segera terwujud dan kualitas kesehatan semakin meningkat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam menyampaikan, resep dari Megawati sangat bermanfaat dalam penurunan angka stunting dan mengentaskan ibu hamil kekurangan energi kronik di Kota Semarang.
Baca juga: Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB
“Pemberiannya tidak hanya di Daycare Rumah Pelita tapi diperuntukkan bagi balita stunting dan ibu hamil kekurangan energi kronik yang ada di Kota Semarang,” ungkap Abdul.
Menurutnya, kombinasi pemberian makanan dari resep Megawati dan pola asuh yang ada di daycare dapat menurukan 62 persen angka stunting pada 2023.
“Maka dari itu terus kami kembangkan yang semula dua daycare menjadi sepuluh Daycare Rumah Pelita di 2024. Bahkan, pada semester satu ini angka penurunannya sudah 32 persen. Diharapkan, di tahun 2025 semua kecamatan sudah memiliki Daycare Rumah Pelita dengan konsep yang sama yaitu pemberian makanan serta pola asuh,” jelas Abdul.