KOMPAS.com - Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, genangan air akibat dampak cuaca ekstrem di Kota Semarang mulai berkurang.
Namun, kondisi itu tetap menjadi perhatiannya dalam mewujudkan Kota Semarang bebas banjir.
"Dalam tiga hari hujan terjadi terus, tetapi Alhamdulillah, di wilayah Semarang hanya beberapa titik yang terjadi limpasan," kata Mbak Ita, sapaan akrabnya, Rabu (13/3/2024).
Seperti diketahui, cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa hari terakhir berimbas pada terjadinya genangan air pada sejumlah titik di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Mbak Ita mencontohkan, sejumlah titik yang saat ini tergenang air, yakni Jalan Parang Sarpo, Jalan Parang Baris, Tlogosari Kulon, dan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan.
Baca juga: Imbas Banjir Semarang, 14 Perjalanan Kereta Api Terdampak
Kemudian, banjir terjadi di Jalan Gebang Anom, Gebangsari, dan Muktiharjo Lor, Kecamatan Genuk, serta Jalan Raya Kaligawe atau depan Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung.
Mbak Ita menyebutkan, ada beberapa upaya yang terus dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, baik penanggulangan maupun penanganan banjir.
Dia menegaskan, domain penanggulangan banjir di Kota Semarang juga dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
"Sekarang masyarakat Genuk sudah paham bahwa domain penanganan banjir, khususnya Kaligawe, berada di wilayah BBWS Pemali Juana," katanya dalam siaran pers.
Mbak Ita mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi intens dengan BBWS Pemali Juana, salah satunya melalui pengoptimalan operasional rumah pompa Kali Tenggang dan Kali Sringin.
"Karena di Tenggang masih antre air sehingga di Muktiharjo Lor dan Muktiharjo Kidul ini masih ada genangan. Kalau dilihat dampaknya hanya di jalan raya, tidak masuk ke perumahan," jelasnya.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Kota Semarang Dikepung Banjir, Berikut Perinciannya...
Mbak Ita menjelaskan, Pemkot Semarang memiliki sejumlah rangkaian tahapan penanganan banjir.
Salah satunya adalah anggaran harus disetujui lewat rapat pembahasan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
"Kebijakan tidak hanya berdasar pada wali kota, tetapi juga melewati proses-proses, di antaranya TAPD," ujarnya.
Kini, TAPD baru menyetujui penanganan banjir di wilayah Gebang Anom, Kelurahan Gebangsari. Kemudian, Jembatan Nogososro tengah dalam proses lelang berdasarkan keputusan TAPD.
Penanganan di Parang Sarpo dan Parang Baris tengah masuk dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perubahan.
Baca juga: Mbak Ita Klaim Kawasan Rawan Banjir di Kota Semarang Tinggal 3 Persen
"Sekarang yang bisa dilakukan adalah di Gebang Anom. Saat ini, di sana juga sedang berproses karena menunggu lelang urugan dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang," ujarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Semarang Iswar Aminuddin menambahkan, pengerjaan Jalan Gebang Anom akan dilakukan secara kolaboratif bersama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang.
"Disperkim akan bertanggung jawab soal urugan dan DPU soal konstruksi beton," katanya yang juga menjabat Ketua TAPD Kota Semarang.
Iswar menjelaskan, pengerjaan akan menggunakan alokasi dana dari Bantuan Tak Terduga (BTT).
Dengan penggunaan BTT, proses pengerjaan peninggian jalan tersebut akan bersifat segera dan menghindari proses lelang karena bersifat darurat.
"Sementara itu, Jalan Parang Sarpo dan Jalan Parang Baris sepertinya akan dilakukan di perubahan anggaran," kata Iswar.
Sementara itu, Kepala BBWS Pemali Juana Harya Muldianto mengatakan, hujan lebat dengan intensitas tinggi yang berdurasi panjang berdampak pada munculnya genangan air di Kota Semarang.
"Di Rumah Pompa Tenggang ada enam pompa, dua istirahat. Kami operasikan empat. Sringin juga punya empat yang operasi dari lima pompa. Di Pasar Waru ada satu dari dua pompa," ujarnya.
Dia menyebutkan, terdapat pompa portabel yang diterjunkan di Rumah Pompa Tenggang dan Sringin.
Harya menyatakan, beban banjir yang mengalir ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Tenggang tak dapat tertampung dengan maksimal.
Baca juga: 100 Peserta Antusias Ikuti Kita Tani Muda di Kota Semarang, Mbak Ita: Saya Bangga Sekali
Pasalnya, kapasitas pompa Kali Tenggang tak mampu menampung beban banjir dari hulu.
"Terus terang, harus kami akui sistem pompa yang ada di Tenggang memang belum cukup mengakomodasi beban banjir dari hulu. Ini memang masih perlu ditambah," ujarnya.
Harya mengatakan, pihaknya akan menambah jumlah pompa yang akan ditempatkan di Kali Tenggang dan Kali Sringin dalam waktu dekat.
Penambahan tersebut bertujuan mengakomodasi beban debit banjir agar tidak melimpah.
"Kami dalam waktu dekat ke depan akan mengadakan penambahan pompa. Harus kami akui bahwa memang tergantung pada sistem yang sudah ada belum mampu," ujarnya.
Harya menambahkan, upaya pemotongan aliran telah dilakukan di Sistem Pompa Pasar Waru, Kandang Kebo, dan Muktiharjo yang dialihkan ke Banjir Kanal Timur.
Baca juga: Banjir Semarang, Warga BKT: Lagi Enak Tidur, Tiba-tiba Air Masuk Rumah
Menurutnya, upaya tersebut sedikit mengurangi beban banjir di Rumah Pompa Kali Tenggang.
"Di belakang Terboyo, tepatnya belakang RSI Sultan Agung juga ada dua unit, termasuk di sepanjang Jalan Kaligawe, kami sediakan pompa-pompa kecil untuk menyedot air di jalan. Memang masih butuh waktu karena ada delay (tertunda), jadi muncul genangan," ujarnya.
Harya menegaskan, pihaknya terus melakukan optimalisasi dan penambahan jumlah pompa dan berfokus pada normalisasi saluran.
Pasalnya, selain sedimentasi cukup tinggi, ditemukan pula banyak crossing (persimpangan) dan blocking (pemblokiran) aliran air.
"Pada prinsipnya, kalau ada genangan jangan lama. Inilah yang selalu kami upayakan," tuturnya.
Baca juga: Dampak Banjir Semarang, Daop 6 Yogyakarta Batalkan Perjalanan 4 Kereta, Apa Saja?