KOMPAS.com - Asisten Ekonomi, Pembangunan, dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang Hernowo Budi Luhur menyebut bahwa Kota Semarang menjadi kota dengan inflasi terendah dari seluruh kabupaten atau kota se-Jawa Tengah. Hal ini didasarkan dari pemantauan indeks harga konsumen (IHK) Jateng pada Maret 2024.
"Sebagaimana dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Kota Semarang, walaupun inflasinya mengalami peningkatan, tetapi namun masih terendah dibandingkan dengan sembilan kabupaten atau kota yang lain," ujar Hernowo dalam siaran persnya, di Balai Kota Semarang, Senin (2/4/2024).
Hernowo mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan terus melakukan sejumlah upaya untuk menurunkan angka inflasi, seperti mengadakan pasar murah yang digelar bersama Bank Indonesia, swadaya di kecamatan, serta Pasar Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman).
Tak hanya itu, melalui tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan, Pemkot Semarang juga memastikan bahwa distribusi barang berjalan dengan baik, agar angka inflasi tetap terkendali.
Baca juga: Pemkot Semarang dan BI Jateng Gelar Bazar Ramadhan, Paket Sembako Rp 150.000 Dihargai Rp 50.000
Menyoal stok pangan, Hernowo menyebutkan bahwa kondisinya aman untuk kurang lebih tiga bulan ke depan.
"Untuk beras, gula, dan bahan pokok lainnya masih aman untuk tiga bulan ke depan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala BPS Kota Semarang Fachruddin Tri Ubajani mengatakan, pada Maret 2024, inflasi year-on-year (YoY) Kota Semarang mencapai 2,89 persen dengan IHK sebesar 105,44. Menurutnya, angka ini terendah se-Jateng.
Ia menilai, komoditas yang menyumbang inflasi di Kota Semarang, diantaranya daging ayam ras yang menyumbang inflasi 0,14 persen, telur ayam ras 0,08 persen, nasi dengan lauk 0,1 persen, bayam 0,05 persen, serta perhiasan 0,04 persen.
Baca juga: Jelang Lebaran, Pemkot Semarang Gelar Bazar Ramadhan dan Tebus Sembako Murah
"Kenaikan harga daging dan telur ayam ras terjadi di sembilan kabupaten/kota pemantauan IHK di Jateng. Penyebabnya adalah harga konsumen dan pakan ternak yang tinggi. Kemudian, harga beras cukup stabil," jelasnya.
Dia melanjutkan, secara YoY, inflasi terjadi karena kenaikan sembilan indeks kelompok pengeluaran, mulai dari makanan, minuman, dan tembakau yang berpengaruh sebesar 8.47 persen terhadap inflasi.
Sementara itu, kenaikan harga di restoran atau kelompok penyediaan makanan dan minuman berpengaruh sebesar 3,43 persen terhadap inflasi Kota Semarang.
“Kemudian, ada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,10 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,05 persen, kelompok pakaian dan alas kaki, serta kelompok transportasi sama-sama mengalami inflasi sebesar 1,41 persen,” ujar Fachruddin.
Baca juga: Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis
Fachruddin menambahkan, untuk kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, angkanya mencapai 1,26 persen. Lalu, kelompok kesehatan sebesar 0,78 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,08 persen.
"Sedangkan dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi atau penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,99 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,18 persen," paparnya.
Sementara itu, tingkat inflasi Kota Semarang month to month (m-to-m) dan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) Kota Semarang pada Maret 2024 sebesar 0,62 persen dan 1,06 persen.
Menurut data BPS Jateng, terdapat sembilan kabupaten dan kota di Provinsi Jateng yang mengalami inflasi. Daerah dengan angka inflasi tertinggi adalah Kabupaten Rembang sebesar 5,38 persen dan IHK 109,35 persen. Adapun Kota Semarang menduduki posisi terendah dengan angka 2,89 persen dan IHK 105,44 persen.